Kedua, kalau Allah menopang seluruh ciptaan, puncaknya, kesempurnaannya itu di mana? Kesempurnaannya ada di janji Tuhan. Apa pun yang Tuhan janjikan itu yang akan menjadi target seluruh ciptaan ini ke sana. Apa yang Tuhan janjikan, itu yang akan terjadi. Di dalam Kitab Suci, janji Tuhan menjadi sesuatu yang sulit dipercaya karena Tuhan menjanjikan hal-hal yang melampaui apa yang kita percaya dan antisipasi. Bayangkan di dalam bagian awal kisah penciptaan, Tuhan menjanjikan sesuatu yang sangat indah, Tuhan menjanjikan bahwa manusia akan menjadi pemilik seluruh bumi dan manusia akan mewarisi bumi lewat kehadiran Tuhan, sebenarnya ini pengertian Sabat. Sabat adalah satu pernyataan janji Tuhan bahwa suatu saat nanti manusia akan menikmati alam di dalam caranya Tuhan. Jadi Tuhan sudah menyiapkan manusia untuk menjadi puncak dari seluruh gerakan dari ciptaan ini. Seluruh sejarah akan menjadi puncak ketika Tuhan dan manusia berdiam di dalam segala kelimpahan. Jadi apa yang paling indah, paling penting dan paling agung di dalam ciptaan itu cuma hal kecil yang akan menjadi sempurna lewat kehadiran Tuhan. Tuhan sudah menjanjikan bahwa diriNya adalah kesempurnaan, Dia akan menjadi kemuliaan dari seluruh ciptaan. Seluruh ciptaan akan menjadi sempurna dan indah karena Tuhan hadir. Apakah Tuhan sekarang belum hadir? Belum final, belum total, Dia menyatakan kehadiranNya tapi belum sempurna. Suatu saat Dia akan hadir dengan cara yang sempurna, ini yang seharusnya kita harapkan. Jadi kita berharap bahwa seluruh sejarah ini akan bergerak ke dalam keadaan di mana nama Tuhan berdiam di bumi, kemuliaan Tuhan hadir di sini. Ini membuat apa yang kita pahami tentang Tuhan sekarang lewat pemeliharaan Tuhan itu cuma sesuatu yang sangat redup, sesuatu yang sangat gelap, sesuatu yang kelam jika dibandingkan dengan kesempurnaan pernyataan Tuhan nanti. Isi menjadi suram kalau kata lagu. Apakah memang suram? Tidak suram, tapi dibandingkan dengan kemuliaan yang Tuhan nyatakan, apa yang indah sekarang itu suram jadinya. Calvin mengatakan ini sebagai kemuliaan setelah dibandingkan. Jadi ada perbandingan antara kemuliaan Allah dan ciptaan. Dan perbandingan ini perlu kita pahami bahwa Allah jauh lebih mulia dari pada apa yang sekarang ini kita nikmati dan alami. Saudara kalau lihat cahaya atau terang dari lampu yang redup, Saudara akan mengatakan ini terang. Tapi kalau di siang hari Saudara keluarkan lampu senter yang kecil, Saudara nyalakan, sinarnya tidak akan kelihatan karena terang matahari begitu besar, sehingga Saudara tidak bisa bandingkan dengan lampu senter, ini yang Calvin maksudkan. Apa yang baik dan indah dalam ciptaan, nanti akan menjadi sempurna di dalam kehadiran Tuhan. Ternyata menjadi manusia diberikan target oleh Tuhan, targetnya adalah mengharapkan janji Tuhan. Jadi dari kisah penciptaan Tuhan sudah menyatakan bahwa cara seluruh ciptaan ini mencapai kesempurnaannya adalah dengan Tuhan hadir. Ini tema besar, Tuhan hadir maka semuanya menjadi oke. Kalau Saudara mengatakan “mengapa hidup saya kacau?”, jawabannya cuma satu untuk menjadi baik, “saya perlu Tuhan hadir.” Ini mirip dengan seruan Maria ketika dia mengalami kedukaan karena saudaranya yaitu Lazarus mati. Ketika itu dia menangis dan mengatakan “Tuhan, jika Engkau di sini, saudaraku tidak akan mati. Tuhan, jika Engkau di sini, kami tidak akan mengalami apa yang