Calvin mengatakan kamu pikirkan tentang Tuhan, kamu akan pikirkan ulang tentang kemanusiaan dan tugasnya di hadapan Tuhan. Manusia adalah manusia karena dia memunyai tugas di hadapan Tuhan. Kalau kita tidak mengerjakan tugas di hadapan Tuhan, kemanusiaan kita bisa hancur. Kemanusiaan kita bisa hancur karena kita kerjakan tugas. Kerjakan tugas berarti bekerja setiap hari, bukan bekerja memikirkan ideal yang besar nanti. Banyak orang berpikir ideal besar nanti, “saya dipanggil Tuhan untuk mengubah bangsa ini”. ”Mengubah bangsa ini itu apa?”, “pokoknya bangsa ini harus diubah”. Kalau Saudara punya cita-cita, Saudara mesti breakdown cita-cita Saudara di dalam pekerjaan setiap hari, itu baru cita-cita. “Saya punya cita-cita untuk mengubah bangsa ini, maka Hari Senin saya melakukan ini, Hari Selasa saya lakukan ini, Rabu saya lakukan ini, terus sampai 80 tahun kemudian bangsa ini berubah”, misalnya begitu. Jadi kalau Saudara punya cita-cita besar, tapi Saudara tidak lakukan apa pun tiap hari, Saudara tidak sedang kerjakan pekerjaan untuk Tuhan, itu simple-nya. Jangan pikir bahwa pekerjaan untuk Tuhan itu ada beberapa level, level kontemplasi, level merenungkan, level bertapa di menara, level baca Roma, baru level mulai bertindak dan 5 tahun kemudian mulai level memikirkan strategi, kapan jadinya? Saya sangat ingat apa yang dibagikan oleh seseorang, dia mengatakan teologi penciptaan itu sebenarnya teologi kerja. Tuhan mencipta setiap hari, hari perrtama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat, hari kelima, hari keenam, maka setelah Tuhan menciptakan manusia, manusia juga harus kerja. Kapan kerjanya? Hari perrtama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat, hari kelima, hari keenam, hari ketujuh datang ke gereja untuk dengar khotbah Roma. Tapi hari pertama sampai keenam harus kerja, tidak bisa tidak. Itu sebabnya kalau Saudara mengatakan “bagi Tuhan saya mau mengubah sesuatu”, kalau begitu mesti berubah di dalam keseharian, sehingga tidak ada orang yang mengatakan “saya kenal Tuhan”, tanpa mengubah sesuatu yang signifikan secara harian. Dan apa yang paling penting untuk diubah secara keseharian. Yang paling diubah secara keseharian adalah cara kita berespon dari dalam keluar yaitu dengan kebajikan, bijaksana, kemuliaan, kehormatan, dan ketidak-binasaan. Ini yang Paulus katakan di dalam ayat 6 & 7, carilah Tuhan supaya Saudara semakin lama semakin menjadi manusia yang baik.

Tapi di ayat 8 dia mengingatkan ada murka dan geram, Tuhan akan marah kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa orang yang hidup dan berbuat jahat, itu dikatakan oleh Paulus. Paulus mengatakan kamu akan datang kepada murka Tuhan, ketika Tuhan datang, karena kamu senantiasa mencari kepentingan sendiri, tidak taat kebenaran, melainkan taat pada kelaliman. Unik, di sini Paulus membagikan 2 tipe orang, yang satu mencari Tuhan, dan cara dia mencari Tuhan dengan berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidak-binasaan. Di sisi lain ada orang yang menolak Tuhan, dan setiap hari cuma memikirkan diri. Setiap hari dia cuma pikir “saya dirugikan, saya mau lakukan apa, saya ingin kerjakan apa”, dirinya menjadi terlalu penting. Karena diri terlalu penting, dia sedang mendapatkan kebinasaan. Tuhan akan memberikan murka dan geram. Kalau Saudara mengatakan “apa salahnya orang sedikit egois?”, pasal 1 itu salahnya, Paulus sudah membahas kerusakan manusia yang begitu menakutkan dan Paulus mengatakan awalnya kerusakan besar itu terjadi karena kamu tidak mencari Tuhan. “Saya sudah cari Tuhan”, kalau cari Tuhan mengapa kamu tetap lalim, tetap jahat, mengapa kamu tetap tidak adil, tetap menindas orang lain? Maka cara suami memperlakukan istri, cara istri memperlakukan suami, cara orang tua memperlakukan anak, cara anak memperlakukan orang