Terus bagaimana kita berubah? Berubah sebenarnya simpel. Ada sebuah komunitas yang belajar untuk punya theological gaze lagi, pemandangan yang mengagumi Tuhan. Sebenarnya ini tugasnya gereja, gereja dalam khotbah atau di dalam kehidupan sehari-hari berusaha kembali mempromosikan Injil. Dan Injil itu kabar baik dipromosikan dengan satu panggilan. Paulus tidak mengatakan, “hei kamu serahkan dirimu kepada Allah or else”, dia tidak pakai ancaman di sini. “Saudara-saudara demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu, persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup”, tidak ada paksaan. Paulus tidak bilang “kalau tidak, awas.  Kalau tidak, saya akan usir kamu dari Kekristenan”, tidak. Karena Paulus sudah pamerkan keindahanNya Tuhan. Tuhan begitu indah, lihat mana pun kamu akan melihat keindahan Tuhan. Lihat rencana Tuhan kamu memahami Allah itu indah, bahkan lihat pemberontakan manusia engkau menyadari di dalam pemberontakan manusia pun ada tangan Tuhan yang sanggup kerjakan hal yang baik. Kalau begitu Tuhan begitu agung, maka kita ingin menyembah Tuhan. Itu sebabnya David Morgan menawarkan, bagaimana kalau kita mulai dilatih kembali untuk mendeteksi apapun yang bagus sebagai sesuatu yang dari Tuhan. Mulai mendeteksi keteraturan Tuhan di dalam melihat alam, mulai mendeteksi hal yang indah sebagai sesuatu yang diwahyukan oleh Tuhan. Siapa yang sangka kalau kesalahan kita selama ini sebenarnya mengabaikan seni Kristen? Sesuatu yang kita tidak sangka, seni itu sudah bidang pinggiran di dalam kehidupan kita. Kalau anak Saudara ingin kuliah seni pun Saudara langsung mulai bingung, “kamu mau kuliah apa, nak?”, “melukis”, “melukis? Yang jualan lukisan di Braga sudah banyak, mau nambah lagi mana bisa?”, lalu kita mulai khawatir. Saudara boleh memberikan masukan penting untuk anak, kadang-kadang anak itu polos, “pokoknya ini panggilanku, apapun yang terjadi, terserah”. Saudara mesti ingatkan dia, “kamu juga bertanggung jawab secara finansial”, apalagi kalau dia laki-laki, “kamu akan punya keluarga, kamu harus support mereka” tidak harus kaya, saya tidak bilang Saudara harus tekankan anak untuk punya keluarga yang mewah, tidak. Tapi punya tanggung jawab untuk menghidupkan keluarga harus ada. Kalau hobimu dan pekerjaan yang kamu suka tidak bisa menopang itu, coba pikirkan bagaimana caranya untuk bertanggung jawab dalam hal ini. Jangan lepas tanggung jawab, serahkan ke Tuhan, itu bukan pemikiran Kristen. Tuhan memelihara, itu benar, tapi jangan mencobai Tuhan. “Apa pekerjaanmu?”, “pekerjaanku adalah bidang seni”, “ada hasilnya?”, “tidak ada”, “terus bagaimana?”, “terserah, urusan makan itu urusan Tuhan”. “Bukannya kamu yang Tuhan percayakan untuk cari makan untuk keluargamu?”, “iya, tapi Tuhan akan cukupkan”. Betul Tuhan akan cukupkan, but you must do something. Kalau hobimu atau pekerjaan yang kamu sukai tidak menghasilkan, maka kamu harus kerja dobel. Kerjakan sesuatu yang menghasilkan bagi keluargamu dan kerjakan hal yang kamu suka. Tidak bisa tinggalkan fakta bahwa kamu bertanggung jawab untuk hidupi keluarga. Saudara harus ditekankan ke anak laki-laki, tidak bisa tidak. “Kamu punya tanggung jawab untuk keluarga. Someday, suatu saat kamu akan menikah dan setelah nikah kamu keluar dari rumah ini”. Tentunya saya akan perlakukan itu ke anak saya, memang masih jauh. Tapi anak-anak saya tidak boleh terus tinggal di rumah saya kalau dia sudah menikah, tidak bisa. Kamu siap nikah pergi keluar, pergi keluar nanti tinggal di mana? Cari rumah atau tempat kos atau apartemen atau apapun, kamu mesti punya tanggung jawab hidupi keluarga. “Tapi aku hobinya tidak menghasilkan”, silakan jalankan