Dan ini yang dikatakan dalam ayat 6 “Dia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Tuhan akan menghakimi pada akhirnya nanti). Dan penghakimanNya akan diberikan kepada mereka yang benar-benar menolak Dia, dan kebenaran serta keselamatan akan diberikan kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidak-binasaan”. Jadi kalau Saudara tekun mencari berbuat baik, cari kemuliaan, cari kehormatan, cari ketidak-binasaan, Saudara selamat. Hidup kekal diberikan kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, tekun mencari kemuliaan, tekun mencari kehormatan, tekun mencari ketidak-binasaan. Tapi bagaimana ini didamaikan dengan pasal 3, 4, 5 & 6 dimana Paulus mengatakan hidup kekal diberikan bukan karena perbuatan baikmu, tapi karena berkat yang Tuhan berikan, pembenaran dari Kristus. Bagaimana mendamaikan ini? Kita berusaha mendamaikan dua sisi ini karena kita sudah hidup melampaui zaman Reformasi dimana pada waktu sebelum Reformasi ada kasus. Orang mengatakan “saya ingin masuk sorga, bagaimana caranya?”, “kamu harus taati apa yang diperintahkan oleh gereja, kamu harus timbun jasa bagi dirimu sendiri”. Martin Luther menentang ini dengan mengatakan “kamu tidak bisa timbun jasa. Tuhan yang benarkan kamu, bukan kamu yang mencari jasa”, mana buktinya? Roma 3, 5, 6 itu jelas sekali. Roma 8, semua karena kasih karunia Tuhan dan Tuhan memberikannya di dalam Kristus untuk kamu, bukan kamu yang cari, jadi kamu tidak perlu cari jasa, Tuhan yang akan berikan. Tapi jasa yang dimaksudkan adalah jasa yang berkait dengan tata cara dan ibadah di dalam gereja, bukan pekerjaan yang baik di dalam pengertian moral yang akan memengaruhi masyarakat. Saya ingin ingatkan hal ini dengan jelas, kalau Saudara menyukai keadilan, kesucian, kasih, kebenaran hidup, menyukai memperlakukan orang dengan baik itu bagian dari keselamatan dan itu yang tidak pernah ditentang oleh Paulus atau pun Martin Luther. Yang ditentang oleh Martin Luther atau pun Paulus adalah semua tata cara yang membuat kita mendapat jasa, ini penting untuk kita pahami, jasa yang membuat kita lebih baik, membuat kita lebih mungkin untuk selamat. Sehingga ketika Saudara memperlakukan sesama dengan adil, menjalankan kebenaran, menjalankan kasih, Saudara tidak mungkin harap dengan melakukan ini Saudara menimbun jasa. Ini sama seperti kalau ada satu orang mendekati seseorang, kemudian dia berbuat baik kepada orang itu, karena dia punya mau. Maka jasa yang dimaksudkan Paulus dan Luther juga sama, ketika Saudara menimbun sesuatu untuk berharap “saya jadi lebih baik di dalam pandangan Tuhan”. Maka Saudara mengatakan “kalau kamu mau selamat jangan berbuat baik”, itu ngawur, Alkitab tidak pernah mengajarkan itu. Justru sebaliknya Alkitab mengajarkan jika perbuatanmu tidak pernah berubah, Tuhan tidak mungkin selamatkan kamu. Bukankah ini berarti pengorbanan Kristus dikecilkan karena ini berarti Kristus plus perbuatan baik. Mana ada ayatnya di dalam Alkitab yang mengatakan pengorbanan Kristus itu akan selalu dikurangi oleh perbuatan baik, yang di dalam pengertian kasih dan lain-lain. Justru Tuhan mengatakan “apa yang sudah Aku kerjakan adalah untuk memampukan kamu untuk kerjakan perbuatan baik”. Sehingga yang Paulus katakan di sini adalah Tuhan akan memberikan hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik dan ini tidak harus dibenturkan dengan bagian mana pun. Mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidak-binasaan. Bagian ayat 6 & 7 adalah sesuatu yang melanjutkan argumen Paulus di pasal 1. Dan di pasal 1 Paulus mengatakan tidak ada orang mencari Tuhan. Maka kalau Saudara padukan mencari Tuhan sama dengan mencari perbuatan baik, kemulian, kehormatan dan ketidak-binasaan, tidak ada orang mencari Tuhan yang benar tapi tidak tidak mencari perbuatan baik, kemuliaan, kehormatan dan ketidak-binasaan. Dan tidak ada orang mencari dewa palsu dan memunyai perbuatan baik, kemuliaan, kehormatan dan ketidak-binasaan. Jadi kalau orang benar-benar mencari Allah yang sejati, sambil cari dengan tulus, dia juga akan punya keinginan untuk cari mana yang baik, mana yang mulia, mana yang benar, mana yang hormat. Dua ini akan menjadi satu, saling berkait. Itu sebabnya Paulus