Sekarang kita lanjutkan, kalau benar Tuhan mengatur, mengapa Dia mengatur ada jahatnya? Ini juga jadi perdebatan atau pergumulan yang kita perlu cari dalam Kitab Suci. Mengapa Tuhan atur ada yang berontak, mengapa Adam memberontak? Mengapa ada orang jahat seperti Lenin, mengapa ada orang yang kejam sama orang lain, mengapa ada orang orang licik, mengapa ada kejahatan dari awal? Lalu kita coba telusuri dan kita menemukan Tuhan tidak beri tahu. Ini yang seringkali diserang dari Kekristenan, “kamu lagi-lagi tidak punya pengertian total tapi mengklaim sudah kenal Tuhan”. Orang Kristen tidak pernah klaim dia punya pengertian total, orang Kristen klaim dia punya pengertian yang cukup untuk mempercayai sesuatu, tapi kecukupan itu tidak cukup untuk membuat kita merasa seperti Tuhan bisa tahu segala sesuatu. Kita ini ciptaan, kita tidak mungkin tahu segala sesuatu. Kalau kita mesti tahu semua dulu baru percaya, kita tidak mungkin percaya apapun. Maka kita dengan rendah hati mengatakan “Tuhan saya tidak bisa mengerti kecuali Tuhan beri tahu. Dan saya mau belajar dari apa yang Tuhan beri tahu. Saya ingin pelajari firmanMu dan dari situ saya dapat jawaban untuk hal yang perlu saya tahu”. Maka teologi adalah bidang studi. Kalau Johan Bavinck mengatakan misi dan teologi itu sebenarnya science, bukan science ilmu pengetahuan alam tentunya. Tapi maksudnya adalah harus ada kerangka yang bisa dipertanggungjawabkan. Tapi apa yang diselidiki oleh science ini? Pastinya bukan alam, tapi firman Tuhan, wahyu yang tertulis itu yang diselidiki. Kita harus batasi di situ, apa yang wahyu tertulis tidak bagikan, Saudara dan saya tidak mungkin tahu. Apa yang wahyu yang tertulis yaitu Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu menyatakan, itu yang menjadi dasar untuk kita berteologi. Ini yang juga dilakukan Paulus, dan ini yang kita lakukan waktu membaca tulisan Paulus. Berarti Tuhan merancang semua, Dialah Allah perancang segala sesuatu dari awal sampai akhir. Lalu mengapa ada yang jahat? Herman Bavinck mengatakan demikian ketika kita melihat dunia ini diciptakan oleh Tuhan, maka kita melihat Allah kita sebagai Allah yang merancang segala sesuatu dengan begitu indah dan agung karena ditujukan untuk Dia sendiri. Kata Bavinck segala sesuatu dimulai dan berasal dari Allah. Lalu segala sesuatu berkait dengan Allah dan segala sesuatu yang diciptakan mempunyai kemungkinan untuk display, mempertunjukkan kesempurnaan Tuhan. Jadi ciptaan ini erat sekali kaitannya dengan Tuhan. Tidak ada bagian dari ciptaan ini yang tidak dimaksudkan untuk berbicara sesuatu tentang Tuhan. Maka Tuhan merancangkan ciptaan ini untuk display His glory menyatakan kemuliaan Dia. Bavinck melanjutkan, bagaimana dengan kejahatan dan dosa? Dia bahkan mengatakan tidak ada partikel di seluruh alam ciptaan ini yang tidak merefleksikan keTuhananNya Allah. Tapi bagaimana dengan dosa? Bavinck mengatakan seluruh alam ini bisa dipahami sebagai keteraturan yang alamiah. Ini bagian pertama untuk melihat alam, keteraturan yang alamiah. Yang kedua, ini saya pikir teologi yang penting sekali, bagi Bavinck seluruh ciptaan ini juga bisa dipahami secara