Herman Bavinck termasuk teolog yang mempunyai pikiran untuk menjawab itu yang sangat baik menurut saya. Dia pertama mengatakan bahwa segala hal yang kita lihat terjadi dari rancangan Tuhan, tetapi harap kita ingat Tuhan tidak mendesain hal yang statis. Seluruh desain yang Tuhan siapkan adalah desain yang dinamis dan fix. Maksudnya fix adalah Tuhan sudah tetapkan sejarah dari awal penciptaan sampai sempurnanya nanti. Seluruh sejarah dari seluruh ciptaan Tuhan sudah Tuhan atur dari awal sampai akhir. Tapi Saudara dan saya tidak bisa memotong bagian di tengahnya, menjadikannya sebuah gambar dan mengatakan “lihat ada cacat”. Ini perbedaannya antara desain Tuhan dengan desain seorang arsitek. Seorang arsitek mendesain gambar yang kelihatan dan fix, tapi Tuhan mendesain sejarah. Jadi kalau Saudara mau bandingkan, jangan bandingkan gambar jadi yang ada salahnya dengan sejarah yang ada dosa, dan ada kekacauan, dan ada kejahatan di dalamnya. Tuhan punya rancangan sangat sempurna. Kalau desainnya Tuhan sempurna, mengapa ada kejahatan? Itu yang Bavinck bilang “kamu potong bagian dari desain sempurna itu lalu mengatakan lihat ada kejahatan”. Kalau saya melukis orang lalu Saudara potong bagian hidung, lalu Saudara mengatakan “lihat cuma hidung”, jelas cuma hidung, kamu yang potong. Jadi kalau Saudara yang lihat ada kejahatan, itu karena kamu hghtlight di situ, kamu soroti di situ. Berarti tidak tepat bagi kita untuk menyoroti kejahatan dan mengatakan desain Tuhan tidak sempurna. “Tuhan maaf, tapi desainMu tidak sempurna. Ini buktinya”, itu bukti yang kamu buat menjadi statis. Kalau Saudara lihat sebuah film, Saudara tidak bisa menilai film itu dengan pause gambarnya lalu mengatakan “lihat ini film tidak sempurna”, mengapa tidak sempurna? “Lihat orangnya diam”, jelas diam karena kamu membuat berhenti, kamu berhentikan di frame tertentu, lalu kamu mengatakan “lihat ini film tidak sempurna”, itu tidak bisa dipakai untuk penilaian. Engkau mesti tonton filmnya dari awal sampai akhir, kemudian beri penilaian. Demikian juga dengan sejarah dari seluruh ciptaan ini mesti dilihat dengan full, baru kita mengatakan “oh, ternyata ini rancangan Tuhan”. Tapi apakah Saudara bisa lihat dengan full? Kalau bisa dari mana caranya? Tidak bisa selain dari firman. Itu sebabnya untuk memahami ciptaan, Saudara dan saya perlu firman. Dan apa yang Tuhan firmankan membuat kita memengerti di dalam bagian tertentu memang, tidak total. Tapi bagian tertentu itu pun, misalnya periode sejarah Israel ini yang Paulus soroti di Roma 11. Periode sejarah Israel cuma bagian itu yang Paulus sedang soroti. Paulus tidak soroti nanti sampai ada bangsa-bangsa seperti Indonesia dan lain lain, dia tidak dipanggil Tuhan untuk bicarakan itu. Tapi dia bicarakan periode sejarah Israel dari waktu mereka menolak Tuhan dan dibuang sampai mereka balik dan ternyata Tuhan beritakan Injil ke bangsa-bangsa lain. Ini periode sejarah yang Paulus cut dan ambil dan tunjukan sebagai contoh. Jadi kita memang tidak bisa tahu ciptaan Tuhan dari awal sampai akhir dengan sempurna. Tapi kita bisa tahu bagiannya melalui apa yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Ini yang Paulus coba lakukan, “coba lihat peristiwa Israel. Kamu sudah lihat, sekarang kamu tafsir apa?”, Paulus mengatakan “yang saya tafsir dari peristiwa ini adalah Tuhanku sangat agung dan besar. Mengapa sangat agung dan besar? Karena Dia mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Dia boleh beri anugerahNya. Mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, ini ceritanya cerita yang buruk, berarti Tuhan mendesain ketidaktaatan? Di sini Paulus tidak bicara positif