Calvin menekankan bahwa kehidupan bergereja itu sama pentingnya dengan Saudara kenal Allah Tritunggal. Jadi Saudara tidak bisa mengatakan “saya Kristen, saya percaya Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus”, “kehidupan gerejamu bagaimana?”, “itu irrelevant, yang penting aku mencintai Allah Tritunggal”, tidak bisa. Kehidupan bergereja itu sangat penting. Maka di dalam Kitab Suci ditekankan engkau hanya bisa mengetahui identitasmu jika engkau ada di dalam umat Tuhan yang konsentrasinya adalah saling mengasihi karena sudah menerima cinta Tuhan. Dari situ kita sadar bahwa dunia ini coba menggerakan kita dari situ bahwa kita bisa menjadi manusia yang mandiri, yang tidak memerlukan komunitas, “yang penting pengertian saya tentang Tuhan itu sudah sempurna”. Dan dari situ kita sadar bahwa kemanusiaan kita tengah digoncang supaya menjadi kacau, kita tidak lagi kenal siapa diri kita. Dan kalau kita tidak lagi kenal siapa diri kita, kita tidak mungkin bisa menjadi manusia yang benar, agung, mulia, limpah, yang penuh berkat hidupnya. Tuhan tidak mendesain manusia untuk menjadi makhluk yang mudah bosan, depresi, putus asa, tidak ada harapan. Tuhan menciptakan manusia untuk menikmati Dia dalam segala kelimpahan, dalam segala situasi. Dalam keadaan baik, dalam keadaan buruk, dalam keadaan limpah, dalam keadaan kurang, Tuhan tetap bisa dinikmati. Dan kelimpahan inilah yang Tuhan mau buka kepada manusia. Tapi manusia tidak mau pilih jalur ini, manusia lebih memilih untuk menafsirkan keberadaannya, membangun identitasnya lepas dari Tuhan. Dengan lepas dari Tuhan, manusia tidak sadar akan kekacauan yang ditampilkan oleh dunia ini untuk menggoncang keberadaan dia sebagai manusia. Maka dalam zaman modern ini kita singkirkan apa pun yang berbau agama, apa pun yang diberitakan oleh Kitab Suci, atau apa yang dipercaya dalam zaman lampau, kita anggap itu semua adalah mitos yang tidak penting. Kita sudah mengenal sains, meskipun kita mengatakan itu tanpa sadar bahwa sains senantiasa berubah, ada banyak hal yang penanganannya membuat kita kaget. Ternyata yang kita pelajari dalam zaman SMA sudah tidak relevan sama sekali. Saudara bisa lihat perkembangan begitu dahsyat, begitu cepat, sehingga kita dengan rendah hati mengatakan “apa yang saya ketahui tentang dunia masih begitu kecil, masih begitu bodoh dan masih begitu dangkal. Dan apa yang saya ketahui akan mempengaruhi siapa saya dan bagaimana saya menjalani hidup”. Pengertian teknologi yang mengabaikan pentingnya attachment dengan fisik, pentingnya memahami identitas manusia secara total itu adalah salah satu contohnya. Karena tubuh tidak lagi penting, sekarang kamu lakukan apa pun tanpa ada keterlibatan fisik, maka identitaspun tidak berkait dengan fisik. Maka laki-laki mau menjadi perempuan, perempuan mau menjadi laki-laki, laki-laki mau menikah dengan laki-laki, perempuan mau menikah dengan perempuan, itu menjadi hal yang lumrah keluar dari kemanusiaan yang kacau.