perjanjian. Perjanjian, covenantal. Dia punya pengertian perjanjian adalah karena seluruh ciptaan ini berjalan dengan keadaan yang sudah ada dosa ketika manusia jatuh dalam dosa, maka ada namanya perjanjian, covenant. Perjanjian untuk apa? Perjanjian untuk membuat manusia mengerti ada Allah yang mempersiapkan rancangan penebusan. Bavinck melihat rancangan penebusan adalah rancangan yang Tuhan aturkan sebagai jawaban terhadap dosa. Jadi di dalam seluruh rancangan Tuhan, Tuhan merancang keindahan ciptaan, ini rancangan yang fix dari awal sampai akhir. Tapi di tengah rancangan ini ada rancangan yang namanya perjanjian untuk menyelamatkan. Perjanjian untuk menyelamatkan ini mengapa ada? Ini Tuhan nyatakan untuk reply, untuk menjawab fakta dosa. Fakta dosa dari mana? Bavinck tidak memberikan pengertian yang langsung dengan berani mengatakan “inilah fakta dosa dari sini”. Dia tidak mengatakan dosa dicipta oleh Tuhan karena itu tidak boleh. Di dalam kata-kata dari Calvin sendiri, “jika engkau mengatakan Allah adalah pencipta dosa, maka itu sebenarnya adalah penghujatan kepada Dia yang suci adanya”. Tuhan tidak mencipta dosa, jika engkau mengatakan Tuhan mencipta dosa, engkau menghujat Dia. Kalau Tuhan tidak mencipta dosa, mengapa dosa bisa ada? Kalau orang mengatakan “dosa ada”, berarti Tuhan bertanggung jawab? Iya Tuhan bertanggung jawab mereplay dosa itu dengan perjanjian covenant. Tuhan mengklaim bahwa Dia mempunyai solusi dari kejahatan dan kekacauan. Maka Alkitab tidak bicara tentang asal awal dari kejahatan, ini misteri yang sampai mati belum diungkapkan ke kita. Mungkin nanti di surga Tuhan akan beri tahu. Tapi Kitab Suci tidak bicara dari mana asalnya, karena di dalam Kitab Suci dikatakan datanglah ular, kemudian dia bicara dengan Hawa dengan kalimat yang menyelewengkan firman Tuhan. Kalimat ular itu jahat sekali, dari awal dia sudah bicarakan kalimat yang membuat Hawa curiga kepada Tuhan, “bukankah Tuhan melarang kamu makan?”. Itu kalimat jahat sekali, “Tuhan melarang saya makan?” Saudara bisa tarik apa yang bisa kita renungkan dari kalimat itu, “Tuhan larang kamu makan. Kalau Dia larang kamu makan mengapa berikan rasa lapar, mengapa berikan tubuh yang perlu energi, mengapa berikan mulut, mengapa berikan saluran pencernaan? Tuhan itu jahat membuat kamu perlu makan tapi melarang makan, bukankah itu kejahatan?”. Ini yang sebenarnya mau dimaksudkan oleh ular waktu dia bicara, “bukankah Tuhan memerintahkan semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan?”, lalu Hawa mengatakan, “tidak, semua pohon dalam taman ini boleh kami makan dengan bebas, tapi pohon pengetahuan baik dan jahat memang itu tidak boleh kami makan nanti kami mati”. Ada yang tidak boleh dimakan, tapi ular memberikan pernyataan yang membuat orang mencurigai motivasi baik Tuhan. Ini jadi ciri dosa sepanjang zaman, mencurigai motivasi baik Tuhan. “Saya tidak boleh mencurigai motivasi baik Tuhan? Boleh dong saya curiga. Saya perlu bukti dulu”, Saudara tidak bisa berpikir tentang Tuhan dengan tepat kecuali Saudara tahu Dia baik. Karena Saudara tidak bisa tahu apa yang Dia lakukan kecuali Saudara tahu motivasi