tua, cara atasan memperlakukan bawahan, cara bawahan memperlakukan atasan, cara orang satu memperlakukan orang lain yang dia setiap hari adalah sesuatu yang akan menunjukan kalau dia sudah cari Tuhan atau belum. Di sini menjadi sesuatu yang Paulus mau ingatkan, Tuhan tidak memandang bulu, Tuhan akan panggil orang-orang untuk menjadi milikNya dan Tuhan akan hakimi siapa yang tidak mau datang kepada Dia. Jadi dari renungan hari ini saya harap kita bisa mendapatkan apa yang Paulus sedang dorong untuk kita lakukan. Kekaisaran Roma perlu sekelompok orang yang hidupnya baik. Kekaisaran Roma tidak akan bertahan kalau orang-orang yang rusak itu terus-menerus menawarkan gaya hidupnya kepada masyarakat. Dan Saudara harus tahu gaya hidup itu sesuatu yang banyak ditawarkan di dalam media kita sekarang, di dalam pergaulan, Saudara kirim anak Saudara ke sekolah, di sekolah mereka sedang dicuci otaknya untuk menghidupi keseharian dengan cara mereka. Saudara nonton TV, Saudara akan dibawa kepada cara menghidupi keseharian yang akhirnya sangat berlawanan dengan Tuhan karena terus memikirkan diri, ego dan lain-lain. Dan kadang-kadang kita tidak sadar cara berpikir yang narsis itu bisa masuk juga dalam persekutuan kita. Saudara akan menjadi sangat narsis ketika Saudara menganggap orang lain tidak punya tempat di dalam pembentukan Saudara. Konsep narsis itu bukan hanya individu, gereja juga bisa narsis, termasuk Reformed. Ketika kita mengatakan “pengaruh apa pun akan saya hantam karena hanya Reformed yang benar”, hati-hati kita menjadi orang narsis yang sempit. Tapi kalau terlalu luas, Saksi Yehowa diambil, Mormon diambil, itu juga salah. Maka mari kita minta bijaksana dari Tuhan, jangan jadi orang sempit yang hanya tahu diri, “saya yang paling penting”. Kita yang siapkan dana, kita yang siapkan izin, kita yang siapkan semua untuk orang lain boleh berbagian di dalam apa yang sekarang kita sudah nikmati. Itu yang harus kita pikirkan. Paulus mengingatkan Roma bisa lebih baik kalau orang Kristen di dalamnya benar-benar serius cari Tuhan. Apakah kita sudah serius mencari Tuhan? Semoga. Apa tandanya? Yaitu kita dengan tekun berbuat baik mencari kemuliaan, kehormatan, dan ketidak-binasaan. Jadilah manusia yang terhormat. Saudara berurusan dengan orang, jadilah orang yang terhormat, jangan cuma cari keuntungan diri. Jangan lihat orang lain lalu cari untung dari orang lain. Orang bukan Kristen bisa begitu, tapi orang Kristen harusnya tidak begitu. Kalau Saudara lihat orang kaya lalu Saudara mengatakan “orang ini kaya, saya bisa mendapatkan apa dari dia?”, Saudara orang jahat. Tapi kalau Saudara mengatakan “orang ini bisnisnya besar, dia pasti perlu uang besar, kasihan kalau dia gagal atau salah mengambil keputusan”, itu berarti Saudara orang baik. Kalau Saudara melihat ada gereja besar dan mengatakan “gereja ini besar, saya mau uang dari gereja ini”, Saudara orang jahat. Tapi kalau Saudara mengatakan “gereja ini besar, biayanya pasti besar sekali, maintance-nya pasti mahal sekali, saya mau berbagian”, Saudara orang baik. Jangan jadi orang kerdil, jangan jadi orang jahat, jangan jadi orang lalim. Semua orang jahat, kerdil, lalim akan Tuhan hakimi. Jadi orang yang cari Tuhan. 

Cari Tuhan tandanya apa? tandanya adalah Saudara jadi orang agung, jadi berkat bagi orang lain, tahu bagaimana perlakukan orang lain karena ini bagian dari mencari Tuhan dengan tekun. Dan ketika Saudara lakukan itu setiap hari, Saudara tidak mungkin tidak berpengaruh. Kekristenan menjadi berpengaruh justru karena hal-hal kecil seperti ini. Saudara mungkin bukan pengkhotbah KKR yang berkhotbah di depan 5.000 orang, tapi Saudara memperlakukan sesama dengan baik setiap hari, orang akan tahu kamu manusia yang baik dan Tuhan dipermuliakan. Kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4