Sekarang yang ketiga, ritual agamanya bagaimana? Apakah kita sudah menikmati Kekristenan di dalam level yang bersifat menyeluruh? Saya belajar memahami Tuhan itu mulia, lalu belajar untuk memahaminya di dalam alam. Ini sebenarnya yang perlu diperjuangkan. Maka ketika kita memperjuangkan dunia pendidikan, kita menyadari pendidikan salah satunya adalah membawa kembali tema Kristen ke dalam hal yang selama ini sudah dipikir sekuler. Sekarang banyak orang memperjuangkan pendidikan yang Kristennya cuma tempelan, sekolah Kristen. Apa itu sekolah Kristen? Sekolah biasa, cuma ada tambahan Kristennya. Tapi bagaimana dengan prinsip Kristen di dalam setiap bidang? Apakah ini juga dipikirkan? Ini yang harusnya dipikirkan. Dan ini bukan hal yang mudah, kita dalam proses untuk pikirkan ini. Maka Kekristenan harus kembali ingat bahwa keindahan, seni, popularitas di dalam dunia ini sudah ditangkap oleh orang dengan cara yang salah. “Saya memahami keindahan tanpa harus ada Tuhan. Saya terhibur tanpa harus ada Tuhan. Saya memahami fungsi dari alam tanpa harus ada Tuhan”. Tapi itu tidak bisa dibenarkan. Itu sebabnya Paulus mengingatkan dulu bangsa-bangsa tersesat karena menyembah berhala, berhala muncul dari mana? Dari kekaguman kepada alam. Kagum sama alam, mengapa sembah berhala? Kagumnya sama alam mengapa sembah dewa-dewa langit, dewa laut, dewa gunung, mengapa? Karena tidak ber –Tuhan. Mengapa tidak ber-Tuhan? Karena sudah berdosa. Kalau begitu perlu ditebus? Perlu. Setelah ditebus bagaimana? Setelah ditebus punya pandangan yang berubah. Ini yang nanti Paulus katakan “berubahlah oleh pembaruan pikiranmu”. Paulus mengingatkan, berubahlah. Mengapa berubah? Karena pikiranmu sudah salah selama ini, mendeteksi yang bukan Tuhan di tempatnya Tuhan. Melihat yang bukan Tuhan di tempat yang harusnya lihat Tuhan. Itu yang salah. Maka Paulus mengatakan kamu harus kembali kepada apa yang seharusnya. Lalu Paulus mengingatkan, nanti kita bahas ini lebih detail belakangan, kamu mesti berubah pikirannya dan jangan pikirkan melampaui apa yang harus. Jangan pikir melampaui, banyak orang salah tafsir “berarti Paulus bilang jangan mikir”, dari mana itu? Jangan pikirkan melampaui, apa maksudnya pikirkan melampaui? Maksudnya adalah engkau berpikir untuk keagunganmu. Kamu mau tahu untuk keagunganmu ingin pamer kemampuan kamu di dalam level yang tinggi, tidak ada gunanya berpikir cara seperti itu. Kamu akan menikmati berpikir jika kamu memfokuskan pikiranmu kepada kemuliaan Tuhan. Apa yang kamu selidiki, apa yang kamu cari, apa yang kamu pahami, itu semua karena Tuhan. Itu sebabnya di dalam Roma 12 diingatkan persembahkan dirimu, mengapa? Karena kau sudah melihat pameran mulianya Tuhan. Allah yang mulia yang menciptakan bumi. Allah yang mau menyatakan kemuliaanNya di dalam bumi ini, Allah yang panggil umatNya, Allah yang memberi belas kasihan, Allah yang menebus, Allah yang memamerkan cinta kasihNya adalah Allah yang dikenal lewat iman ini. Sehingga ketika kita menyadari Allah yang beriman adalah Allah yang seperti ini, Saudara akan mempersembahkan diri. Lalu Paulus mengatakan persembahkan diri itu seperti apa? Dengan mempersembahkan tubuh, persembahkan tubuh. Konsep persembahan itu ada banyak, tapi banyak orang menduga dengan kata yang sama, Paulus sedang me-refer ke korban ucapan syukur. Ada banyak korban di dalam Kitab Imamat, salah satunya adalah korban ucapan syukur. Jika kamu ingin bersyukur kepada Tuhan, ini diberikan secara rela bukan kewajiban. “Jika kamu ingin bersyukur kepada Tuhan, bawalah lembu, bawalah kambing, kalau tidak mampu bawalah ini, ini”, itu diatur di dalam Kitab Imamat. Kita bahas Imamat di kebaktian 2, jadi tidak sekarang. Maka waktu Paulus memberikan kepada orang Roma pengertian “persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup”, orang