di baliknya baik. Saudara tidak mengerti mengapa Dia membuat hidupmu seperti yang sekarang engkau alami, jika engkau tidak tahu Dia baik, engkau akan fitnah Dia dengan mengatakan Dia jahat dan Saudara akan tinggalkan Dia. Ini yang membuat iblis senang, “ayo tinggalkan Tuhan, karena Dia jahat”, tahu dari mana Dia jahat? “Pokoknya apapun yang Dia lakukan jahat. Tapi Saudara tidak bisa pahami jahat kecuali Saudara dari awal sudah bilang Dia jahat. Kalau Tuhan itu diragukan kebaikanNya, maka segala tindakan Dia akan jadi kejam di mata kita, dan ini yang ular mau. Maka dia mengatakan “Tuhan jahat, Dia larang kamu makan buah dari pohon manapun di dalam taman ini”, “tidak, yang lain boleh, tetapi pohon pengetahuan baik dan jahat ini memang tidak boleh, tidak boleh karena kami mati”, “bohong”, ini sudah ada bohong lagi. “Tuhan bohong. Kalau kamu makan kamu tidak mati, kamu akan menjadi seperti Allah, mengapa percaya Allah yang suka bohong?”. Tapi apakah ular memberikan bukti mengapa Allah bohong? Apakah ada pernyataan resmi yang bisa dipegang, yang menunjukkan memang Tuhan pernah bohong sebelumnya? Mestinya ular memberikan argumen “Tuhan bohong, kalau kamu makan kamu tidak mati”, Hawa tanya balik “tahu dari mana Dia bohong?”. Harusnya ular keluarkan list “ini Tuhan pernah bohong sama saya berapa kali, bohong bohong bohong bohong. Ini fakta”, lalu hawa lihat “iya ya, saya jadi ragu”. Kalau ada bukti okelah, tapi ini tidak ada bukti apa-apa. “Tuhan bohong. kalau kamu makan. kamu tidak mati. kamu akan jadi Allah”, “begitu ya, Tuhan bohong ya?”, “iya”, “ada bukti?”, “tidak”, “oke saya percaya”, itu manusia. Jadi percaya Tuhan jahat tanpa bukti. Kalau Tuhan baik, mengapa terjadi ini? Itu yang biasanya kita katakan. “Kalau Tuhan baik, mengapa ada kejahatan?”. Kalau Tuhan baik, mengapa ada kejahatan, kamu tidak mau terima Tuhan baik karena ada kejahatan, berarti kesimpulannya Tuhan itu jahat? “Iya Tuhan itu jahat karena ada kejahatan”. Kalau Tuhan jahat, mengapa ada yang baik? Anomali. Jadi yang baik itu anomali dari Tuhan yang jahat, mengapa tidak dibalik, kalau Tuhan itu baik, ada anomali namanya kejahatan, “tidak mau”. Mengapa tidak mau? “Pokoknya Tuhan harus jahat, titik”, ya sudah itu kesimpulan final. Kamu sudah simpulkan Tuhan jahat, maka apapun kamu desain untuk membuktikan kesimpulan final. Maka yang dikatakan Agustinus itu benar, kamu sudah punya komitmen dan sekarang kamu cari pengertian. Komitmen itu bukan dari pengertian, komitmen itu pra-pengertian. Setelah itu kita susun pengertian untuk komitmen kita. Maka kita perlu mendesain ulang pengertian tentang diri kita. Bagaimana sebenarnya kita berpikir. Apakah kita berpikir karena kita punya pengertian tuntas, baru ada keyakinan atau kita yakin lalu cari pengertian setelah yakin? Kalau kita lihat di dalam Kitab Suci, seringkali manusia susun dulu keyakinan baru setelah itu dia akan susun argumen. “Saya yakin dulu baru setelah itu saya beri tahukan kamu mengapa saya yakin? Saya yakin Tuhan jahat maka ini argumen-argumennya”. Mata yang memandang alam dengan pikiran di baliknya mengatakan “Tuhan jahat” akan mendeteksi pikiran dia benar,pasti