Kita sampai ke dalam pasal 9, berbicara tentang sejarah keselamatan, bagaimana Tuhan menggenapi rencana menyelamatkan bangsa-bangsa lain dengan membiarkan Israel tertolak. Ini satu rencana bagi Paulus yang sulit dipahami, apalagi dia orang Israel yang punya zeal yang besar untuk Israel. Ada beberapa tema yang bisa kita pelajari yang sulit diterima tapi fakta. Kalau kita mau menerima tema ini, kita hanya mungkin bisa menjadi tenang jika kita tahu apa tujuan final Tuhan mengerjakan segala hal yang Dia kerjakan. Apa yang terjadi di dalam sejarah keselamatan, apa yang Tuhan mau buat, itu hanya mungkin berarti jika kita lihat apa tujuan final Allah mengerjakan segala sesuatu. John Duns Scotus mengatakan bahwa ketika Allah menjadikan segala sesuatu, maka tujuan final dia menjadikan segala sesuatu itu adalah supaya Kristus menjadi segalanya. Kristus menjadi segalanya baik di surga maupun di bumi. Ini pikiran yang sangat penting di dalam sejarah Kekristenan. Scotus pernah mengkritik tradisi Dominikan, ada dua tradisi yaitu Dominikan dan Fransiskan. Dominikan adalah tradisi berdebat, ini tradisi biara yang didirikan untuk berdebat dengan orang Muslim. Tradisi ini berdiri tidak beda lama waktunya dengan berdirinya tradisi Fransiskan yang didirikan oleh Franscis dari Asisi dengan menjalani kehidupan yang sangat sederhana dan menjadi pengaruh besar. Jadi Fransiskan dan Dominikan memengaruhi banyak tempat di Eropa, keduanya sebagai tradisi yang sama-sama kuat, mereka bersaing. Yang satu menekankan keindahan, seni dan juga kerohanian, satu lagi menekankan bagaimana berapologetik, berdebat, dan mengekspresikan kebenaran Kristen dengan cara yang meyakinkan. Salah satu yang dijadikan keberatan dari tradisi Fransiskan adalah ketika orang Dominikan berusaha untuk menjelaskan kedaulatan Allah dengan argumen-argumen yang bagi mereka tidak kena. Argumen-argumennya ada banyak, tapi orang seperti Scotus, seorang Fransiskan, menyerang tradisi Dominikan dengan mengatakan “kamu tidak mengerti yang paling penting dari Tuhan. Yang paling penting dari diri Tuhan itu bukan rasionya Tuhan, tapi kehendakNya Tuhan”. Maka kalau orang Dominikan mengatakan Allah itu Mahakuasa, Dia bisa mengerjakan segalanya, apa pun yang Dia mau kerjakan akan Dia kerjakan. Dia akan mengerjakan hal yang suci dan baik karena diriNya suci dan baik. Tentu semuanya akan setuju dan tradisi Fransiskan juga akan setuju, tapi pertanyaannya adalah apakah kebaikan Tuhan sesuatu norma yang melampaui Tuhan atau ada di dalam Tuhan? Apakah Tuhan tunduk kepada prinsip baik? Menurut Fransiskan, orang-orang Dominikan, termasuk Thomas Aquinas, terlalu banyak menekankan argumen yang membuat seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada aturan di luar Dia. Tuhan sendiri seperti harus tunduk dengan keharusan menjaga keadilan, Tuhan seperti harus tunduk pada konsep kasih. Maka Scotus mengkritik argumen seperti itu dengan mengatakan yang paling utama dalam menjelaskan Tuhan adalah kehendak. Tuhan mempunyai keinginan dan kesukaan. Apa yang Dia sukai itu yang Dia kerjakan. Jadi Saudara mengatakan Tuhan itu Mahakuasa karena Dia hanya melakukan apa yang Dia suka. Dia tidak akan melakukan apa yang tidak Dia suka. Kalau Saudara mengatakan “apakah Allah Mahakuasa, bisakah Allah menciptakan Allah yang lain, Allah yang setara dengan Dia? Kalau tidak bisa, Dia tidak Mahakuasa”. John Duns Scotus akan menjawab “mengapa begitu tanda Mahakuasa?”, tanda Mahakuasa adalah Dia akan kerjakan apa yang Dia suka. Tanda Dia Mahakuasa adalah Dia tidak terkurung untuk melakukan apa yang Dia tidak mau. Saudara tidak bisa meminta Dia melakukan apa yang Dia tidak mau, Tuhan hanya melakukan apa yang Dia sukai, yang Dia inginkan. Ini mirip kalau Saudara punya kedaulatan, Saudara akan memilih melakukan apa yang Saudara suka, itu menunjukan Saudara berdaulat. Demikian juga menurut Scotus, Tuhan melakukan apa yang Dia mau, yang Dia sukai.