mengatakan, “iya Tuhan mendesain seluruh kejahatan”.Tapi Paulus juga tidak pernah mengatakan kejahatan itu di luar desain Tuhan. Ini yang membuat kita bergumul dan coba pertimbangkan teologi kita dengan hati-hati. Saudara jangan pikir berteologi itu gampang karena kita akan menemukan banyak hal yang sangat-sangat sulit kita pahami oleh karena keterbatasan kita. Di dalam Surat Petrus, Petrus mengatakan, “Saudara kita, Paulus sudah menulis tentang hal ini, dalam tulisan dia banyak hal yang tidak gampang dimemengerti dan orang-orang yang jahat memutar balikan apa yang dikatakan itu”, akhirnya menjadi kebinasaan bagi mereka. Jadi firman Tuhan perlu diteliti dengan cara yang hati-hati dan kita rumuskan dengan hati-hati juga. Sambil dengar apa yang orang katakan di dalam sejarah, sambil pertimbangkan apakah yang orang katakan itu bisa membuat kita menjelaskan, memahami Kitab Suci atau tidak. Kadang-kadang manusia gampang sekali loncat ambil kesimpulan, “saya sudah memengerti Kekristenan sekarang saya tolak?”, benarkah kamu sudah memengerti Kekristenan? Saya habiskan begitu banyak waktu untuk pikir, untuk baca buku, untuk tulis artikel, untuk tulis tulisan, untuk siapkan khotbah, untuk renungkan bahan untuk mengajar, dan lain lain, saya tetap merasa Kekristenan yang saya pahami baru sebagian kecil, begitu banyak yang belum saya pelajari. Kalau saya mengajar sejarah gereja, saya mengajar tokoh-tokoh, sebagian besar dari tokoh-tokoh itu belum pernah saya pelajari tulisannya. Saya hanya melihat dari second source secara inti saja. Saya tidak pernah terlalu tahu apa yang dikatakan oleh banyak orang-orang di dalam sejarah gereja, karena saya tidak punya kemampuan itu. Maka setelah mempelajari sejarah gereja, saya dengan rendah hati mengatakan “yang saya tahu tentang Kekristenan masih sedikit. Sehingga apa yang saya pahami dari Kekristenan adalah hal yang limpah tapi masih banyak hal yang limpah lagi yang belum saya pahami”. Tapi seringkali orang ber ambisi untuk memahami Kekristenan dengan cara yang sangat meng-over simplify, membuat kesimpulan yang terlalu simpel, “saya sudah memengerti Kekristenan sekarang saya tolak”. Apa yang kamu memengerti tentang Kekristenan? “Saya tidak bisa terima fakta Kekristenan seperti ini. Saya tidak bisa terima”, apa yang kamu tidak bisa terima? Tahu tidak itu sudah didiskusikan dan ada orang coba jawab, pernahkah kamu selidiki jawaban-jawaban itu? Ada orang mengatakan “saya tidak mau Reformed karena Reformed percaya predestinasi”. Kalau kamu tidak mau Reformed karena percaya predestinasi, tolong tolak Paulus karena istilah predestinasi dari Paulus bukan dari Reformed, “apakah benar dari Paulus?”, kamu saja belum tahu di situ. Jadi kadang-kadang kita tidak pernah mempunyai kerendahan hati untuk menyelidiki. Kita dengan sombong mengatakan “saya sudah tahu, apa lagi yang saya bisa pelajari? What more can i learn? Saya sudah lihat semua dari bird eye view. Saya sudah lihat semua dengan tuntas dan saya tolak”. Makanya orang kalau mengatakan tolak Tuhan, tolak agama, tolak Tritunggal, tolak Kristus, tolak Kekristenan itu kalimat-kalimat dikatakan tanpa belajar, tanpa survey, tanpa rendah hati, tanpa bergumul, tanpa baca baik-baik. Kalau kita mengatakan apakah Tuhan merancangkan seluruh sejarah dengan sempurna? Iya, apakah kejahatan masuk di dalamnya? Iya. “Berarti Tuhan yang rancang kejahatan?”, di dalam rancangan Tuhan ada kejahatan terlibat, tapi apakah Tuhan bertanggung jawab membuat kejahatan itu? Paulus tidak pernah ambil kesimpulan itu. Paulus tidak mengatakan Tuhanlah pembuat kejahatan. Paulus tidak mengatakan Dialah sumber kejahatan. Paulus tidak mengatakan