langsung kaitkan ini dengan ibadah yang memberi korban. Memberi korban karena apa? Karena ucapan syukur. Ini yang mesti kita tanya ke diri kita. Kalau Saudara bersyukur kepada Tuhan, what would you give Him, apa yang engkau berikan kepada Dia, apa yang akan engkau berikan? Saya sangat bersyukur. Oke sangat bersyukur, apa yang kau berikan akan menentukan selevel apa kamu memahami kemuliaan Tuhan. Karena makin kita tahu mulianya Tuhan, makin kita bersyukur. Makin kita bersyukur, makin besar kerelaan kita untuk memberikan korban. Di dalam Kitab Imamat korban yang voluntary pun perlu biaya besar, bawa seekor sapi, sapi mahal. Jadi orang mungkin akan berpikir “aduh mempersembahkan korban, kalau tidak harus, tidak perlu ya. Ini kewajiban atau tidak?”, mungkin mereka tanya itu ke Musa, “Musa, ini wajib atau opsi, optional harus atau boleh tidak?”, Musa nanti akan mengatakan “boleh tidak”, “oh, boleh tidak, puji Tuhan boleh tidak. Saya tidak deh”, ini berarti Saudara gagal melihat mulianya Tuhan Karena waktu kita tahu Tuhan itu sangat mulia, ucapan syukur kita sangat besar. Ucapan syukur sangat besar, rela mempersembahkan sesuatu yang besar. Tahu dari mana Tuhan mulia? Paulus mengatakan, dari apapun yang kamu alami dari alam ini, dari keselamatanmu, dari pekerjaan Tuhan membangkitkan gerejaNya. Begitu banyak hal yang indah yang Tuhan nyatakan. Kalau kita sadar Allah mulia, kita bersyukur. Sudah bersyukur, ucapan syukur sebesar apa? Sebesar yang saya buktikan lewat persembahan. Di dalam Roma 12: 1, Paulus mengatakan, yang kamu harus bawa sebagai korban adalah badanmu. Ini mengagetkan, “badan? Saya bawa badan saya. Badan saya dipersembahkan di altar, kemudian dipotong dan dibakar?”. Tapi Paulus mengatakan ini persembahan hidup, persembahan kudus dan yang berkenan kepada Allah. Ini persembahan yang Tuhan tuntut, yang Tuhan mau kalau engkau rela memberikannya. Ini unik, kalau kamu rela, Tuhan atur bagaimana, tapi harus ada rela dulu. Jadi ada persembahan yang Tuhan atur, tapi sebelum beri mesti rela dulu. Bagaimana rela itu bisa muncul? Rela bisa muncul karena tahu Tuhan itu begitu mulia. Maka pekerjaan paling efektif dari setan adalah membuat Saudara tidak sadar Allah itu baik dan mulia. Mulai curiga kepada Dia, mulai merasa yang Dia kerjakan tidak seharusnya, mulai merasa kita lebih pintar dari Tuhan, “kalau aku jadi Tuhan, aku akan atur hidupku seperti ini”. Kita mulai kehilangan hormat kepada Tuhan karenanya. Ini yang bahaya, sehingga kita sulit mengatakan Allah itu mulia. Tapi Saudara boleh lihat di dalam kitab seperti Ayub misalnya, Ayub justru mengatakan kalimat yang mengharukan, “dulu saya dengar kata orang tentang Engkau, sekarang mataku memandang Engkau dalam keadaan seperti ini pun”. Dan Ayub menyatakan pengakuan iman yang besar sekali “di dalam tubuhku, aku akan melihat Tuhan”, yet in my flesh shall I see God. ada beragam tafsiran atau terjemahan memang. Tapi salah satu terjemahan yang baik mengatakan demikian yet in my flesh shall I see God, di dalam dagingku pun meskipun sudah sangat rusak, saya tetap akan melihat Tuhan. Tuhan itu mulia karena Dia pancarkan kemuliaanNya meskipun di dalam keadaan yang tidak mungkin. Kristus mati, ini jadi puncak kemuliaan Tuhan, dan Dia bangkit. Maka Paulus mengatakan jika kamu sudah tahu kemuliaan Tuhan seperti ini, persembahkan tubuhmu. “Saya mesti mati?”