Pertanyaan berikutnya, “kalau Dia melakukan apa yang Dia sukai, apakah kita bisa pastikan semua yang terjadi di dalam sejarah, apakah semua Tuhan sukai? Kalau semua Tuhan sukai, bagaimana dengan dosa, kekejaman, kecemaran, kejahatan?”. Scotus akan menjawab “Tuhan mempunyai kehendak dan kehendak itu harus kita anggap sebagai yang utama dulu”, jadi Saudara harus tahu apa yang menjadi utama, baru yang lain kita gumulkan sebagai cara untuk mencapai yang utama itu. Maka Scotus memberikan argumen seperti ini bahwa kita melaksanakan hidup sebelumnya kita merancang dalam pikiran kita. Apa yang kita rancang, yang pertama kita pikirkan adalah tujuan rancangan kita. Kalau Saudara ingin pergi ke Surabaya, maka Saudara akan menjadikan ke Surabaya sebagai tujuan final. Lalu Saudara akan memikirkan bagaimana cara ke Surabaya, apakah dengan beli tiket pesawat, mengemudi sendiri atau naik kereta. Cara ini Saudara pilih karena Saudara sudah menetapkan tujuan dulu. Jadi tujuan itu selalu ditetapkan di awal rencana, cara itu belakangan. Tapi waktu Saudara jalankan akan terbalik, cara itu duluan baru tujuan belakangan. Scotus mengatakan cara itu selalu dipikirkan belakangan tapi dilaksanakan terlebih dulu, ini berkait dengan Tuhan. Demikian juga Allah, di dalam merancang segala sesuatu, Tuhan menetapkan tujuan yang paling Dia sukai lebih dulu. Apa yang paling Dia inginkan dalam mencipta? Mengapa Dia mencipta, tujuannya apa? John mengatakan tujuannya adalah kemuliaan Kristus di surga dan di bumi. Mengapa Tuhan menciptakan segala sesuatu? Untuk meninggikan Kristus. Kristus dimuliakan di surga dan di bumi adalah tujuan. Kalau Tuhan merancang tujuan, berarti tujuan itu akan belakangan di dalam penciptaan, ini yang tadi kita lihat dengan rancangan dan tujuan. Tuhan merancang bagaimana caranya meninggikan Kristus di surga dan di bumi? Ada rencana, ada keselamatan, ada penciptaan. Tujuan Tuhan mencipta, menebus manusia, mengizinkan sejarah keselamatan, Israel dipilih, lalu Israel dibuang, Tuhan memanggil bangsa-bangsa lain, semua menuju kepada kemuliaan Kristus di surga dan di bumi. Jadi kemuliaan Dia final tapi itu dalam rancangan Tuhan pertama. Sehingga kalau ada orang tanya “John kamu tahu dari mana kalau tujuan Tuhan yang final itu adalah meninggikan Kristus di surga dan di bumi?”, John akan menjawab “karena itu yang final, yang belakangan di dalam Alkitab, itu yang terjadi terakhir”. Apa yang terjadi terakhir berarti adalah tujuan yang di dalam rancangan Tuhan itu pertama. Kalau John menggambarkan Tuhan berpikir, tentu kita tidak tahu bagaimana Tuhan berpikir di dlaam keterbatasan kita”, tapi John akan mengatakan “Tuhan, seolah-olah mengatakan Aku ingin meninggikan Sang Anak, meninggikan Kristus di surga dan di bumi maka Aku mencipta surga dan bumi, Aku merancang keselamatan, Aku membuat segala hal yang disiapkan untuk meninggikan Kristus di surga dan di bumi”, ini yang Allah siapkan. Maka menurut John, Saudara dan saya tidak bisa menggumulkan apa yang terjadi di dalam dunia kalau kita tidak tahu mengapa Tuhan menciptakannya, finalnya apa. Kalau kita tidak tahu apa yang menjadi tujuan utama maka Saudara tidak akan punya kesadaran tentang mengapa sesuatu terjadi. Maka dalam pasal 9-11 dia memberikan pengertian mengapa Tuhan beralih dari Israel ke bangsa-bangsa lain. Hal-hal seperti ini perlu kita tahu, kadang-kadang kita berharap bisa mendengat khotbah dan mengharapkan khotbah itu bersifat praktis. Maka hal penting sebelum kita mengerti bagaimana harus hidup, kita harus tahu dulu apa yang Tuhan kerjakan di dalam Kitab Suci, Tuhan melakukan apa saja di dalam sejarah. Karena zaman di dalam Kitab Suci, mulai dari Kejadian sampai Wahyu, memberikan kepada kita pengertian siapa Tuhan di dalam sejarah. Saudara tidak akan menemukan sumber lain yang mengajarkan siapa Tuhan di dalam sejarah, selain Kitab Suci. Maka untuk tahu bagaimana hidup, Saudara harus tahu lebih dulu apa yang Tuhan kerjakan di dalam sejarah, bagaimana Dia bertindak, apa yang Dia katakan kepada manusia, bagaimana Dia menyingkirkan manusia berdosa, ini semua dicatat di Kitab Suci. Kecuali kita mengerti bagaimana Tuhan bertindak dalam sejarah, maka kita tidak mungkin bagaimana Tuhan bertindak sekarang. Jadi caranya bukan “saya menilai hidup saya dulu, saya sudah mengerti bagaimana hidup cuma ada sedikit lubang, itu yang saya harapkan didapat dari khotbah”, tapi khotbah bukan seperti itu. Khotbah akan mengatakan pemahaman kita terhadap hidup itu pun harus kembali ke Alkitab. Firman Tuhan bukan untuk mengisi yang kurang, tetapi mengganti seluruh pemahaman yang salah tentang hidup supaya kita bisa memahami yang benar dengan melihat bagaimana Tuhan menyatakan berkatNya atau murkaNya atau pemeliharaanNya atau hikmatNya di dalam Kitab Suci. Jadi Saudara perlu tahu apa yang terjadi dari Kitab Suci, apa yang terjadi pada Israel di dalam Kitab Suci.

1 of 4 »