Tetapi ternyata pimpinan Mesias ini tidak hanya membuat Israel menjadi dewasa di dalam Dia. Tapi pimpinan Mesias ini membuat orang pilihan, baik di Israel maupun di bangsa-bangsa lain ikut menjadi dewasa di dalam Dia. Saudara dan saya contohnya, kita menjadi anak di dalam Kristus, biarpun kita bukan Israel. Kita berbagian di dalam tahap dewasanya Israel meskipun kita tidak pernah berbagian di dalam tahap kanak-kanaknya Israel. Ini sangat penting, Roma membahas itu. Surat Roma menyatakan hal itu, Israel yang kanak-kanak, sekarang dilanjutkan oleh Israel dewasa dan kamu berbagian menjadi Israel dewasa. Kamu sekarang bukan lagi Yahudi, Yunani, laki-laki, perempuan, pembedaan itu tidak penting lagi. Paulus mengkritik pembagian oposisi biner, laki-laki perempuan tidak lagi relevan, kamu semua di dalam Kristus. Yahudi, bukan Yahudi tidak lagi relevan, kamu semua di dalam Kristus. Kaya miskin tidak lagi relevan, kamu semua di dalam Kristus. Pintar bodoh tidak lagi relevan, kamu semua di dalam Kristus. Keturunan apapun kamu, sekarang kamu di dalam Kristus. Berbagian di dalam tahap dewasanya Israel. Tahap dewasa berarti apa? Berarti melanjutkan pekerjaan Tuhan. Pekerjaan apa? Pekerjaan menjadikan seluruh bumi tempat berdiamnya Tuhan atau dengan kata lain menjadikan bangsa-bangsa murid. Saudara dan saya yang melakukan, bukan Israel. Saudara tidak melihat itu dilakukan Daud. Daud tidak mengirim misionaris keluar. Daud tidak memanggil Nabi Natan lalu mengatakan “saya tergerak mengadakan tim misi. Ayo kirimkan orang, kita pergi kemana-mana memberitakan bahwa Tuhan Allah Abraham, Ishak, Yakub adalah satu-satunya Allah. Mari kirim misionaris ke seluruh dunia. Mari menjadikan Israel menyebar lebih besar”. Itu tidak terjadi di Perjanjian Lama, mereka masih menunggu tahap dewasa. Kapan mereka menjadi dewasa? Yesus mengatakan “kalau Sang Anak, ben, datang membebaskan kamu”. “Jika kamu taat kepada Musa maka kamu belum anak”, mengapa belum? Karena Musa itu setia sebagai hamba, yeled itu seringkali disetarakan dengan hamba. Hamba kerja tapi bukan pemilik. Sedangkan anak yang sudah dewasa, kerja sebagai pemilik. Maka Yesus mengatakan, “tapi jika Anak membebaskan engkau, kamu benar-benar bebas. Kamu sudah menjadi dewasa karena Sang Anak”. Ini tahap yang dinantikan sebenarnya, kapan Israel menjadi dewasa di dalam pandangan Tuhan? “Setelah Aku kirim Sang Anak menjadi kepalamu”. Itu sebabnya Israel diberikan tanah yang berlimpah susu dan madunya, di satu sisi menyatakan berkat di sisi lain menyatakan “kamu adalah bayi yang Aku gendong, yang akan bertumbuh menjadi dewasa pada waktunya”. Dan ketika Kristus datang, bayi itu sekarang sudah dewasa. Sekarang dia dipanggil Tuhan untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Ini tahap dimana kita sekarang berbagian. Jadi tempat hidup itu sangat penting. Dimana saya hidup? Di bumi. Bumi itu apa? Harusnya bumi itu juga tempat suci. Harusnya juga ada simbol pohon pengetahuan baik dan jahat dan pohon kehidupan di bumi ini. Kalau begitu mana simbol pohon pengetahuan baik dan jahatnya? Pohon pengetahuan baik dan jahat yang Tuhan mau nyatakan adalah tentu kehadiran Tuhan yang menyatakan firman. Lalu pohon kehidupan, kalau kita lihat di dalam gambaran Wahyu adalah salib dan Kristus. Kristuslah yang menjadi pohon kehidupan. Jadi seluruh bumi harusnya menjadi Bait dan inilah yang akan Tuhan lakukan. Tuhan akan membuat seluruh realita menjadi tempat Dia berdiam bersama dengan manusia.