Demikian juga dalam Surat Roma 7, kemanusiaan menjadi kacau karena tidak menyadari kekuatan apa yang sebenarnya ada di luar manusia yang tidak pernah bisa manusia jinakan. Ini yang Paulus mau ingatkan untuk pembaca modern, karena pembaca dia zaman dulu tidak punya masalah dengan ini. Semua orang pada zaman Paulus tahu bahwa manusia hidup di bawah kuasa-kuasa dan kekuatan-kekuatan yang melampaui manusia. Manusia tidak pernah berada di puncak kekuasaan, manusia selalu dikuasai oleh gerakan para dewa, baik itu dewa baik atau dewa jahat yang senantiasa bertarung. Begitu dewa baik menang, manusia bisa hidup tenang. Kalau dewa buruk merongrong, manusia hidup dalam bencana. Bisakah manusia menentukan siapa yang menang? Tidak bisa, kita tidak berdaya, kita ada di bawah kekuatan yang senantiasa bertarung ini. Orang modern tidak lihat ini, mereka akan mengatakan “kekuatan apa? Kami manusia bisa menangani segala hal karena kami mengerti segala sesuatu. Kami mengerti kekacauan itu sebenarnya cuma fenomena natural yang bisa dijelaskan. Badai bukan kekuatan jahat, badai adalah fenomena natural yang bisa dijelaskan. Tapi orang kuno akan mengatakan “kamu bisa menjelaskan, tapi bisakah kamu menghentikan? Tidak bisa. Kamu bisa jelaskan, kamu bisa pahami, tapi kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Apa gunanya bisa menjelaskan tapi tidak bisa melakukan apa-apa?”. Banyak orang sangat puas dengan tahu ini tahu itu, “Saya tahu datang kepada Tuhan harus begini, tapi saya tidak mau perjuangkan itu. Pengetahuan itu hanya tinggal di pikiran saja, dan itu sudah cukup”. Orang kuno akan mengatakan “tidak ada gunanya kan, sudah pintar tapi tidak bisa menangani, sudah mengerti tapi tidak bisa menolong”. Saudara mungkin mengatakan kembali “banyak yang sudah ditangani, banyak hal ditolong oleh teknologi bagi manusia”. Betul banyak hal ditolong oleh teknologi, tapi Saudara tidak pernah bisa mengklaim bahwa “karena kita sudah menguasai teknologi maka kita yang memegang segala kendali, baik dan jahat, buruk dan baik, kacau dan teratur itu semua di bawah kita”, itu tidak bisa. Saudara harus dengan rendah hati mengatakan “saya sudah mencapai level tertentu dalam perkembangan kebudayaan yang Tuhan izinkan manusia alami, tapi saya bukan ada di atas kuasa. Saya adalah orang-orang yang ada di dalam keadaan pasrah jika terjadi sesuatu di luar kemampuan saya”, ini merupakan sikap yang baik. Dan orang-orang zaman dulu punya sikap seperti itu “kami ini ada di tengah-tengah peperangan kuasa baik dan kuasa jahat”. Tapi Alkitab memberikan pengharapan bahwa kuasa baik dan jahat, keduanya bisa dipakai Tuhan karena Tuhan di atas kuasa baik dan kuasa jahat yang bertarung itu. Tuhan bukan bagian dari kuasa yang sedang berperang, Tuhan di atas itu. Alkitab menolak untuk membicarakan Allah di dalam level perang itu, Allah tidak sedang ikut perang dan seolah-olah bisa menang atau bisa kalah. Allah yang memakai kekuatan baik, Allah yang memakai kekuatan jahat untuk membuat rencanaNya jadi. Inilah pengertian yang melampaui pengertian umum pada zaman itu. Allah adalah Allah yang berdaulat memakai apa yang baik, apa yang buruk demi kehendakNya jadi.