akan ada buktinya. “Tuhan jahat”, tahu dari mana? “Lihat ada perang, ini bukti Tuhan jahat”. Atau bahkan yang lebih aneh lagi, Tuhan jahat tahu dari mana? “Karena ada perang”, ini masih agak nyambung. Tapi orang mengatakan “Tuhan tidak ada, karena ada perang”, ini aneh. Metafisika dibuktikan dari etika, saya tidak mengerti bagaimana nyambungnya. “Pokoknya Tuhan itu tidak ada, kalau Dia ada, mengapa ada perang?”, mengapa bicaranya seperti itu? Lebih masuk akal kalau mengatakan “Tuhan jahat maka ada perang” itu masih lebih oke, mungkin Tuhan kita Ares, dewa perang, makanya hobi membuat perang. Tapi kalau Saudara bilang “Tuhan tidak ada karena ada perang” itu agak sulit diterima. Jadi kalau Saudara bilang “Tuhan jahat” Saudara akan bilang “tuh kan ada perang, tuh kan ada kejahatan, tuh kan ada maling, tuh kemarin saya mau kecurian motor, tuh kemarin ada copet”, itu semua karena Tuhan jahat. Jadi kesalahan manusia itu akibat Tuhan. “Iys, Tuhan menciptakan kita dan Tuhan membuat kita jahat”. Jadi Tuhan itu jahat? “pasti jahat”, tahu dari mana? “Karena ini buktinya”. Kamu sudah tahu Dia jahat dulu baru cari bukti atau kamu buktikan dulu dengan penglihatan dan pemandangan dan penilaian yang tepat? Tidak bisa. Saudara akan mengatakan “saya sudah duga dulu Tuhan jahat. Baru setelah itu saya cari bukti”, maka ini yang dipakai oleh iblis. Iblis mempermainkan kegagalan kita untuk mengerti mana komitmen mana bukti. Dia pakai kita, dia pakai perkataan dia untuk membuat kita berkomitmen bahwa Tuhan itu jahat. Ini komitmen yang aneh “pokoknya Tuhan pasti jahat dan saya akan cari buktinya”. Tapi Kitab Suci memberikan pengertian yang lain, Allah itu baik, Allah itu baik adanya. Saya sangat terharu dengan kalimat Bonhoeffer yang yang dijadikan lagu, “Tuhan ajar kami untuk menikmati segala kesulitan, kepahitan, penderitaan yang kami alami sebagai cawan pahit yang diberikan dari tanganMu yang baik”. Tuhan baik dan Tuhan beri saya cawan pahit, saya akan minum”. Saudara, gambaran ini sulit untuk kita mengerti, kita akan terus menduga seperti apa Tuhan, kecuali kita dari awal beriman. Allah adalah Allah yang baik, itu iman. Kalau iman, dapat darimana imannya? Iman sesuatu yang diberikan karena firman dan karena pekerjaan Tuhan. “Kalau ini pekerjaan Tuhan, tidak ada kaitan dengan saya”, tidak, ada kaitan dengan kita karena Tuhan tidak pernah kerja dengan mengabaikan kita. Saudara harus belajar beriman. Dan ketika Saudara mampu itu Tuhan yang support, Tuhan yang berikan kemungkinan untuk Saudara beriman, Tapi saya minta kita pikirkan hal ini, belajar beriman bahwa Allah itu baik, belajar mengetahui kalau Dia tidak baik, dari awal Saudara sudah tidak punya pengharapan. Dari awal tidak akan ada yang baik di dalam hidup. Dan kalau Allah itu tidak baik, Saudara dan saya tidak mungkin hidup seperti sekarang, bisa tenang hatinya. Kalau benar Allah itu jahat, Saudara harus mengatakan “saya tidak mau hidup, karena kalau Tuhan begitu jahat, tidak ada poin saya hidup”. Tapi kita harus punya titik awal untuk mengenal Tuhan dengan benar. Allah itu baik. Kalau Allah itu baik, mengapa ada yang kacau? Karena waktu