Siapa paling lemah sepanjang sejarah? Di sepanjang sejarah Israel yang paling lemah adalah Pribadi Kedua dari Tritunggal. Tidak ada tokoh di dalam Alkitab yang di akhir hidupnya strategis Dia. Siapa tokoh baik di dalam Kitab Suci yang akhirnya seburuk Kristus? Tidak pernah dicatat seperti Yesus. Maka kalau orang tidak terlatih untuk melihat yang kecil, mereka akan luput lihat salib, tidak ada pelatihan itu. Coba lihat yang kecil. Waktu Yesus datang, orang mau lihat yang besarnya. Murid-murid pun sama, “Guruku bisa bangkitkan orang mati, bukakan telinga orang tuli”. Ini yang sampai sekarang gereja pun salah, “mana mujizat, pendeta mengerjakan mujizat itu hebat”, pendeta yang mau disalib itu yang hebat. Ketika Yesus ada di dalam dunia, murid-murid tidak lihat salib. Murid-murid lihat yang besar dan Yesus mengatakan “lihat, Aku akan mati”, dan mereka mengatakan “sekali-kali ini tidak akan ternjadi padaMu”, dan Yesus mati di atas kayu salib. Maka Paulus sedang mengatakan, “kamu mau lihat apa? Kamu harus lihat Israel menjadi megah waktu mereka kecil”. Siapa Israel sejati? Kaum sisa itu Israel sejati. Paulus mengatakan “kami orang-orang Yahudi yang percaya Yesus, yang diusir di mana-mana, tidak ada tempat. Mau ibadah pun tidak ada tempat”. Mengapa mereka ibadah di rumah? Karena terpaksa, seperti Saudara sekarang ibadah di rumah karena terpaksa. Yang bersyukur boleh ibadah di rumah sehingga tidak perlu mandi tidak perlu jalan ke gereja, bertobatlah. Israel yang menjadi Kristen itu sangat minim. Fasilitas terpinggirkan, dihina dianggap sekte sesat. Kalau orang Yahudi mengaku diri Kristen mungkin mereka akan disalib. Rasul-rasul harus tinggal di rumah-rumah, pindah-pindah karena mereka dikejar-kejar orang. Paulus menjadi orang Kristen di kejar-kejar, dia ada di daerah Nabatea dikejar-kejar orang, dia balik ke Damsyik mau dibunuh orang, dia lari ke Yerusalem dikejar lagi. Lalu sepanjang hidup pelayanannya ke mana-mana dia pergi memberitakan Injil, terus dikejar, terus dikejar, terus mau dimatikan. Di mana-mana dia pergi bahaya mengikuti dia. Saudara kalau tanya “ini hidup mulia atau apa, mana ada orang punya cita-cita seperti ini? “Saya mau hidup saya penuh dengan bahagia, tapi mengapa begini?” Coba lihat yang menderita, coba lihat yang kecil, coba lihat salib, ini yang Tuhan mau kita sama-sama lihat, lihat yang kecil. Dan Paulus mengatakan karena Israel gagal melihat yang kecil itu, maka Tuhan putuskan untuk palingkan wajahnya kepada mereka yang rela melihat yang kecil, rela lihat salib sebagai mulia, dan itulah bangsa-bangsa lain. Tapi kalau orang mengatakan “bangsa-bangsa lain sudah menjadi milik Tuhan berarti Israel dibuang”. Paulus mengatakan “tidak”, “buktinya Israel tidak mau bertobat”. Paulus mengatakan “kami orang Israel, aku Israel, rasul-rasul Israel, memang kami orang kecil”. Di dalam sejarah Israel orang Kristen Yahudi itu minoritas, yang tidak berarti sama sekali. Tapi Paulus mengatakan inilah puncak pekerjaan Tuhan, klimaks dari pekerjaan Tuhan. aalah salib. Dan klimaks dari umat Tuhan adalah pengikut-pengikut salib mengklaim diri sebagai pengikut jalan Kristus. Siapa yang mau ikut Mesias? Mari lihat salib. Maka Paulus mengatakan penolakan orang Israel yang ramai itu menjadi pendamaian bagi dunia. Mengapa bisa? karena dunia diajar Tuhan