Kita akan membahas tema yang sangat sulit sebenarnya, karena ini sulit bukan cuma sulit di dalam pengertian teologi, tapi sulit di dalam rancangan yang Tuhan mau kerjakan untuk dipahami. Karena kalau kita lihat di dalam ayat yang ke 11 sampai 15, ada 2 kemungkinan tafsiran yang bisa terjadi. Yang pertama adalah berarti Tuhan membuat penolakan orang Israel menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain, itu yang kita bisa pahami. Menjadi karena Israel menolak Tuhan, maka Tuhan berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Tapi kemudian muncul pertanyaan ayat 15, jika penolakan mereka adalah perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? Apakah berarti Tuhan akan membukakan jalan kepada Israel lagi sehingga mereka boleh menjadi satu bangsa yang kembali kepada Tuhan dan menyembah Tuhan kembali, bertobat dari dosa-dosanya. Itu yang sedang kita lihat menjadi perdebatan di dalam bagian ini. Sebagian mengatakan “oh iya, Tuhan akan pulihkan Israel, makanya Tuhan pelihara mereka dan jaga mereka sebagai bangsa. Mereka adalah bangsa yang spesial di mata Tuhan”. Tapi sebagian mengatakan sepertinya yang dimaksud di sini bukan Israel sebagai bangsa, tapi yang dimaksud disini adalah perjanjian Tuhan kepada Israel sekarang diteruskan ke bangsa lain. Ini perdebatan atau ini 2 kemungkinan menafsirkan bagian ini. Ada sebagian mengatakan “mari tunggu saatnya Tuhan pertobatkan Israel secara besar-besaran, mereka akan kembali ke Tuhan dan percaya kepada Kristus”. Sebagian lagi mengatakan sepertinya itu terlalu terlalu positif atau terlalu penuh dengan pengharapan yang mungkin tidak akan terjadi, karena bagian ini tidak sedang menyatakan demikian. Mana yang benar, kita tidak bisa dengan tuntas membahasnya dan mengklaim tafsiran kita yang paling benar. Tapi Tuhan menyebarkan janjiNya dari penolakan Israel. Menjadi Israel menolak Tuhan menyebarkan kovenan Dia, perjanjian Dia dengan Israel kepada bangsa-bangsa lain. Tapi yang unik adalah Paulus di Surat Roma mengatakan yang membuat berita itu tersebar adalah orang Israel. Menjadi ini sisi yang kita lihat ternyata yang Paulus maksudkan adalah pertobatan mereka atau penerimaan mereka berarti adalah hidup dari antara orang mati. Paulus sedang berbicara tentang sekelompok sisa remnant, merekalah yang akhirnya dipakai Tuhan untuk menjadi the true Israel, the true covenantal people, umat perjanjian yang sejati, ini orangnya, inilah kelompoknya. Kaum sisa itulah Israel sejati dan penerimaan mereka berarti pendamaian bagi dunia. Ini bisa kita terima meskipun kita tidak tolak kemungkinan Tuhan akan memberikan InjilNya diterima oleh orang Israel secara besar-besaran, itu sesuatu yang mungkin terjadi. Tetapi yang pasti bagian ini sedang berbicara kaum sisa yaitu orang-orang yang menerima Tuhan Inilah Israel sejati. Tuhan sudah merancangkan Dia akan disembah oleh Israel yaitu kaum sisa ini. Menjadi meskipun jumlah Israel banyak seperti pasir di laut, seperti kata Yesaya, namun hanya sisanya yang akan diselamatkan. Dan ternyata sisanya ini adalah orang-orang Israel sejati. Di dalam abad yang pertama awal banyak orang-orang yang dari kelompok Israel itu mempunyai grup-grup sendiri, ada yang menjadi orang-orang pengikut Farisi, ada yang menjadi pengikut kelompok Saduki, ada yang menjadi pengikut kelompok Qumran dan lain lain. Dan mereka mengklaim “kelompok kami inilah yang adalah Israel sejati. Israel yang sejati adalah kami”, ini yang biasanya mereka lakukan. Dan Injil Yohanes menekankan Israel sejati bukan Israel yang secara lahiriah dipamerkan, tetapi yang secara dari dalam hati diubah oleh Roh Kudus. Dan perubahan itu berarti menerima Mesias tersalib. Ini tegas sekali di dalam Injil Yohanes Israel sejati, orang yang diselamatkan, orang yang menjadi milik Tuhan adalah yang mempercayai Kristus seperti yang dikatakan Kitab Suci. Dan yang dikatakan Kitab Suci adalah Kristus itu tersalib. Mesias yang tersalib adalah identitas bagi Israel sejati. Ini tentu berat karena penyaliban itu sangat kontroversial untuk dimenjadikan simbol agama. Tidak ada orang akan menjadikan simbol penolakan, pembuangan dan juga kutuk sebagai simbol agama. Kita sekarang tidak lagi bisa melihat tegangan itu, tensi itu karena kita ada di dalam