Cari Tuhan penting, karena cari Tuhan akan membuat lingkungan hidup manusia beres. Ini kalimat sangat tajam sekali, kalau tidak cari Tuhan, lingkunganmu tidak mungkin beres. Dan manusia perlu waktu 20 abad untuk memahami kalimat Paulus. Dan sayangnya banyak orang Kristen belum memahami kalimat Paulus ini. Jika engkau tidak mencari Tuhan, Tuhan marah. Mengapa kamu belum dihukum, padahal kamu tidak mencari Tuhan? Karena Tuhan masih sabar menunggu kamu bertobat. Dan kalau orang tidak mencari Tuhan, apakah bisa dia menjadi orang baik? Tidak bisa, kata Paulus. Karena waktu dia tidak cari Tuhan, pelan-pelan dia akan terseret menuju makin lama makin tidak manusiawi, semakin rusak, semakin bobrok. Tanpa ada Tuhan standar moral akan hilang. Satu kali Ravi Zacharias sedang berdebat dengan orang atheis, orang atheis itu mengatakan “saya tidak perlu Tuhan untuk hidup beres”. Saudara tahu khas-nya Ravi Zacharias, dia punya kalimat Inggris sangat teratur, sehingga lawannya pun sangat minder dengan cara dia berbahasa. Baru dengar dia ngomong, lawannya sudah minder kalau bahasanya belepotan. Ravi memulai dengan argumennya bahwa kita perlu Tuhan untuk adanya moral yang baik, masyarakat yang baik. Dan tentu saja lawannya menentang itu, dia mengatakan “saya tidak perlu Tuhan untuk tahu mana yang baik dan jahat. Baik dan jahat itu clear bagi saya”. Ravi dengan tenang tanya “clear? Bagaimana itu bisa jelas? Tolong jelaskan kepada saya sejelas apa baik dan jahat itu?”, lalu dia mengatakan “sejelas saya melihat merah dan biru”. Kemudian Ravi dengan santai mengatakan “tapi itu kan bisa kamu lihat, tapi moral tidak bisa kamu lihat. Sejelas apa kamu melihat tindakan, sejelas apa kamu punya standar?”, “jelas”, banyak orang cuma retorika kosong, bilang jelas tapi tidak pernah memberikan argumen. Di bible camp kemarin, saya ingatkan anak-anak remaja, jangan samakan argumen dengan cetusan saja, dengan kalimat yang diucapkan. Kalimat yang diucapkan belum tentu argumen. Saudara mengucapkan “karena kita percaya Tuhan, maka kita milik Tuhan”, itu bukan argumen, tidak tentu salah tapi belum tentu argumen. Maka ketika orang mengatakan “Allah ada dan Dia mencipta”, itu memang bukan argumen. Tapi ketika orang mengatakan “saya tidak percaya Allah karena tidak ada bukti”, itu juga bukan argumen. Jadi banyak kali kita bermain di non-argumen, tapi kita merasa sudah keluarkan argumen, dan ini kebodohan kita dan dunia dalam berargumen. Kalau begitu bagaimana berargumen yang baik? Ada sisi yang lain yaitu sisi estetika. Dalam pengertian yang dibagikan Ravi Zacharias, kalau kamu tidak kenal Tuhan, etika kamu tidak mungkin beres. Karena satu hal paling penting dari etika adalah kembali ke sumber etika itu yaitu Tuhan. Sehingga orang yang tidak mencari Tuhan, dia mempertahankan hidup beres di dalam waktu tertentu, tapi setelah itu masyarakat dimana dia berada, akan menunjukan kegagalan itu. Ini penting untuk kita pahami. Individu yang baik tidak mungkin berpegang pada ilah palsu karena cepat atau lambat, masyarakat dia akan rusak dan dia akan terseret di dalam kerusakan itu. Saudara tidak bisa hidup sendiri, Saudara perlu komunitas untuk membuat Saudara terbentuk untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana pantas mana tidak, apa yang disebut hidup apa yang tidak. Dan masyarakat Saudara yang tidak kenal Tuhan akan merusak Saudara. Maka kalau orang tidak mencari Tuhan, tidak mungkin dia berada tetap dalam etika yang baik. Ini argumen yang orang Kristen tetap percaya dan pegang, tapi dunia terus hantam dengan mengatakan “lihat negara-negara Eropa yang sekuler. Mereka sekuler tapi tetap maju”, maju seperti apa? Banyak orang di sana yang stres dan merasa kosong hidupnya. Mereka merasa kosong hidupnya karena masyarakatnya tidak memberikan sesuatu yang berguna. Kadang-kadang kita lupa unsur masyarakat, unsur sosial, aspek komunitas. Ada orang yang mengatakan “saya adalah orang yang percaya Tuhan, tapi mengapa saya bisa begini?”, “karena komunitasmu”, “komunitas saya oke, saya ada di GRII”, GRII tidak tentu oke. Saudara harus pilih juga ada orang-orang yang ibadah di sini, rajin, tapi memunyai mental yang parah, punya pola pikir yang tetap sekuler, itu ada. Ada orang yang berubah dan akhirnya bisa menjadi rekan yang baik. Kita akan dibentuk oleh masyarakat dan masyarakat tidak bisa diandalkan. Yang membentuk masyarakat adalah sesuatu di luar masyarakat.