kami alami”, kalimat itu adalah kalimat yang indah, dia punya kesadaran bahwa kehadiran Tuhan akan memperbaiki segala sesuatu. Tuhan hadir untuk melanjutkan keadaan yang sepertinya kacau untuk masuk ke tujuan final. Tapi yang unik dalam Kitab Suci dinyatakan meskipun kita sepertinya sudah salah, ternyata kesalahan kita tidak membatalkan progres untuk kita menuju final. Jadi Saudara mendapatkan kelimpahan karena Tuhan mampu perbaiki keadaan buruk, bukan cuma dengan mereparasi membuat baik kembali, tapi dengan membuatnya lanjut, terus berada dalam progres untuk mencapai garis sempurna. Tuhan menunjukkan bahwa sejarah itu berjalan terus dan inti dari sejarah adalah kehadiran Tuhan. Tuhan berdiam bersama manusia, kehadiran Dia akan memperbaiki semua. Harap kita tahu bahwa sejarah bukan cerita tentang orang unggul. Sejarah adalah tentang hausnya manusia akan kehadiran Tuhan. Harusnya sejarah ditafsirkan dari sudut pandang Kristen adalah seruan “Tuhan, kapan Engkau hadir. Tuhan, kami tidak bisa hidup tanpa Engkau. Lebih baik saya mati dari pada saya melihat Tuhan tidak hadir”. Inilah pengertian sejarah versi Injil. Jadi versi Hegel, sejarah adalah cerita unggul bagi kelompok unggul, siapa yang mau berbagian di garis utama sejarah, silahkan menjadi unggul. Lakukan sesuatu yang baik, nanti kamu akan tercatat di dalam sejarah. Tapi Alkitab mengatakan sejarah adalah seruan perlunya manusia akan kehadiran Tuhan, dan setiap kali Tuhan hadir, itu yang menjadi catatan sejarah. Saudara lihat di dalam Kejadian sampai Wahyu, apakah ini catatan tentang bangsa unggul? Abraham bukan bangsa unggul, apalagi raja. Kalau Saudara tanya keunggulan Abraham apa, Saudara tidak akan menemukan alasan mengapa dia unggul, bukan siapa-siapa. Tapi sejarah fokus ke situ di dalam Kitab Suci. Kalau kita tanya kepada Tuhan, “Tuhan, alasan Kitab Suci ini dicatat itu apa?”, jawabannya adalah encounter Allah dan manusia, ini adalah catatan tentang perjumpaan Allah dengan manusia. Yang menggerakan sejarah bukan prestasi dan keunggulan manusia, tetapi kesadaran bahwa kami perlu Tuhan, dan Tuhan rela hadir. Sejarah akan dicatat di dalam catatan sesungguh-sungguhnya, dalam bentuk kehadiran Tuhan. Ini yang membuat manusia akan punya doxology, manusia akan mengatakan “terpujilah Tuhan”. Kapan dia memuji Tuhan? Ketika Allah bertemu dengan manusia. Dan ini adalah pertemuan yang bukan hanya kita alami secara fisik, tapi ini adalah pertemuan yang seharusnya kita alami di dalam pikiran. Yang membuat Saudara memuji Tuhan bukan hasil tindakan Tuhan, tapi fakta bahwa Tuhan rela hadir. Kalau berdoa, jawaban doa Saudara tidak akan semenyenangkan fakta bahwa Tuhan rela mendengarkan doa Saudara. Kita pernah berdoa untuk apa pun, dan ketika Tuhan kabulkan, harap bukan jawaban doa itu yang menyenangkan Saudara. Saya pernah berdoa memohon tentang ini dan itu, dan ketika saya sadar Tuhan mengabulkan, yang membuat saya terkejut dan kagum itu bukan doa yang dikabulkan, tapi mengapa Tuhan mau dengar. Apakah Saudara pernah mengalami ini? Mungkin Saudara berdoa mati-matian karena anak Saudara tidak mau percaya Tuhan, lalu Saudara berdoa “Tuhan tolong kembalikan dia, tarik kembali hatinya”, dan Tuhan jawab. Pada akhirnya Saudara akan mengagumi anak Saudara mendapat berkat dari Tuhan, tapi yang akan membuat Saudara kagum adalah fakta bahwa Tuhan mendengar doa.

« 3 of 5 »