Waktu Kaisar Theodosius dapat surat yang menyatakan dia diekskomunikasi, kaisar ini tidak marah, dia langsung mundur, menyendiri ke padang gurun, lalu mengatakan “saya mau buktikan pertobatan saya, saya mau minta ampun kepada Tuhan”. Jadi kaisar ini hatinya baik, Kaisar Theodosius. Lalu dia pelajari dan dia sadar kita tidak bisa terima ajaran Arianisme tapi ajaran ini populer di mana-mana. Maka diangkat seorang bernama Gregory dari Nazianzus, dia adalah seorang pengkhotbah paling berbakat pada waktu itu. Dia adalah seorang yang kalau berkhotbah filosofi dan teologi begitu tajam dan begitu menarik, orasinya begitu mengagumkan. Saudara masih bisa baca tulisan Gregory dari Nazianzus yang judulnya Theological Oration, di situ kalau Saudara terbiasa membaca Bahasa Inggris terjemahan dari bahasa asing, ini diterjemahkan dari Bahasa Yunani, Gregory dari Nazianzus adalah teolog Yunani, bukan teolog latin jadi dia tulis dalam Bahasa Yunani. Maka dia mempunyai bahasa yang indah sekali, ketika kita terbiasa dengan orasi kuno atau orasi klasik, kita akan menikmati khotbah Gregory Nazianzus sebagai khotbah yang level tinggi sekali. Dia berkhotbah, orang sangat suka, dia sangat populer. Maka Theodosius mengatakan “Gregory, kamu mesti pindah, jangan terus ada di Kapadokia, pindah ke Konstantinopel, ke kota terbesar, kota utama”, Gregory mengatakan “tidak, saya sudah capek, saya sudah tua, baru kehilangan teman baik”, dia baru kehilangan Basil the Great, teman akrab dia, teman dari waktu mereka kecil. “Saya kehilangan temanku, sebelumnya saya kehilangan papaku. Hatiku penuh dengan duka cita, aku ingin menyendiri dulu, hibur diri, sebab hidupku sangat berat”. Tapi Kaisar Theodosius ini terkenal kaisar yang pintar sekali membujuk. Saudara kalau ada bakat membujuk, kembangkannya. Orang-orang seperti ini diperlukan, kalau ada orang ribut, lalu pembujuk datang, langsung damai. Ada orang benci orang lain, yang tukang membujuk ini datang, lalu damai. Ini diperlukan gereja, mungkin nanti kita membuat di dalam struktur organisasi, ada departemen penginjilan, departemen penggembalaan, departemen pengajaran dan departemen pembujuk. Karena banyak sekali orang merajuk, perlu dibujuk-bujuk dulu. Maka Theodosius datang, minta ketemu sebentar ke dalam kemah kerajaan, kemah kekaisaran. Kaisar itu kalau berangkat ke mana mereka punya kereta bagus dan juga ada kemah yang siap dibentangkan untuk mereka tinggal di situ. Waktu itu Gregory diundang masuk, Gregory mengatakan “apapun yang dia katakan, tidak akan mengubah hatiku”. Diak masuk, 15 menit kemudian keluar ditanya “bagaimana Gregory pertemuannya?”, “saya pindah ke Konstantinopel”, mengapa bisa seperti itu? Akhirnya dia pindah ke Konstantinopel, hari-hari dia di Konstantinopel diisi dengan memimpin PA. Waktu dia memimpin PA, dia serang ajaran Arius, yang mengikuti Arius banyak sekali, jadi pecah di pengikut Arius. Sebagian pengikut Arius mengatakan “argumen ini kuat, Kitab Suci mengatakan itu. Mengapa kita tidak mendapat itu di ajaran Arian?”. Tapi sebagian masih keras mengatakan “tidak, orang ini bidat, orang ini sesat sama seperti kaisar kita”, akhirnya terjadi perkelahian. Bayangkan tiap PA diakhiri dengan bukan tanya jawab, tapi tentang perkelahian, “PA hari ini kita akhiri, siapa yang mau berkelahi, silakan”, mereka berkelahi. Akhirnya satu kali ada yang meninggal. PA GRII Bandung masih ramah dan damai sekali. Di dalam PA ada yang meninggal, Gregory mengatakan “saya mau mundur, saya terlalu tua dan terlalu capek untuk hal-hal ini”. Akhirnya dia mengatakan” saya mau pindah lagi, saya mau pulang kampung”. Dia memutuskan pulang, Kaisar Theodosius mengajak dia bicara lagi di istana. “Mari datang ke istana”, Gregory mengatakan “pokoknya apapun yang dia katakan, saya tidak mau ubah niat saya untuk berhenti”. Akhirnya mereka bicara 15 menit, setelah itu Gregory keluar, anak buahnya tanya “bagaimana pak?”, “saya tetap lanjut”, ini hebatnya Theodosius.