Yang membentuk komunitas adalah sesuatu di luar komunitas. Dan Alkitab mengatakan yang membentuk itu firman. Kalau masyarakat tidak punya firman, tidak ada harapan. Kalau gereja tidak ada firman, tidak ada harapan. Selama firman datang dan membentuk satu tempat, mungkin tempat itu belum terbentuk, tapi suatu saat akan terbentuk, ada harapan. Dimana ada firman, di situ ada harapan. Di mana firman tidak ada, Tuhan ambil, Tuhan tarik, maka masyarakat itu akan semakin parah, dan suatu saat nanti akan seperti Sodom dan Gomora. Maka kalau Saudara mau doakan masyarakat post-Kristen di Eropa misalnya, apa yang mereka perlukan? Yang mereka perlukan adalah firman. Tanpa firman, masyarakat tidak akan terbentuk dan mereka akan terseret masuk dalam keadaan yang semakin buruk. Kalau begitu apa yang harus dilakukan? Paulus mengatakan yang pertama gereja Tuhan harus sadar bahwa mereka cari Tuhan karena Tuhan sabar sama mereka. Kita tidak beda dengan orang lain dan kita menjadi milik Tuhan karena Tuhan sabar. Tuhan panggil kita karena Dia sabar kepada kita. Dia masih bertahan di dalam kesabaranNya kepada kita, dan Dia tidak harus bertahan dalam kesabaranNya. Tuhan tidak harus seperti itu. Tuhan tidak berkewajiban untuk sabar kepada kita. Jika Dia tidak lagi sabar dan Dia murka kepada kita, tidak ada orang boleh salahkan Dia. Saudara tidak bisa mengatakan “Allah, Engkau salah karena tidak sabar”, Tuhan mengatakan “Aku sabar atau tidak itu urusanKu, dan Aku berhak melakukan apa pun. Tapi engkau seharusnya taat”. Kesabaran Tuhan menuntun kita kepada pertobatan dan akhirnya kita menemukan Tuhan, kita mencari Tuhan. Dan kita mendapatkan berkat dari Tuhan karena kita bertobat, kita kembali kepada Tuhan. Waktu kita memutuskan “saya mau kembali kepada Tuhan”, maka kita mencari Tuhan dan Tuhan memberikan anugerah, Dia berkenan untuk ditemukan oleh kita. Jadi apakah Tuhan cari kita atau kita cari Tuhan? Saudara kalau bicara tentang kedaulatan Tuhan tentu Tuhan mencari mansuia, bukan manusia mencari Tuhan. Tapi kalau Saudara mau berbicara dalam sisi tanggung jawab manusia, maka manusia yang cari Tuhan tetap signifikan. Ini sangat penting, apakah kita cari Tuhan atau tidak? Dan Paulus mengatakan orang yang cari Tuhan tidak akan Tuhan biarkan. Karena tidak mungkin orang digerakan untuk cari Tuhan kecuali dari Tuhan sendiri yang menggerakan mereka untuk cari Tuhan. Itu sebabnya sebelum ada masyarakat yang diperbaiki, yang diperlukan masyarakat bukan kaisar yang bagus, bukan pemerintahan yang stabil, meskipun itu bagian dari rencana Tuhan juga. Tapi yang lebih penting adalah ada orang-orang yang mulai cari Tuhan demi mengetahui bagaimana hidup beres di sini. Ini pengertian penting dari pasal 2, adakah orang-orang yang cari Tuhan demi bisa hidup beres di sini. Kalau orang-orang cari Tuhan hanya untuk bertemu Tuhan dan tidak peduli hidup di sini, orang-orang itu tidak akan berguna bagi dunia ini. Dan yang Paulus katakan adalah kalau ada orang yang benar-benar cari Tuhan, maka Tuhan tidak mungkin tutup jalan untuk orang itu.

« 2 of 4 »