saya memikirkan tentang kebaikan Tuhan, saya akan coba tempatkan hal-hal yang terjadi di dalam posisi yang menyatakan Allah baik.Tuhan itu pasti baik, maka saya akan coba pikirkan bagaimana memahami segala sesuatu di dalam kebaikan Tuhan. Ini yang sebenarnya ditawarkan oleh Paulus. Paulus mengatakan “kasih Allah dicurahkan ke dalam hatimu”, Roma pasal yang kelima. Paulus mengatakan “semua dikerjakan Tuhan demi kebaikan”, Roma pasal yang kedelapan. Dan di dalam pasal yang kesebelas, Paulus mengatakan, “bahkan pemberontakan pun Tuhan desain untuk kebaikan”, karena Allah itu baik. Itu sebabnya Herman Bavinck mengatakan di dalam seluruh alam ciptaan, ada 2 cara untuk memahami, cara pertama adalah seluruh realita ciptaan ditujukan untuk Tuhan demi kemuliaan Dia. Lalu yang kedua, seluruh realita ciptaan menampung sesuatu yang namanya perjanjian untuk menyelamatkan. Mengapa bisa ada perjanjian untuk menyelamatkan? Karena Tuhan berniat meresponi dosa. Tuhan akan jawab dosa atau dengan kata lain kalau pakai bahasa dari Perjanjian Lama, Tuhan akan tantang dosa dan hancurkan dosa. Saya lebih suka bahasa itu, bahasa chaos kampf, kalau kata penyelidik ahli Perjanjian Lama, mereka melihat chaos kampf ini jadi tema besar di dalam dunia kuno. Tuhan akan tantang yang jahat dan akan hancurkan. Terus pertanyaan, yang jahat dari mana? Tidak diberi tahu. Mengapa tidak diberi tahu? Tuhan ingin kita berfokus kepada apa yang akan Dia lakukan ketimbang berfokus dari mana. Ini yang kita sudah sempat bahas di pertemuan yang lalu. Di dalam pengertian Bavinck seluruh alam ini ada tujuan, tujuannya apa? Untuk kemuliaan Tuhan. Lalu mengapa ada perjanjian keselamatan? Karena apa yang Tuhan tujukan untuk diriNya, dikacaukan oleh dosa. Dosa datang dan mengacaukan. Apakah Tuhan merancangkan ada dosa? Bavinck dengan hati-hati mengatakan Tuhan merancangkan adanya respons, reply Dia terhadap dosa. Dosa terjadi dan Tuhan bersiap me-reply. Kapan Tuhan merancang untuk me-reply? Di dalam kekekalan, di dalam pikiran Dia. Ini perbedaan Bavinck dengan Arminian, misalnya. Orang Arminian akan mengatakan Tuhan merancangkan keselamatan setelah Dia lihat manusia jatuh dalam dosa. Jadi Tuhan meresponi sejarah, ini Bavinck tidak setuju. Tuhan tidak meresponi sejarah, Tuhan meresponi apa yang ada di dalam rancangan Dia.Terus Dia merancang ada dosa? Dia merancang adanya izin dari Dia untuk adanya dosa. Saudara mungkin akan tanya “adanya izin dengan adanya dosa itu bedanya apa? sama aja”, tidak sama. Saudara kalau biasa berteologi, Saudara akan lihat satu istilah dimasukkan akan mengubah pengertian secara mendalam. Memasukkan kata mengizinkan itu beda dengan menariknya dan mengatakan Tuhan secara aktif membuat dosa. Kalau Saudara terima Tuhan secara aktif membuat dosa di dalam rancanganNya, maka Saudara harus kompromikan Tuhan itu baik. Dan itu tidak sesuai dengan firman Tuhan. Firman Tuhan mengatakan Allah itu baik, maka Dia pasti bukan jadi penyebab dosa. Mengapa ada dosa?  