Tuhanlah pencipta dosa, itu tidak ada. Di dalam Kitab Suci dikatakan terang itu dari Tuhan, gelap juga dari Tuhan. Tapi kita tidak boleh ambil kalimat itu keluar dari konteks. Tuhan tidak sedang bicara dosa dan pemberontakan kepada Dia. Tuhan bukanlah penyebab mengapa Adam memberontak kepada Tuhan. Tuhan bukan penyebab mengapa Saudara dan saya jatuh dalam dosa, Tuhan bukan penyebab mengapa ada kejahatan di dalam hati diktator-diktator yang ada di dalam sejarah dunia ini. Banyak orang mengatakan diktator yang paling mengerikan itu Hitler. Tapi saya pikir Lenin adalah salah satu yang tidak kalah mengerikannya. Dialah penyebab banyak orang di Rusia terpaksa melakukan kanibalisme, makan mayat dari keluarganya sendiri karena sudah tidak ada makanan. Mereka sudah sangat kurus, kalau Saudara lihat foto-foto yang pernah diambil, yang sempat dicari oleh pemerintah komunis, tapi disembunyikan dan akhirnya diekspose. Saudara seperti melihat zombie yang sudah tinggal tulang dan kulit, mengerikan sekali. Dan ini terjadi karena ambisi Uni Soviet untuk membuat senjata, kalahkan barat. “Kami perlu uang membuat nuklir”, mereka paksa seluruh hasil gandum diambil, dikuasai pemerintah dan dijual untuk keuntungan pemerintah. Lalu bagaimana dengan mereka yang perlu makan? Tidak dipedulikan, “pokoknya kalau ada gandum kita akan ambil segini” tapi hasilnya tidak sebesar itu. “Kalau hasil tidak sebesar itu berarti kamu sembunyikan”. Bukan sembunyikan, tapi memang panennya gagal, mau bagaimana? Pemerintah tidak peduli, ambil semua supply yang ada di gudang sehingga petani-petani jatuh miskin. Daerah-daerah miskin begitu banyak, sengsara yang dialami begitu besar. Komunisme itu hantu yang menakutkan sekali. Siapa mau membuat negara ini jadi komunis, itu orang sangat jahat. Itu sebabnya kalau kita belajar dari sejarah, kita tahu ada orang-orang yang kejam luar biasa. Tapi kita tanya apakah Tuhan yang membuat dia kejam? Tuhan kan pemilik segala sesuatu, Tuhan kan Maha kuasa, Tuhan kan bisa atur semua, berarti penyebab dia kejam ini pasti dari tangan Tuhan. Bukankah Alkitab mengatakan raja punya hati itu dialirkan arahnya oleh Tuhan, berarti Tuhan-lah yang mengalirkan, Tuhan penyebab raja jadi jahat. Lalu seringkali orang kutip dari Firaun, dari peristiwa Firaun. Di Kitab Keluaran Tuhan mengeraskan hati Firaun, bukankah ini jelas mengatakan Tuhan yang mengeraskan? Dari semua pembahasan di dalam Kitab Suci kita coba rangkum dan memahami bagaimana kita meletakkan pemberontakan dan juga perlawanan terhadap Tuhan di dalam ketentuan Tuhan yang sempurna ini. Kadang-kadang orang ambil kesimpulan, untuk melindungi Tuhan kita mengatakan “Tuhan tidak atur apa-apa. Ini karena free will, karena kebebasan manusia. Karena manusia bebas, maka dia jahat?”, “iya”. Jadi Tuhan tidak atur apa-apa? Tidak, Tuhan bebaskan. Tapi pertanyaan berikut muncul, kalau Tuhan bebaskan, maka arah sejarah dan juga keteraturan yang terjadi itu dari siapa? “Tidak harus dari siapa-siapa, ini mengalir begitu saja”. Saya sulit memahami argumen seperti ini, keteraturan sejarah itu mengalir begitu saja, keteraturan di dalam alam ini mengalir begitu saja. Tidak ada pribadi yang mengatur. Ini kan yang yang terus didengung-dengungkan oleh orang atheis. Alam begitu teratur, mengapa mesti ada pencipta? “Ya sudah alam teratur ya begitu saja”. Dia tidak memengerti implikasi filosofis dari kalimat itu. Banyak ilmuwan itu tidak memengerti filsafat, mohon maaf kalau saya ngomong seperti ini. Banyak orang cuma memengerti bidang dia, tidak memengerti filosofi paling tidak secara dasar. Dia tidak tahu implikasi filosofis dari kalimat itu adalah ketidakmungkinan, tidak