Maka tafsiran antara kuasa baik dan kuasa jahat dibicarakan kembali dan direinterpretasi oleh penulis-penulis Alkitab termasuk Paulus. Paulus mereinterpretasi perang antara baik dan jahat dengan perang antara 2 kuasa. Paulus mengatakan ada kuasa baik dan kuasa jahat, kuasa jahat dia simpulkan hanya dalam 2 hal yaitu dosa dan maut, itu kuasa jahat. Baik dia simpulkan dalam dua hal yaitu kasih karunia dan hidup. Inilah dua kuasa yang saling berperang, Paulus katakan, saling berperang dan kalau engkau tidak sadar bahwa perang antra baik yaitu kuasa kasih karunia dan hidup melawan jahat yaitu dosa dan maut, sedang terjadi maka engkau tidak pernah sadar bahwa engkau sebenarnya adalah taklukan. Karena kuasa yang menaklukan engkau bukan Kristus, bukan kasih karunia, bukan hidup, bukan dari Allah, maka engkau sedang berada dalam kuasa yang membalikan pekerjaan Allah yaitu kuasa jahat. Perhatikan, Paulus tidak mengatakan kuasa jahat bertentangan dengan Tuhan, Tuhan tidak ada di dalam level yang sama dengan kejahatan, Tuhan lebih tinggi. Tapi Tuhan memberikan kasih karunia sebagai kekuatan bagi kita untuk berperang melawan kuasa jahat ini. Paulus mengingatkan bahwa engkau sedang berada dalam peperangan dan hal yang perlu engkau ketahui adalah siapa musuhmu, deteksi siapa musuhmu. Lalu cari tahu apa yang dilakukan oleh musuhmu, apa yang dia kerjakan pada kita, supaya kita waspada. Dan Paulus dalam pasal 7 membahas tentang dosa dan maut sebagai kekuatan yang sangat brilian. Kekuatan yang mempunyai kecerdikan dan strategi militer yang luar biasa cerdik untuk merebut dan menghancurkan Saudara. Ini dikatakan di dalam ayat ke-13 “jika demikian adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak. Tapi supaya nyata bahwa dosa adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku”. Kata mempergunakan dalam bahasa asli itu memunyai nuansa taktik militer. Dosa menginfiltrasi, melakukan sebuah strategi yang sangat tidak terdeteksi. Orang Kristen, kamu sedang berperang, jangan sibuk untuk hal yang tidak penting, jangan hancurkan dirimu dengan lupa siapa musuh. Ini yang Paulus ingatkan, dosa berbahaya bukan karena dia bisa merasuki manusia lalu membuat manusia kehilangan kesadaran tetapi karena dia lihai menggunakan kekuatan paling mungkin untuk memurnikan manusia, membalikannya menjadi senjata untuk menghancurkan manusia. Manusia sudah bobrok, sudah rusak, sudah jauh dari Tuhan dan Tuhan memberikan Taurat. Taurat ini pengharapan, kamu berada dalam kuasa kekacauan, dengar Taurat. Kamu ada dalam komunitas yang buruk, keluar dari Mesir dan masuk ke dalam komunitas Israel, jadi bagian dari Israel, nikmati Tuhan dalam komunitasmu dan Aku berikan Taurat. Taurat adalah cara untuk melawan kuasa kacau, kuasa jahat, kuasa penuh dengan dengki, amarah, kepentingan diri, penuh dengan segala macam hawa nafsu dan Taurat akan meniadakan semuanya itu. Taurat akan membuat ada harapan baru bagi manusia, “kami sudah hidup dalam cara yang sangat buruk, puji Tuhan, Tuhan berikan Taurat”. Tapi Paulus mengatakan dosa adalah dosa, ini adalah musuh yang sangat efektif, punya strategi yang luar biasa. Dosa menggunakan infiltrasi, masuk ke dalam yang baik untuk mendatangkan kematian. Supaya oleh perintah itu dosa menjadi lebih nyata keadaannya sebagai dosa. Apa yang digunakan dosa? Taurat. Ini mengagetkan, Taurat adalah harapan untuk memulihkan kita, dan Paulus mengatakan dosa menggunakannya untuk menghancurkan kemanusiaanmu. “Bukankah kami yang dulunya kacau, justru ada harapan karena Taurat?”, itu betul, tapi dosa menggunakan apa yang baik itu untuk membawa kematian bagi kita. Dosa menggunakan Taurat untuk membenturkan kita dengan Taurat dan Paulus membawa pengertian ini, konflik antara manusia