Tidak tahu, tapi Tuhan merancang untuk me-reply-nya. Itu yang membuat kita mengetahui bahwa Tuhan mempunyai jawaban atas dosa. “Berarti dosa dan Tuhan sama-sama ada di dalam kekekalan?”, tidak juga. Dosa adalah realita yang hanya mungkin di dalam ciptaan, bukan di dalam Tuhan. Tidak mungkin ada dosa di dalam Tuhan, itu aneh sekali. “Jadi dosa itu di luar Tuhan. Kalau begitu siapa yang menyebabkan? Pasti Tuhan. Karena sebelum ada apa-apa cuma ada Tuhan, lalu Tuhan menciptakan didalamnya ada dosa, berarti kan dari Tuhan”. Seorang bernama Michael Welker punya jawaban yang saya pikir perlu dipikirkan tentang hal ini. Welker mengatakan kita membuat ciptaan itu seperti gampang dipahami, over simplify. Pokoknya kalau semua dari Tuhan, maka berarti ciptaan itu terjadi otomatis karena Tuhan. Misalnya mengapa ada bunga? Karena Tuhan. Mengapa ada virus covid? Karena Tuhan yang membuat, satu kali Tuhan mengatakan “jadilah virus covid”, langsung jadi. Mengapa ada malaria? Karena Tuhan yang ciptakan, Tuhan mengatakan “jadilah malaria”, langsung jadi. Kita over simplify keindahan, kerumitan dan juga, ini satu kalimat mungkin harus hati-hati kita pahami, independensi ciptaan. Independensi bukan independen dari Tuhan, Welker sangat hati-hati dengan itu. Dia mengatakan ciptaan itu tidak pernah tidak bergantung ke Tuhan. Tapi ada paradoks di sini, di mana ciptaan itu sendiri pun ada independensi untuk bertindak. Tuhan yang berikan, misalnya di dalam kisah penciptaan Tuhan mengatakan, “biarlah tanah menumbuhkan tunas”, mengapa Tuhan bilang biarlah tanah menumbuhkan tunas? Mengapa Tuhan tidak langsung bilang “jadilah tunas”, mengapa Dia tidak langsung ciptakan tunas? Mengapa pakai tanah untuk ciptakan tunas? Lalu Tuhan mengatakan, “biarlah dari dalam laut keluar binatang-binatang air”. Mengapa mesti pakai laut? Mengapa Tuhan tidak langsung ciptakan binatang laut? Tidak begitu. Dan bagi Welker kalimat itu perlu kita pikirkan mengapa? Mengapa Tuhan pakai kata tambahan biarlah tanah mengeluarkan tunas supaya ada tanaman, mengapa mesti libatkan tanah? Jadi bagi Welker ciptaan ini lebih kompleks dari yang kita pikir. Jadi kalau kita mengatakan apapun yang ada, itu berarti Tuhan secara otomatis langsung ciptakan. Bisa juga dibilang begitu, tapi Tuhan tidak pernah tidak melibatkan ciptaan. Saudara hadir di dunia ini karena Tuhan ciptakan betul atau salah? Betul. Kalau begitu papa mama tidak relevan? Kalau ditanya “siapa papa mamamu?”, “mengapa harus tanya papa mama? Mengapa asumsikan saya punya papa mama?” ,”masa kamu tidak punya papa mama?”, “Tuhan ciptakan saya”. “Oke, jadi tidak ada papa mama?”, “papa mama itu tidak relevan, cuma kebetulan Tuhan pilih papa mama”, tidak kebetulan, harus. Tidak ada di antara kita yang muncul sendiri atau yang turun dari surga, atau jangan-jangan naik dari neraka? “Dari manakah engkau, dari Tuhan langsung?”, “tidak, saya dilahirkan sama mama”. Mengapa bisa lahir dari mama? Karena dikandung di dalam rahim mama. Mengapa bisa dikandung di dalam rahim mama? Karena mama dibuahi oleh papa. Mengapa mesti ada pembuahan? Mengapa mesti ada hubungan seksual? Mengapa Tuhan pakai cara ini? Mengapa semua keberadaan di dunia bisa dideteksi dengan sangat detail, sangat teliti oleh science? Sebab akibat yang rumit bisa dipahami dari penyelidikan ilmu