Akhirnya berkat PA dari Gregory, banyak orang di Konstantinopel mulai menerima ajaran Tritunggal. Setelah waktunya tiba, kaisar ini memang ahli strategi luar biasa, setelah dia lihat arah dari orang yang mengikuti ajaran Tritunggal makin matang dan makin jelas argumennya, dia membuat konsili yang berikutnya the next ecumenical council, konsili menyeluruh yang kedua, maaf saya lupa yang ke berapa persisnya, ada satu konsili yang dianggap konsili yang tidak penting, mungkin itu setelahnya, nanti mesti pelajari lagi. Konsili ekumenikal yang melanjutkan Konsili Nicea. Maka mereka kumpul dan kemudian mereka membahas kembali tentang Tritunggal. Waktu itu orang-orang sangat diyakinkan dengan argumen tentang Tritunggal, maka ajaran Tritunggal menjadi resmi ajaran yang dipegang. Dan di seluruh gereja baik di Katolik Barat maupun di Ortodoks Timur di timur, sama-sama pegang Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel. Maka siapa mengatakan “aku gereja” akan ditanya “kamu benar gereja? Kamu Kristen? Gerejamu gereja apa?”, “gereja ini di daerah ini”. Tidak apa-apa, banyak gereja saling tidak punya channel organisasi dengan yang lain. Orang pergi ke Mesir membuat gereja di Mesir, orang pergi kemana membuat gereja di mana, tidak ada kaitan sinodal. Zaman dulu organisasi gereja belum satu seperti ini. Maka kalau tanya “kamu gereja dari mana?”, “kami dari jauh, kami orang asing yang ada di Konstantinopel. Kami dari Mesir”, atau kami dari Eropa atau dari mana pun. Ditanya “gereja apa kamu?”, jawabannya simpel “kami gereja yang mengakui Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel”. Maka Pengakuan Iman ini disebut simbolum atau simbolon, yang tidak ada kaitan dengan marga itu. Ini adalah medali yang dipecah, lalu satu pegang satu, yang lain pegang yang lain. Seumpama saya mau pergi jauh dari Bandung, misalnya saya mau pergi ke Denmark, ini contoh. Saya pergi jauh, lalu saya mengatakan ke Jemaat Bandung “nanti saya akan kirim utusan, terimalah dia”. Lalu Jemaat Bandung tanya “Pak, kami tahu dari mana kalau itu utusan dari Bapak?”. Maka saya akan ambil medali, saya akan pecah dua, saya taruh satu di Bandung, satu lagi saya pegang, nanti siapapun yang bawa medali ini dia utusan saya, itu yang dimaksud simbol. Saya pergi, lalu kalau saya mau kirim utusan, saya kasi bagian paruh dari medali yang sudah dibelah. Nanti orang utusan itu datang ke Bandung, lalu ketemu Pak Kiki dan orangnya mengatakan “Pak Kiki, saya utusan Pak Jimmy”, Pak Kiki mengatakan “saya tahu dari mana kamu utusan Pak Jimmy? Siapa tahu kamu bohong”. Maka dia langsung keluarkan pecahan medali, lalu Pak Kiki minta ke sekretariat “mana pecahan medali kita?”, nanti dikasi sama Saudari Hani. Lalu kemudian disatukan, kalau nyambung berarti benar ini utusan saya, itu artinya simbolum. “Kamu percaya doktrin Tritunggal?”, “ya”, “seperti Konsili Nicea Konstantinopel atau tidak?”, “iya”, berarti nyambung, ini satu. Itu gunanya Pengakuan Iman. Pengakuan Iman mencegah gereja menjadi gampang dimasuki ajaran bidat.