mungkin kesimpulannya seperti itu. Kalau dunia ini kacau, realita kacau ini muncul dari mana? “”Tidak perlu pakai muncul-munculan. Pokoknya realitanya kacau dan thats it, memang kacau”. Berarti engkau setuju bahwa realita ini intinya itu kacau. Saudara tidak bisa ambil kesimpulan di luar itu. Jadi kalau ada kekacauan dan tidak ada yang atur, kita simpulkan kekacauanlah sumber utama, kekacauanlah yang membuat pengaturan. “Tidak, itu kan bentur masa kacau membuat teratur, kekacauan tidak menyebabkan keteraturan”, berarti bukan kekacauan yang menyebabkan. Kita tidak perlu cari penyebab, pokoknya ada akibat tanpa ada sebab. Kalau kamu percaya ada akibat tanpa ada sebab, mengapa di dalam hidupmu engkau terus mempraktekan ada akibat berarti ada sebab? Saudara kalau mempraktekan ilmu pengetahuan, Saudara tidak mungkin ambil kesimpulan tanpa mempertimbangkan sebab akibat yang komplit. “Ini hasil penemuan saya”, mengapa bisa begini? “Karena ada ini”. Kalau Saudara tidak mengatakan seperti itu, tidak mungkin lulus. Siapa yang belajar science akan mengerti ini. Saya menemukan obat? Dari mana obatnya? “Zat ini terjadi dari zat ini dan zat ini”. “Mengapa zat ini dan zat ini bisa menyebabkan ini?”, “karena zat ini dan zat ini mengandung ini”, ada sebab akibat terus. Jadi kita seringkali bermain tidak fair. Di dalam kehidupan real kita pakai sebab akibat, di dalam memahami alam kita pakai akibat tanpa sebab. Ini yang saya sering temukan orang mengatakan “saya tidak percaya Tuhan ada”, “mengapa dunia ini teratur?”, “ya begitu saja, mengapa mesti cari sebab? Akibatnya teratur sebabnya apa, saya tidak tahu”. Kalau tidak tahu bilang tidak tahu. Kalau tidak tahu, bilang tidak tahu dan saya beri tahu Tuhan yang membuat teratur. “Saya tidak mau terima jawaban itu” mengapa tidak mau terima? “Karena tidak masuk akal”. Mengapa tidak masuk akal? “Karena Tuhan tidak terbukti”, “tidak terbukti pakai apa?”, “ya tidak terbukti”. Saya ulangi lagi argumennya, karena ada keteraturan pasti ada yang mengatur, “tidak perlu, pokoknya ada akibat tidak perlu ada sebab”. Benar seperti itu? “Benar ini dunia memang seperti begini. Tidak perlu ada penyebab”. Jadi tidak ada penyebabnya? Tapi bisakah kamu aplikasikan itu dalam hidup? Tidak bisa. “Tidak harus bisa”, bagi saya Saudara tidak bisa punya pikiran yang pecah-pecah dan tidak teratur seperti itu. Entah mengapa kalau Saudara tanya saya, saya sangat sulit untuk menerima argumen yang tidak sound. Kalau Saudara ngomong A dan apa yang Saudara simpulkan sebagai A itu tidak ada juntrungannya, tiba-tiba langsung ngomong A, itu sulit untuk saya terima. Dan ketika orang mengatakan keteraturan dari dunia ini adalah dari sononya, saya kurang mengerti sono itu siapa? Karena kadang-kadang kita menghindar untuk memberikan jawaban simply karena kita tidak punya jawaban untuk meniadakan Tuhan. “Tuhan tidak ada tempat dalam logika”, buka, danlogikamu yang sudah diatur kurang bernalar sehingga Tuhan tidak bisa masuk dalam logikamu. Tapi kamu tidak bisa membuktikan mengapa tidak perlu ada Tuhan. “Yang perlu buktikan orang Kristen, orang Kristen buktikan sama saya kalau Tuhan itu ada. Kamu yang harus buktikan ke saya Tuhan itu ada”, oke, alam ini teratur karena diatur sama Tuhan, itu bukti yang sudah terus-menerus dikatakan. “Tidak bisa”. Banyak orang tidak mengerti bagaimana menyusun pengertian yang adil karena pikiran saja tidak bisa adil, bagaimana memperlakukan orang bisa adil? Itu sebabnya kalau kita mengatakan seluruh ciptaan ini ada kekacauan, tapi juga ada keteraturan. Mengapa? Karena ada Tuhan yang atur, berarti kita mulai berargumen dengan baik. Ada Tuhan yang mengatur good.