pengetahuan. Mengapa begitu? Welker mengatakan, karena ada some sort of independensi dari ciptaan yang tidak tanpa Tuhan. Tuhan merancang ciptaan ini lebih rumit dari yang kita pikir. Maka kalau kita mengatakan karena ada kejahatan, therefore Tuhan yang buat, berarti kita salah mengerti kerumitan dari ciptaan ini. Memang benar Tuhan rancangan semua, tapi rancangan itu tidak simpel. RancanganNya sangat rumit. Mengapa rumit? Jonathan Edwards, sekarang yang saya kutip, mengatakan kerumitan itu terjadi karena sebenarnya kemuliaan Tuhan melampaui ciptaan ini. Waktu Tuhan pakai kendaraan yang namanya ciptaan untuk mengekspresikan kemuliaan Dia, maka kendaraan ini akan penuh dengan hal yang kalau diselidiki sangat-sangat melampaui apa yang kita mampu pikirkan. Ciptaan ini adalah realita kompleks yang indah yang mempunyai web yang sangat berkait, interconnected satu sama lain, punya kerumitan, keindahan, kelimpahan yang melampaui kemampuan kita untuk mengertinya. Jadi Tuhan tugaskan kita ada di bumi ini untuk menjadi manusia yang sanggup menangani bumi, tetapi sanggupnya kita itu sanggup yang sangat terbatas. Kita perlu sejarah yang panjang untuk mampu menggunakan apa yang ada di dalam alam ini. Tuhan pakai ciptaan ini supaya ada cara, supaya ada perkembangan yang muncul di dalam ciptaan, yang tidak tanpa Tuhan tetap ada Tuhannya, tapi Tuhan memakai ciptaan dengan cara yang sangat kompleks, sangat rumit untuk menghasilkan sesuatu yang indah dan baik. Maka kalau kita bilang fakta ada dosa langsung kaitkan dengan Tuhan, Tuhan bertanggung jawab, tidak bisa. Terus mengapa bisa ada dosa? Karena ada kejahatan dalam hati manusia. Mengapa bisa ada kejahatan dalam hati manusia? Karena ada kegagalan mengekang keinginan diri. Keinginan yang bagus ditafsirkan dengan jelek di cari dengan pemuasan hawa nafsu dan akhirnya menghancurkan orang lain. Mengapa bisa ada begitu? Kompleks saya tidak mengerti mengapa, pokoknya sudah ada. Sangat kompleks. Welker mengingatkan kita untuk tidak mempersalahkan Tuhan karena kita salah terlalu over simplify, men-simple-kan seluruh ciptaan ini. Seluruh ciptaan kita pikir ada di dalam pikiran kita yang paling ujung, “gampang mengerti, pokoknya begini. Karena begini berarti Tuhan begini, karena Tuhan begini berarti Dia jahat”, itu kesimpulan yang sangat over simplified fakta. Itu sebabnya kalau Saudara mau memahami tentang ciptaan, Bavinck menyarankan pahami dalam 2 hal. Pertama, Tuhan merancangkan cipta ini untuk Dia. Seluruh ciptaan ini baik dan Tuhan akan pakai untuk Dia. Lalu di tengah-tengah sejarah penciptaan, mengapa ada perjanjian? Mengapa ada perjanjian keselamatan? Mengapa Tuhan berjanji menyelamatkan? Karena janji keselamatan adalah respons Tuhan, jawaban Tuhan untuk menaklukkan dosa. Tuhan mengatakan “Aku akan menghancurkan, mengalahkan dan meniadakan dosa, kejahatan dan maut. Aku akan lakukan itu di dalam konsep keselamatan perjanjian”. Itu sebabnya Bavinck mengatakan perjanjian bukan ciptaan, tidak sama dengan ciptaan. Perjanjian adalah respons Tuhan karena ciptaan ini terganggu dan jadi kacau. Jadi kekacauan di dalam ciptaan direspons oleh Tuhan.

« 4 of 5 »