Tapi banyak orang sudah terputus dari ajaran sejarah karena zaman modern. Zaman modern mulai dari tahun 1.700 akhir atau 1.800 awal sampai sekarang sangat sombong. Ini adalah 200 tahun periode yang angkuh bukan main, yang langsung men-dismis, langsung buang zaman lampau sebagai zaman yang tidak penting. Seorang bernama James K.A. Smith mengatakan kepada orang yang tertarik teologi “kalau kamu benar tertarik teologi, milikilah sahabat kuno”. Apa maksudnya sahabat kuno? Berteman sama Agustinus, berteman sama Calvin, berteman sama orang-orang yang sudah 400 tahun lalu, sudah 500 tahun lalu, karena hikmat itu tidak bersifat naik. Teknologi bersifat naik, 200 tahun lalu teknologi masih sangat rendah, sekarang sangat tinggi. Tahun depan entah, 10 tahun lagi tidak tahu, 100 tahun lagi tidak mengerti seperti apa. Kita sudah masuk di dalam zaman di mana teknologi maju di dalam kemajuan yang luar biasa pesat, pertumbuhannya pertumbuhan yang eksponensial, luar biasa cepat. Maka kita berpikir semua pikiran manusia sama termasuk hikmat, itu salah. Kalau hikmat manusia bertumbuh terus makin lama makin canggih, maka Alkitab kita bukan bahan yang penting. Kita tunggu saja, saat ini hikmat manusia lebih penting dari dulu, tapi itu tidak terjadi.

Hikmat manusia adalah sesuatu yang unik di tiap zaman, ini perkataan dari seorang bernama Hegel, Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Dia mengatakan setiap zaman itu guru yang beda, ini sama dengan Saudara dengar khotbah. Dengar khotbah dari pendeta A di dalam GRII, tidak perlu dengar-dengar yang tidak sesuai dengan Pengakuan Iman. Hamba Tuhan yang berkotbah punya keunikan, punya gaya, punya perbedaan dan ini membuat Saudara mengatakan “saya bisa belajar unsur ini dari pendeta ini, saya bisa belajar unsur itu dari pendeta itu”, inilah yang membuat kita menjadi berlimpah. Hegel mengatakan hal yang sama setiap zaman itu guru yang unik. Calvin tidak terulang, Agustinus tidak terulang, Thomas Aquinas tidak terulang. Mau belajar hikmat dari mereka mesti repot mundur dulu. Demikian juga Paulus, Paulus tidak pernah diulang, Yang seperti Paulus cuma satu kali sepanjang sejarah manusia. Maka mau belajar Paulus, mesti repot-repot kembali ke abad ke-1. Mau belajar Immanuel Kant mesti repot-repot kembali ke abad 18. Mau belajar John Calvin, mesti repot-repot kembali ke abad 16. Mengapa mesti repot? Karena guru itu khusus zaman itu ada dan tidak berulang. Ini mirip dengan orang yang mengatakan kepada anaknya “nak, kamu mau belajar apa?”, “mama, saya mau belajar ilmu komputer, saya mau pergi ke Zimbabwe”, tidak mungkin. Pergi kemana? Ke Amerika atau ke Eropa, atau kemana pun, saya kurang mengerti. Kamu cari tempat paling bagus, cari guru yang baik, cari orang-orang yang studi dan yang kembangkan bidangmu, cari. Kalau jauh bagaimana? Pergi ke sana kalau mungkin. Jadi orang kejar pengetahuan melintasi lautan. Sekarang Hegel menawarkan “bagaimana kalau saya ajak kamu melintasi zaman untuk belajar?”, mau belajar Calvin pelajari abad 16, mau belajar Paulus pelajari abad ke-1. Dan ini kerepotan yang mesti kita tempuh karena hikmat di zaman itu tidak akan berulang. Ini bedanya hikmat dan teknologi, ini bedanya filsafat juga teologi dengan science. Science berkembang terus, ilmu berkembang di dalam bidang teknologi dan juga di dalam bidang pengetahuan teknik dan informasi. Tetapi hikmat manusia adalah hikmat yang Tuhan berikan secara unik di setiap zaman. Maka siapa mau belajar, belajar dari pendahulu.

« 3 of 8 »