hobi mu, tapi silakan lakukan sesuatu yang akan dipakai untuk menghidupi keluarga. Seni tak ber-Tuhan membuat kita jadi Agnostik, membuat kita jadi Atheis. Saudara lihat yang ditampilkan di TV lagu-lagu apa? Apakah ada tema Tuhan di situ? Tidak ada, lalu kita tidak anggap itu penting. Saudara bayangkan orang bisa habiskan uang begitu banyak untuk di situ, itu penting. Mengapa dunia musik populer bisa keluarkan uang begitu banyak untuk cari anak-anak remaja atau anak muda yang wajahnya ganteng, wajahnya cantik, membuat grup band, latih mereka nyanyi, latih mereka ini, invest jutaan dolar untuk mereka karena mereka akan dapat balik miliaran dolar. Kalau perputaran uang demikian besar, orang Kristen masih anggap itu tidak penting, orang Kristen itu bodohnya keterlaluan. Terus pikir apa yang jadi tradisi “pokoknya ini penting, ini penting, ini penting”, tidak mau belajar, tidak ada hikmat. Kadang saya sedih melihat orang Kristen punya banyak sekali pengertian saleh, tapi hikmat tidak ada sama sekali. Pengertian tentang apa yang penting dan apa yang tidak, kehilangan, tidak mengerti. Kalau dunia invest begitu banyak untuk hal yang namanya hiburan, mengapa orang Kristen tidak lakukan? Kalaupun lakukan, lakukannya salah, tiru-tiru. Orang Kristen jadi peniru nomor satu, orang Kristen jadi burung kakatua dan burung beo terhebat. Kita ini jadi cuma beo, “kalau musik populer seperti ini, kita adopsi”, dia tidak mengerti bahwa itulah alasan mengapa orang kehilangan iman.”Orang kehilangan iman karena musik populer, kita bawa ke gereja, kita taruh Kristus itu”, bukan Kristusnya, tapi musiknya. Bukan kata-katanya, kamu ganti kata-kata, tapi kamu tetap pakai musik yang sama tidak ada gunanya. Orang tetap akan tertangkap dan terpikat dengan model musik seperti itu. Dan ini yang membuat orang tidak ber -Tuhan. Saudara sekarang sepertinya cuma ada 2 kemungkinan, jadi Agnostik atau jadi Karismatik. David Morgan mengingatkan dekatnya 2 ini, “apakah benar dekat pak? bukankah tidak?”, sangat dekat. Kalau satu sudah capek jadi Agnostik, dia jadi Karismatik. Kalau sudah capek jadi Karismatik. jadi Agnostik lagi. Bolak-balik di situ terus. Kita mesti pikir apa yang dikatakan oleh David Morgan, religius gaze, di mana kemuliaan Tuhan harusnya dipaparkan, harusnya dipamerkan, seni Kristen. Perjuangkan seni Kristen, cara perjuangkan bagaimana? Cara perjuangankannya sebenarnya simpel, hidupkan tradisi yang sudah sangat kuat. Saudara sampai sekarang Eropa punya bangunan itu pandangannya Kristen, meskipun tidak dimaknai lagi. Mengapa bisa begitu? Karena dulu kuat sekali.Tokoh-tokoh seni paling tinggi, silahkan sebut namanya di dalam bidang musik, di dalam lukisan, saya tantang Saudara bisa sebut seniman paling hebat dan tidak mention orang Kristen, sulit. Pemusik teragung, Saudara berani tidak sebut Bach, Saudara akan dianggap orang yang kurang mengerti musik. Kalau Saudara tidak masukkan pemusik Kristen yang Agung, yang dipakai Tuhan, Saudara dianggap kurang mengerti musik. Kalau begitu bukannya Kristen sudah kuat di dalam sejarah ini? Sudah. Terus apa yang mesti kita lakukan? Kembali mempopulerkan, mempopulerkan dengan pengertian, menyadarkan orang bahwa kamu perlu punya kesadaran dunia ini milik Tuhan. Bagaimana sadar? Dengan dibangkitkan oleh seni. Dibangkitkan bukan oleh pengetahuan diberi tahu ini dunia milik Tuhan, “tahu, tapi saya tidak tertarik”. Bagaimana supaya bisa tertarik? Belajar lagi dari seni, belajar lagi untuk memahami Allah yang mulia. Ini sebabnya apa yang dikatakan oleh David Morgan itu sangat penting. Sehingga Saudara bisa punya pengakuan iman, bagus. Saudara bisa punya etika, bagus.

« 3 of 4 »