mengatakan “kalau kamu tekun cari Tuhan berarti kamu akan tekun berbuat baik. Kamu akan tekun mencari apa yang mendatangkan kemuliaan, kehormatan, ketidak-binasaan”. Dan inilah yang sebenarnya Paulus ajarkan kepada orang Kristen untuk orang Kristen kejar, “kamu harus kejar berbuat baik, kamu harus kejar menjadi masyarakat yang memunyai taraf hidup mengagumkan di dalam pandangan orang lain. Kamu tahu memperlakukan orang lain, dengan sepantasnya kamu tahu apa itu adil, kamu tahu apa itu apa benar”. Dan tidak ada orang cari Tuhan sambil memperlakukan orang lain dengan sembarangan, tidak mungkin. Maka itu kedua hal ini harus dikaitkan, cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama. Kalau orang sangat rindu cari Tuhan, kejar Tuhan, ingin tahu kebenaran, datang kebaktian, datang PA, datang seminar, pokoknya ingin tahu kebenaran, tapi dia perlakukan orang sekitarnya seperti sampah, dia sedang pura-pura cari Tuhan. Dia akan bertumbuh seperti orang Farisi yang tahu begitu banyak hal tapi hatinya tidak tergerak untuk memperlakukan orang lain dengan pantas. Sebaliknya ketika dia memperlakukan orang lain dengan pantas, tapi tidak mencari Tuhan, pelan-pelan dia akan jatuh ke dalam kebobrokan karena tidak ada standar. Tanpa Tuhan dia tidak punya standar dan dia akan makin lama makin bobrok. Maka Paulus memberikan peringatan kepada jemaat di Roma, “kamu harus tekun cari Tuhan, kamu harus bertekun menjadi orang yang lebih baik, kamu harus bertekun mencari kualitas kemanusiaan yang hanya mungkin didapatkan dari Tuhan”. Manusia yang baik itu seperti apa? Yang menjalankan fungsinya sebagai gambar Allah. Bagaimana kita tahu fungsi sebagai gambar Allah? Kamu harus kenal Allah dulu. Dan itulah mengapa Institutio Calvin itu sangat penting, di dalam Institutio Calvin mengatakan bahwa mengenal Tuhan dan mengenal diri itu tidak bisa dipisah. Dia mulai mendobrak dari pemikiran satu arah dan masuk dalam pemikiran yang relasional. Bagaimana kenal Tuhan? “saya bisa formulasikan Dia”, tapi Calvin mengatakan “tidak, mengenal Tuhan akan selalu membuat kamu merefleksikan pengenalan itu kepada diri kamu. Makin saya kenal Tuhan makin banyak hal dalam diri saya yang saya pikir ulang”. Jadi Saudara harus tahu, semakin kita pikir Tuhan, semakin kita pikir ulang tentang diri kita. Sehingga kalau kita memikirkan Tuhan dan kita nyaman dengan diri kita, kita sedang salah kenal Tuhan. Makin kenal Tuhan makin renungkan lagi “mengapa saya seperti ini? Mengapa saya menjadi manusia seperti ini? Ternyata menjadi manusia tidak bisa seperti ini, harus berubah. Tapi saya tidak bisa berubah”, harus berubah, karena Tuhan adalah Tuhan yang seperti ini agungnya. Sehingga mengenal Tuhan akan membuat kita masuk ke dalam keadaan yang gentar namun juga penuh kasih, ini yang Calvin sebut sebagai kesalehan. Kesalehan adalah takut dan gentar kepada Tuhan, namun sangat mengasihi Dia. Atau ini yang disebut oleh Tim Keller sebagai fearfully beautiful. Allah itu adalah Allah yang fearfully beautiful, bukan hanya beautiful, tapi juga fearfull. Kalau di-Indonesiakan adalah indah tapi menakutkan. Allah itu indah tapi menakutkan. Kalau Saudara mirip Allah berarti Saudara indah dan menakutkan. Menakutkan karena Saudara pegang standar, menakutkan karena Saudara punya wibawa, tapi juga indah karena Saudara sangat ingin jangkau orang lain dan mengasihi orang. Hal ini yang kita perlu pahami dari Tuhan. Dan Calvin mengatakan semakin kita renungkan Tuhan, semakin kita pikirkan kembali tentang kemanusiaan, pikirkan kembali tentang siapa diri kita. Maka Tuhan ingin kita mencari Dia dengan sungguh-sungguh karena mencari Dia dengan sungguh-sungguh akan membuat kita mencari manusia dengan sungguh-sungguh. Saya bersyukur di semester ini saya mengajar doktrin manusia, di dalam persiapan-persiapannya saya mendapatkan tulisan-tulisan misalnya dari Cornelis van der Kooi yang mengatakan kamu susah untuk merumuskan doktrin manusia, karena doktrin manusia akan berkait dengan doktrin-doktrin lain. Sehingga kamu akan sulit menentukan batasannya, “ini kamu sedang mengatakan doktrin Tritunggal atau manusia?, berkait. “Ini doktrin Kristologi atau manusia?”, berkait. “Pnuematologi atau manusia?” berkait.