untuk melihat salib. Mengapa dunia bisa menerima? Karena waktu dunia, dunia ini maksudnya orang-orang non-Yahudi yang diInjili oleh Paulus dan rasul rasul zaman itu, waktu mereka Injili orang-orang ini, rasul-rasul memberitahu kepada mereka Tuhannya Yahudi dan mereka sadar posisi mereka “jadi Mesias orang Yahudi itulah Mesias sejati. Dialah Raja. Lalu Allah sejati adalah Allah orang Yahudi”, ini membuat orang-orang Yunani berpaling dari berhala mereka. Tapi waktu mereka berpaling dari berhala dan mereka mulai masuk ke dalam kisah Perjanjian Lama, mereka menjadi sadar posisi “kami cuma orang kafir. Kami penyembah berhala, kami tidak kenal Tuhan. Tuhan berkati kami tiap hari, tapi kami berontak terhadap Dia. Kami mengabaikan Tuhan, nenek moyang kami menyembah berhala, kami penyembah berhala”, mereka langsung merasa kecil, ini yang terjadi. Kalau orang Yahudi diperdengarkan Injil, mereka mengatakan “kami terlalu besar untuk berita Mesias yang tersalib”. Tapi orang-orang non-Yahudi, bangsa-bangsa lain mengatakan “kami malu, dulu kami menyembah kayu dan batu”. Petrus mengatakan “kalau kamu ingat hidupmu yang dulu, kamu merasa malu”. Paulus mengatakan hal yang sama kepada jemaat Korintus, “kalau kamu ingat hidupmu dulu, penuh dengan kecemaran, kamu malu”. “kalau kamu ingat hidupmu yang lama, kamu akan tahu kamu adalah orang-orang yang tidak berbagian dalam rencana Tuhan. Penyembah berhala yang layak dikutuk”. Maka ketika orang-orang non-Yahudi menyadari siapa dirinya, dia sadar, “kami tidak layak”, masuk Bait Suci pun cuma dapat tempat di luar. Kadang-kadang orang marah, mengapa ada diskriminasi? Tapi Tuhan mau melatih orang merasa diri memang tidak layak. Ketika perempuan Sirovenesia mengatakan “Tuhan, tolong sembuhkan anakku, dia sakit”. Yesus tidak gubris perempuan ini. Sampai akhirnya perempuan ini terus ganggu, lalu murid-murid mengatakan “dia ganggu terus, Tuhan entah jawab atau usir, tapi jangan didiamkan”. Maka Tuhan tanya “apa yang engkau kehendaki?”, perempuan itu mengatakan “anakku sakit”. Lalu Yesus menjawab apa? “tidak baik mengambil roti untuk anak dan melemparkannya kepada anjing”. Semua anjing menjijikkan bagi orang Yahudi. Perempuan itu menjawab apa? “Kami minta remah, kami tidak pernah minta roti”. Maksudnya remah-remah ini, tradisi hellenis, kalau orang tangannya kotor, kalau di meja makan, dia pakai kain. Kain itu mahal, kalau gampang rusak itu rugi sekali, jadi mereka akan ambil roti, roti lebih murah. Lap tangan pakai roti lalu rotinya dibuang. Biasanya anjing-anjing suka ke tempat sampah, makan roti yang seperti ini. Ini yang dimaksudkan. Perempuan ini mengatakan” saya sudah terlalu lancang, ada di bawah meja makan dari tuan”, dia tahu dia tidak seharusnya di situ, dia tahu seharusnya dia diusir, tapi dia tidak punya pilihan. “I have no choice, anakku mati kalau saya tidak tahu diri”. Mengharukan sekali, perempuan ini tahu siapa dirinya dan Tuhan mengatakan, “karena kamu tahu kamu hina, kamu menjadi dekat dengan Aku”. Mengapa menjadi dekat dengan Kristus? Karena Kristus siap untuk menghinakan dirinya. Yesus akan memamerkan ke dunia “Aku adalah yang tersalib”, sama hinanya. Karena perempuan ini menyoroti yang lemah. Dia lihat dirinya lemah dan karena itu dia bisa lihat salib. Dia akan bisa lihat salib, salib belum terjadi