Kalau kita lihat gambaran ini di dalam sejarah keselamatan Alkitab, maka kita jelas dengan posisi mengapa dulu ada Israel dan sekarang mengapa ada bangsa-bangsa lain. Ini bukan Tuhan mendadak mengubah rencana karena rencana awal gagal. Tapi ternyata kegagalan Israel tidak membatalkan rencana Tuhan menjadikan bangsa-bangsa lain menjadi bagian dari Israel yang dewasa di dalam Kristus. Maka Saudara dan saya adalah orang-orang yang melanjutkan pekerjaan Tuhan itu. Dan lihat apa yang kita kerjakan? Kita membangun bumi, kita menjadi berkat bagi sesama dan kita mengerjakan segala hal untuk membuat bumi menjadi lebih baik. Paling tidak di dalam konteks kita, di dalam konteks pekerjaan Saudara. Tapi apakah pekerjaan itu otomatis langsung kelihatan hasilnya? Tidak. Sudah ribuan tahun, 2000 tahun Kekristenan ada di dunia ini dan dunia ini memang berkembang secara teknologi mungkin. Tetapi apakah kebaikan karena bumi akan menjadi tempat suci mulai kelihatan? Sepertinya tidak, karena kadang-kadang kita melihat bagaimana daerah menjadi Kristen dan taat Tuhan lalu mulai hilang, mulai mengabaikan Tuhan, mulai hidup dengan sembarangan, dan mulai mengabaikan pentingnya mengasihi Tuhan dan sesama. Sehingga kita melihat seperti pekerjaan yang naik turun terus. Dan ini mungkin cara pembacaan yang lebih baik daripada pembacaan positif yang lihat semuanya makin baik atau pembacaan negatif yang lihat semuanya makin buruk, dua-duanya salah. Bumi tidak semakin baik dan bumi tidak semakin buruk. Bumi seperti tetap berputar di dalam keadaan ada kebangunan, ada kemerosotan, ada kebangunan, ada kemerosotan. Saudara bisa lihat ini di dalam Kekristenan di abad 20, kita lihat bagaimana Kekristenan seperti akan memberikan harapan baru di daerah baru, tapi kemudian kembali mandek. Ketika badan Zending, badan misi namanya NZG didirikan di Belanda, salah satu tujuan badan misi ini didirikan adalah karena mereka melihat potensi besar untuk Indonesia menjadi daerah Kristen. Mereka lihat potensi ini sangat besar di dalam 100 atau 100 lebih tahun Indonesia dikunjungi oleh orang Kristen, tanggapan untuk menjadi Kristen cukup besar. Bahkan ada surat dari daerah Makassar, dari Kerajaan Gowa, waktu itu masih Portugis, yang menulis kepada Raja Portugis, “kirimkan lebih banyak guru Kristen di sini, kami ingin menjadi Kristen”. Jadi pengharapannya besar, maka NZG didirikan. Dan ketika misionaris dikirimkan, benar-benar seperti ada kebangunan. Ada seperti kebangunan besar di Maluku dengan kehadiran seorang namanya Joseph Kam, dia adalah seorang pengkhotbah yang luar biasa menurut yang disaksikan orang, dia bisa memberikan api baru kepada gereja-gereja di Maluku dan mereka seperti bangkit, Kekristenan menyebar. Tapi setelah NZG didirikan, sampai akhirnya di pertengahan abad ke-20 mereka bubar, jumlah persentase Kekristenan di Indonesia tetap cuma 80an persen, tidak berbeda dengan waktu mereka pertama datang. Jadi di satu sisi kita berpikir akan ada kebangunan besar, ternyata setelah itu tetap, persentase tetap sama. Jadi kalau begitu apa yang kita harapkan? Seperti ada pekerjaan yang berbuah, tapi kemudian seperti surut lagi. Ini berarti kita melihat Kitab Suci memberikan gambaran realita yang sepertinya begitu positif. Tuhan sekarang menyatakan ada tahap kedewasaan, umat Tuhan sudah dewasa dan Tuhan melibatkan banyak orang dari bangsa lain untuk berbagian menjadi umat yang akan mempengaruhi seluruh bumi. Sekarang bumi akan menjadi tempat suci Tuhan karena kita mengabarkan Injil. Tetapi ketika kita lihat realita sejarah, kita seperti di disiram air dingin, dari tadinya punya begitu banyak semangat sekarang seperti surut lagi. mengapa seperti ini? Dan kita tidak melihat kesulitan hidup menjadi berkurang, misalnya. Ada begitu banyak hal yang membuat orang Kristen seperti balik ke periode nabi-nabi ketika Israel berada di pembuangan, pesimis. Ada tulisan artikel dari Patrick Miller di dalam artikel mengenai pengharapan pemulihan Israel, dia menulis sebuah artikel yang sangat baik. Dia mengatakan di dalam seruan para nabi yang ditekankan oleh para nabi itu bukan pesimisme tetapi ratapan. Kita bingung apa bedanya pesimisme dan ratapan? Seperti mirip, orang pesimis dan orang meratap sama-sama sedang sedih, sama-sama sedang sulit, sama-sama sedang menghadapi realita yang tidak mampu dia tangani, sama-sama berada di dalam pergumulan yang sangat berat. Lalu apa bedanya pesimis dan meratap? Pesimis adalah keadaan sangat sedih dan tidak ada harapan, tanpa Tuhan. Sedangkan meratap adalah keadaan sangat sedih dan seperti tidak ada pengharapan, namun tetap ada sedikit iman yang menjadikan nabi-nabi itu berseru ke Tuhan dan mengatakan “Tuhan saya masih ada sedikit lagi, mungkin sudah mau hilang. Sedikit lagi iman bahwa Tuhan tetap akan menjalankan janji Tuhan, pelihara iman itu”, ini ratapan. Ratapan itu berarti di dalam segala keadaan sulit saya menemukan Tuhan pelihara iman saya meskipun sangat kecil. Maka kalau kita lihat misalnya kitab-kitab dari Yeremia, ia menulis satu buku khusus yang ditulis dengan judul ratapan. Di situ Saudara melihat segala beban hati yang dia panjatkan dan segala seruan seperti putus asa yang dia nyatakan. Alkitab ini buku realistis, bukan buku yang di setting seolah-olah menjadi buku rohani yang surgawi banget, yang tidak menerima apapun yang menjadi pergumulan manusia untuk masuk ke dalamnya. Ini buku yang sangat manusiawi. Mencerminkan apa yang kita alami dan apa yang kita rasakan, tetapi tidak membiarkan kita kehilangan pengharapan. Ini keindahannya mempunyai Kitab Suci, Saudara membaca di sini, diri Saudara digambarkan dengan jujur. Bukan buku yang pura-pura membuat ada kesempurnaan dan mengabaikan realita.

« 3 of 5 »