dan Taurat ke dalam situasi pertama di dalam Taman Eden. Saudara harusnya bisa melihat itu, maksudnya ada berbicara tentang tawaran, membalikan tawaran, kemudian manusia jatuh. Ini yang dilakukan ular kepada Hawa di Taman Eden. Di Taman Eden, ular mengatakan kepada Hawa “pada hari engkau memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau tidak akan mati, pada waktu itu matamu akan terbuka menjadi seperti Allah tahu membedakan mana baik mana jahat”, ada tawaran palsu. Tawaran palsu yang langsung kontra dengan yang Tuhan katakan. Dosa tidak membuat Adam dan Hawa habiskan waktu unutk mengerjakan hal yang tidak efektif. Yang efektif adalah kontra perkataan Tuhan, itu yang paling efektif. Karena perkataan Tuhan adalah yang paling mungkin untuk memunculkan kemanusiaan manusia. Maka yang melawan perkataan Tuhan adalah yang paling mungkin menghancurkan kemanusiaan, simple. Ini strategi ular, ini strategi dosa. Saudara kalau tidak sadar ini, Saudara akan buka pintu untuk dosa karena Saudara pikir “yang penting saya aman hidupnya. Coba lihat hidup saya, sudah oke”, Saudara akan jatuh dalam jerat iblis. Dosa tidak peduli terhadap kebaikan Saudara. Dosa ingin Saudara punya alternatif untuk menjadi manusia yang bentur dengan apa yang Tuhan mau, dan kita terus ditipu dalam hal ini. Ini yang Paulus coba ingatkan. Ular menggunakan firman untuk mematikan manusia, dia tidak membuang waktu dengan godaan-godaan yang lain. Ular mengatakan “makan ini”, kontra langsung dengan Tuhan. Mengapa harus kontra dengan firman Tuhan? Karena ini yang paling baik, yang paling mungkin memunculkan kemanusiaanmu adalah melawan Tuhan. Ini aneh, kemanusiaan muncul lewat melawan Tuhan? Iya, “potensi keallahan dalam dirimu muncul kalau engkau melawan ini. Kamu makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat”, akhirnya kontra dengan apa yang Tuhan katakan dan efektif, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Ini yang ular senantiasa lakukan, ini yang dosa lakukan. Saudara perhatikan Paulus enggan memakai kata ular, iblis, setan atau apa pun untuk menunjukan kuasa ini. Paulus ingin orang tahu bahwa kuasa ini bukan person yang hebat, tapi kuasa ini adalah sesuatu yang berwujud dalam diri Saudara. Kalau dia bilang iblis, Saudara mengatakan iblis yang bikin, tapi Paulus menggunakan bahasa yang sangat sulit dimengerti yaitu istilah seolah-olah dosa itu adalah sebuah kuasa yang bukan cuma pribadi lain yang menggoda Saudara, tapi dia menginfiltrasi Saudara juga, menjadi bagian dari Saudara. Dia bukan person, dia bukan orang lain, sehingga Saudara tidak bisa mengatakan “ada orang lain yang mengerjakan”, ini dosa, dosa bukan orang lain. Dosa berwujud dalam diri Saudara dan Saudara melakukan apa yang Saudara sendiri lakukan dan Saudara membunuh diri sendiri dengan melakukan apa yang kontra dengan firman Tuhan. Maka hati-hati dengan kuasa dosa, Paulus mengingatkan ini, dosa menjadi nyata sebagai dosa karena dia menggunakan apa yang baik untuk mendatangkan kematian bagi saya. Maka Paulus mengatakan dosa itu menjadi nyata sebagai dosa karena dia pakai apa yang bisa selamatkan kamu tapi dia pakai itu untuk membuat kamu hancur. Kekuatan dari Taurat untuk memunculkan kemanusiaan manusia, justru itu yang dipakai oleh kuasa dosa. Kuasa dosa akan menarget perintah Tuhan lalu membalikannya langsung. Saudara silahkan lihat apa yang terjadi di dunia kita, selalu yang terjadi paling efektif adalah hal yang bentur langsung dengan firman Tuhan. Jadi Saudara bisa deteksi langsung semua hal yang merusak kemanusiaan adalah sesuatu versi yang berlawanan dengan yang Tuhan inginkan. Dosa mengerti dengan efektif bagaimana membalikan hukum yang menghidupkan menjadi hukum yang mematikan.

« 2 of 5 »