. tidak, kamu jadi persembahan yang hidup. Berarti yang Saudara persembahkan itu bukan persembahan momenterally. Ini yang unik, apa bedanya Imamat dengan Roma? Di dalam Kitab Imamat ada simbol korban momenterally. “Saya bawa lembu, saya persembahkan”, ini cuma momen itu. “Momen itu saya memberikan simbol persembahan, ada lembu yang dipersembahkan, dipotong, dibakar, kemudian dipersembahkan bagi Tuhan, itulah korban ku”. Ini seperti membedakan jepretan kamera dengan video. Imamat itu seperti jepretan kamera ini contohnya. Tapi hidup kita tidak hanya satu jepret itu, hidup kita berlangsung terus. Itu yang Paulus katakan, Imamat adalah simbol kamu mau mempersembahkan korban, kamu bersyukur kepada Tuhan. Tapi di dalam Injil, di dalam surat Roma, Paulus mengatakan “korbanmu adalah hidupmu”. Kapan aku memberi diri kepada Tuhan? Setiap saat. Mana mezbahnya Tuhan? Setiap tempat. Apa yang harus aku lakukan? Jadilah seperti korban. Bagaimana menjadi korban? Dengan hidup di dalam kesadaran bahwa engkau korban. Ini korban yang tidak dipamerkan di dalam bentuk gambar satu kali. Tapi dipamerkan di dalam seluruh kisah hidup. Teologi Paulus ini sangat menarik karena dia membagikan apa yang cuma momenterally. Momenterally berarti cuma satu momen, seperti Saudara jepret foto. Tapi Paulus tafsirkan di dalam keseluruhan hidup. Jadi kita ini sebenarnya bisa lihat korban yang dipersembahkan, lalu kita ingat jalani hidup seperti seolah-olah kita adalah korban itu. Saya pikir lukisan yang paling bagus adalah kisah tentang anak domba yang ditaruh di altar bentuk salib. Saya lupa  siapa yang melukis ini, ada anak domba yang sudah diikat kakinya, 4 kakinya diikat, lalu dia sudah siap disembelih, di taruh di atas altar yang bentuknya salib. Itu mengharukan sekali. “Inilah saya. Saya senantiasa menjalani hidup seperti ini. Saya senantiasa menjadi korban, saya senantiasa diberikan kepada Tuhan”. Mmana mezbahnya? Sekarang ini mezbahnya, Saudara ada di kantor, ada di gereja, ada di kamar lagi saat teduh atau bahkan di kamar sedang tidur, inilah persembahan itu. Seluruh hidup jadi mezbah, seluruh diri jadi korban. Maka Paulus sebenarnya sedang menghancurkan batas antara sacreddan non-sacred, yang kudus dan yang sekuler. Dihancurkan oleh teologi Paulus, oleh pengertian Paulus. Yang hancurkan itu siapa? Kristus. Karena di dalam Surat Ibrani dikatakan kematian Kristus itu bagaikan tirai yang terbelah. Jadi Surat Ibrani menafsirkan ada tira,di Bait Suci itu ada tirai, dan tirai itu ditafsirkan sebagai tubuh Kristus, ini lambangnya tubuh Kristus, simbol tubuh Kristus. Lalu ketika Kristus mati di kayu salib, ini seperti tirai itu terbelah. Tirai terbelah berarti tidak ada lagi batasan antara yang kudus dan yang non kudus. Tempat yang kalau masuk, kalau bukan imam besar masuk, orang akan mati, sekarang tidak ada lagi. Sekarang semua tempat adalah tempat kudus dan orang tidak mati. Betapa indahnya hal ini, berarti Kekristenan menikmati bumi yang sudah ditebus oleh Tuhan, menikmati keadaan dimana seluruh aktifitas kita adalah rohani adanya, menikmati keadaan dimana apapun yang kita lakukan, kita persembahkan untuk Tuhan. Mau tidak kita ada di dalam keadaan ini, maukah kita menyadari bahwa seluruh hidup kita adalah korban yang dipersembahkan kepada Tuhan? Bagaimana lakukan itu? Bagaimana memberi diri untuk Tuhan? Dengan menyadari betapa besarnya kemuliaan Dia di dalam seluruh alam. Ini klop, alam, seluruh bumi penuh dengan kemuliaan Tuhan. Lalu bagaimana dengan hidupku? Hidupmu dimasukkan di sini. Apa pun yang kamu jalani, kamu hidupi dan kamu jalankan, kamu lakukan itu berkait dengan kemuliaan Tuhan. Kenikmatan, kesenangan melihat Tuhan ada di situ. Tidak ada hidup lebih nikmat dari ini, tidak ada hidup lebih sukacita dari ini. Apa pun yang saya kerjakan, saya sedang kerjakan itu di dalam kemuliaan Tuhan. Saudara akan bersukacita karena apa yang Tuhan kerjakan ternyata termasuk ke dalam apa yang sedang saya kerjakan di dalam hidup. Kiranya Tuhan memimpin kita makin mengagumi Dia di dalam seluruh kepenuhanNya. Mari belajar mengagumi Tuhan, tanpa ini hidup Saudara ada yang hilang. Saudara terus merasa ada yang kurang, ada yang hilang, ada yang kosong, apa itu?Tuhan yang mulia. Kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4