Maka di dalam ayat 14, Paulus memberi tahu mengapa alasannya, “sebab kita tahu bahwa Hukum Taurat adalah rohani tapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa”, ternyata ini problemnya. Hukum Taurat bersifat rohani, saya terjual dibawah kuasa daging. “Saya kedagingan, Hukum Taurat rohani, maka saya tidak akan sanggup jalankan”. Maksud Paulus Hukum Taurat rohani adalah Hukum Taurat diberikan untuk mode hidup yang baru, itu namanya rohani. Rohani adalah mode hidup yang baru, dimana Allah yang bertahta, itu namanya rohani. Sedangkan kedagingan adalah mode hidup lama dimana tahta Allah adalah yang kita tolak. Hidup tanpa Tuhan adalah kedagingan. Hidup dengan mentuhankan Tuhan, itu rohani. Jadi jangan pisahkan rohani dan kedagingan dengan pemisahan fisik dan pikiran atau roh, itu salah. Jangan baca Alkitab seperti itu, Paulus tidak mengatakan kedagingan itu fisik, tubuh, sedangkan yang rohani adalah yang tidak bertubuh, itu ngawur. Karena perspektifnya Paulus bukan perspektif bukan di dalam metafisik, bukan di dalam ontologi, bukan di dalam keberadaan. Perspektif Paulus itu ada di dalam waktu, sebelum dan sesudah, bukan bagian yang terpisah. Apa itu kerohanian? Setelah Tuhan dituhankan. Apa itu kedagingan? Sebelum Tuhan dituhankan. Jika engkau tidak menuhankan Tuhan, maka engkau hidup dalam kedagingan. Jika engkau menuhankan Tuhan, itu namanya rohani. Jadi Hukum Taurat adalah untuk yang rohani, jika engkau siap menuhankan Tuhanmu, menjadikan Dia Raja yang bertahta atas engkau, maka engkau rohani. Tapi jika engkau tidak siap, maka engkau kedagingan. Dan kedagingan tidak cocok dengan yang rohani. Hukum Taurat adalah untuk yang rohani, tapi kamu terjual di bawah kuasa dosa. Hukum Taurat adalah untuk yang rohani, tapi engkau ada di dalam daging, ini yang ditekankan, maka kamu tidak akan sanggup untuk taati Taurat. Dosa akan mempergunakan apa yang baik, lalu membuat engkau melawannya. Engkau tidak pernah tahu apa itu keinginan, tapi begitu Tuhan mengatakan “jangan”, muncul keinginan dalam dirimu untuk melawan itu. Ini berbicara tentang seluruh kemanusiaan, bukan hanya tentang diri kita secara individu. Kemanusiaan sepanjang sejarah membuktikan perlawanan terhadap aspek-aspek ini. Tuhan menyatakan apa mengenai pernikahan, itu yang dilawan langsung. Saudara bisa melihat creation order paling banyak itu di dalam Kitab Kejadian. Dan Kitab Kejadian adalah yang paling banyak dilawan oleh manusia sekarang. Itu sebabnya seorang teolog dan seorang misionaris Jawa yang penting bernama Johan Herman Bavinck, keponakan Herman Bavinck, menyelidiki tradisi Islam, Hindu, Budhis dalam masyarakat Jawa dan dia menyimpulkan salah satu kesalahan paling besar dari kelompok, dari kepercayaan apa pun, adalah menafsirkan Allah sebagai yang bisa bersatu dengan saya dan dengan demikian memanipulasi agama demi pendirian yang saya sendiri ingin jalankan. Saya dan Allah bisa bersatu dan karena itu I can do whatever I want, saya bisa lakukan apa pun yang saya mau. Maka kekacauan terjadi karena bentur dengan karya penciptaan Tuhan di dalam Kejadian 1. Ini yang membuat kita tidak sadar apa yang terjadi karena kita tidak melihat perangnya kesitu. Kita tidak melihat kalau Taurat sedang menegakan kembali creational order. Taurat berusaha membuat Saudara menjadi manusia yang menjadi imam di tengah ciptaan Tuhan yang adalah bait, temple. Banyak sekali hal creational order yang dihancurkan oleh dosa, dan kita terus tidak sadar akan hal itu. Kita terus pikir kita sudah menang atas dosa, tanpa sadar seluruh kubu kita sudah dikepung oleh dosa. Ini menakutkan, kalau Saudara baru tahu betapa hebatnya dosa menghantam creational order, Saudara akan melihat seluruh kebudayaan dan mengatakan “kita tidak bisa lewat ini, kita sudah pasti hancur”. Dosa sudah menangkap ekonomi, sudah menangkap politik, sudah menangkap keluarga, sudah menangkap pendidikan, sudah menangkap jiwa, sudah menangkap kebebasan, sudah menangkap kerendahan hati diganti kesombongan, dosa sudah kelilingi semua. Ini yang Paulus mau kita ketahui, dosa sudah menyerang dan menghancurkan kita secara komunal seluruh manusia, karena kita ada di bawah kuasa daging, kita tidak menuhankan Tuhan. Itu sebabnya dia dengan mudah menghancurkan seluruh kubu, mengacaukan segala sesuatu.