waktu itu. Salib itu misteri, tapi salib ini dipahami oleh orang yang terbiasa melihat yang lemah. Mari belajar melihat yang lemah, mari lihat hinanya engkau supaya bisa melihat hinanya Kristus. Karena di situ ada kemuliaan yang Tuhan mau bagikan. Pameran kemuliaan lewat hina. Bangsa-bangsa lain menerima karena bangsa bangsa lain dilatih oleh Taurat “kamu kafir”, dan bangsa-bangsa lain mengatakan “memang kami kafir, selamatkanlah kami”. Lalu bagaimana dengan Israel, kaum sisa? Kaum sisa pun sadar “kami buangan”, mereka kaum buangan, “dan kami kembali sebagai sisa”, ini kesadaran yang perlu. Tapi orang Farisi dan orang Yahudi tidak mengerti ini. Mereka mengatakan “kami orang Yahudi, kami umat”, tapi kaum sisa mengatakan “kami buangan, kami mengkhianati Tuhan, kami tidak layak, kami sama dengan orang kafr”. Jadi siapa sadar dirinya kafir dan siapa sadar dirinya buangan akan mendeteksi kemuliaan Tuhan di dalam Sang Mesias yang tersalib. Dan Paulus mengatakan bangsa-bangsa lain terima Injil dan ini menjadi cemburu bagi Israel.
Cemburu untuk apa? Untuk membuat mereka sadar berbagian di dalam Tuhan berarti saya mesti sadar kehinaan saya dulu, sadar berapa rendahnya saya. Ini sindiran Rowan Williams, kadang-kadang kita mendeskripsikan salib untuk pura-pura mengerti, “aku sudah mengerti semua yang ada di atas kayu salib. Tapi bahasa salib itu bahasa yang sangat kasar, ini kalimat dia, “it is a violent language for us”, ini adalah kalimat bahasa yang kasar bagi kami. Karena apa? Karena ini akan membuat kita terpaksa berdamai dengan segala kegalauan dan kegelisahan rencana Tuhan yang tetap tidak bisa kita pegang dalam tangan kita. Itulah sebabnya Roma 11 menekankan “karena saya rasul untuk bangsa bukan Yahudi, saya menganggap ini kemudian pelayananku”. Maksudnya dia melakukan pekerjaan hina bagi orang Yahudi lain, yaitu bergaul dengan orang bukan Yahudi. “Supaya aku bisa membangkitkan cemburu”, dia harap orang Yahudi mulai melihat, “mengapa Paulus memberitakan Injil ke orang lain? Mengapa Mesias yang dipercaya Paulus begitu dia pegang dengan gigih, mengapa bangsa-bangsa lain mulai datang? Mengapa orang-orang mulai datang?” ini yang Paulus katakan. Jadi Paulus mengatakan “saya terus menginjili orang bukan Yahudi supaya agama Kristen tersebar makin besar dan orang Yahudi makin goyah”. “Apa benar ya ini mesias palsu? Kalau benar ini mesias palsu mengapa makin tersebar? Mengapa Tuhan tidak cegah. Tapi tidak mungkin Mesias hina begini”, ini yang Paulus harapkan menjadi pergumulan yang bisa dibukakan kepada orang Yahudi. Mari kita melihat kepada salib, mari kita mendeteksi apa yang lemah, apa yang hina. Dan kita sadar Tuhan mengungkapkan misterinya di situ. Tapi justru salib itu adalah undangan untuk lanjut bergumul. Tapi lanjut bergumul dengan memandang kepada yang hina dan lemah itu. “Di dalam kelemahanku, aku kuat”, ini kalimat yang real. Mari belajar terapkan sekarang “di dalam kelemahanku, saya kuat”. Saudara kalau kuat finansial tidak bisa mengatakan ini, Saudara kalau kuat di dalam kesehatan tidak bisa mengatakan ini. Di dalam kekhawatiran Saudara bisa bicara ini, “di dalam kelemahan saya kuat”, itu kalimat saya yakin boleh dipegang oleh setiap orang yang sedang Tuhan latih untuk melihat ke salib. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)