Bagian selanjutnya Paulus mengatakan bukti bahwa dosa sudah menguasai adalah termasuk pergumulan diri kita, dia membawa apa yang global pada seluruh kemanusiaan menjadi sesuatu yang berkait ke diri. Kita tahu Hukum Taurat adalah rohani tapi kita bersifat dosa “sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu, bukan apa yang aku kehendaki aku perbuat tapi yang aku benci”. Setelah menjadi Kristen pun kita mengalami ini, menjadi Kristen tidak membebaskan kita dari perang yang mengerikan ini, dosa tetap menguasai segala kubu termasuk menguasai diri kita, menguasai seluruh keberadaan dan pergumulan saya secara batin. Ketika kita menyadari bahwa diri kita pun, kalau kita mau umpakan diri kita sebagai benteng, kemudian seluruh pasukan dari dosa menyerang tanpa memberikan kesempatan kepada saya untuk menang, baru kita sadar dosa tidak main-main dalam peperangan ini, sedangkan saya terlalu banyak main-main dalam perang melawan dia, baru saya sadar saya tidak bisa lepas. Paulus mengatakan “kalau demikian bukan aku lagi yang membuatnya tapi dosa yang ada di dalam aku”, ini bukan kaitan untuk melemparkan tanggung jawab. Ini bukan berarti “berarti bukan saya, kemarin saya mencuri, ternyata bukan saya tapi dosa yang ada di dalamku”. Ini pembalikan dari Galatia, “bukan aku melainkan Kristus yang di dalam aku”. Tujuannya bukan untuk melemparkan tanggung jawab, Paulus bukan bicara kamu mau di hukum. Paulus mengatakan di bagian sebelumnya, “kamu dimemerdekakan”, di pasal 8 nanti dia akan mengatakan lagi “kamu tidak dihukum, ini bukan masalah kamu dihukum atau tidak, ini masalah kemanusiaanmu tetap dirongrong. Hai orang Kristen, kemanusiaanmu tetap mau dihancurkan, apa yang mau kamu lakukan dengan ini?”, Saudara tidak mengatakan “puji Tuhan, bukan saya yang melakukan. Kemarin saya memukul istriku, ternyata bukan saya, tapi dosa. Istriku jangan marah kepadaku, marahlah pada dosa”, bukan seperti itu. Yang Paulus mau katakan adalah kamu tahu tidak yang kamu tidak mau lakukan tapi tetap kamu lakukan membuktikan kekalahanmu. Ini membuat kita berputus asa lalu mulai mengatakan “Tuhan, bukan apa yang mau saya perbuat yang terjadi, saya ingin melakukan yang baik, tapi saya tidak bisa”. Paulus seperti zoom in ke diri kita, setelah sebelumnya dia bahas hal yang tentang global, taurat adalah pengharapan kemanusiaan, tapi menjadi bencana bagi kemanusiaan karena dosa memakai apa yang baik untuk dikonflikan langsung sehingga kita tidak kembali ke creational order, kita malah menghancurkan keteraturan ciptaan yang Tuhan sudah buat. Sekarang untuk membuktikan lagi ini menjadi lebih kuat Paulus minta kita menyoroti diri kita masing-masing, termasuk dia tentunya menyoroti dirinya. Dulu dia berpikir dia sudah melakukan Hukum Taurat dengan sempurna, tanpa cacat, baru dia sadar dia gagal mencintai Tuhan dan sesama. Tujuan utama Taurat gagal dia lakukan, ini ironis. Banyak orang mengerjakan Taurat tapi tidak sampai pada tujuan utama.  Jadi Taurat tidak berhasil, saya berada dalam kuasa dosa, saya berada dalam keadaan lama, tapi Taurat adalah untuk hal rohani, lalu bagaimana? Paulus mengatakan “jika demikian ada hukum lain, ada aturan lain dalam hidup saya. Dosa ini sudah infiltrasi begitu dalam sehingga saya terikat dan tidak sanggup melakukan apa pun”. Sampai pada kesimpulan Paulus mengatakan “aku manusia celaka, siapa yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”. Jangan lupa dalam konsepnya Paulus dosa dan maut selalu berkait. Saudara tidak bisa pisahkan, ketika ada dosa, maut sebentar lagi akan datang dan ini akan menghancurkan kemanusiaan kita. Maka yang Paulus sedang katakan adalah kamu, kita semua manusia sedang dikacaukan oleh dosa yang berperang melawan kita.

« 3 of 5 »