saat dimana salib sudah menjadi simbol mulia. Kita bisa memakai kalung salib dan kita bisa melihat tema salib itu menjadi tema lukisan indah, menjadi tema dari sastra dan juga seni yang lain. Sehingga kita tidak lagi mengerti kesulitan menjadikan salib itu simbol. Tapi di dalam abad yang pertama salib menjadi simbol, itu sulit sekali, berat bukan main. Ini simbol penolakan, ini simbol setan kalau mau dibilang. Iblis menyatakan kuasa besarnya di atas kayu salib. Ini tentu pengertian yang agak aneh bagi kita sekarang, iblis menyatakan kuasa di kayu salib, apa tidak salah? Bagi orang dulu, iya, bagi orang Yahudi salib adalah tanda kekalahan tanda kutuk. Tuhan sudah buang dia yang tersalib dan iblis menari menang atas orang-orang yang sudah di atas kayu salib. Kalau begitu mengapa Yesus disalib? Ini menjadi pertentangan dari orang Yahudi kepada orang Kristen, menjadi perdebatan besar yang akhirnya berujung kepada kebencian. “Mengapa kamu menghina kami dengan mengatakan Mesias kami tersalib?”. Jadi simbol salib itu sangat berat untuk diterima, tetapi ini menjadi simbol yang diberitakan oleh Paulus. Paulus mengatakan dia tidak diutus untuk memberitakan yang lain selain Kristus yang tersalib. Maksud Paulus adalah dia bisa memberikan fokus kepada kebangkitan kalau dia mau, “hai orang-orang, Yesus sudah bangkit”. Tapi dia menekankan pesan Yesus bangkit tidak akan mungkin bisa diberikan kecuali ada pesan Dia mati di atas kayu salib. Dan fakta Tuhan membangkitkan orang yang pernah disalib itu sulit diterima. Jadi berita Injil sangat sulit diterima bagi orang Yahudi dan itu sebabnya orang Yahudi yang terima itu tidak mungkin bisa terima dari dalam dirinya secara natural, dia bisa terima karena Roh Kudus yang bekerja. Itu sebabnya di dalam Injil Yohanes ditekankan siapa yang lahir dari Roh dialah yang dapat menjadi orang yang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dan di dalam bagian selanjutnya ditekankan Roh melahirkan kembali orang, sehingga orang itu mempercayai Kristus seperti yang dinyatakan Kitab Suci. Dan Kitab Suci menyatakan Dia adalah Mesias yang tersalib. Kalau begitu identitas orang Yahudi yang sejati harus dilekatkan pada Kristus. Dan Kristus yang hadir adalah puncak dari sejarah Israel. Kehadiran Dia adalah yang memuncakkan seluruh pengharapan Israel. Kalau begitu, Israel menjadi sempurna debagai umat karena Kristus hadir. Tapi gambaran yang Paulus mau bagikan adalah kesempurnaan itu sudah tiba. “Israel yang sempurna adalah kami ini, orang-orang yang percaya kepada Kristus”, kelompok kecil yang minor, kelompok yang bukan mendominasi orang Israel, kelompok yang terpinggirkan, kelompok yang terbuang, kelompok yang tidak punya tempat di Bait Suci, tidak punya tempat di sinagog, diusir di mana-mana oleh orang Yahudi, dibenci dan dihina, inilah Israel sejati. Jadi yang Paulus mau tekankan adalah puncak dari pekerjaan Tuhan bagi Israel adalah kaum sisa, remnant. Ini tema yang sangat indah kalau kita baca dari perspektif salib. Rowan Williams menekankan salib itu merupakan identitas yang sulit kalau kita pikir sampai tuntas. Kita dengan gampang mengatakan salib jika kita tidak berpikir tuntas tentang salib. Nanti kita akan pelajari apa yang dimaksud dengan kalimat ini. Tapi sebelum kita masuk ke dalam pengertian tentang salib yang sangat kontroversial, kita mau bahas dulu bagian pertama dari kotbah ini yaitu kaum sisa dari Israel adalah puncak dari pekerjaan Tuhan bagi Israel. Ini teologi Paulus di dalam Roma pasal 10 dan 11. Ini tentu tidak berarti kita menolak tafsiran yang lain, yang mengatakan Tuhan akan pertobatan Israel besar besaran. Karena dikatakan juga oleh Paulus, ada kemungkinan tafsiran itu benar, pada akhirnya Tuhan akan panggil mereka kembali. Tentu sangat indah untuk kita berharap itu terjadi orang Israel benar-benar akan menjadi sama-sama dengan kita, percaya kepada Kristus. Tapi fakta Tuhan memuncakkan pekerjaan Israel justru di dalam kaum sisa, ini yang menjadi sorotan di dalam bagian awal dari pasal 11. Di dalam pengertian kita puncak dari pekerjaan seseorang itu harusnya menjadi sesuatu yang megah. Kalau Tuhan memanggil Israel dengan cara megah, berarti puncak dari pekerjaan Tuhan itu harusnya megah. Tapi kita melihat di dalam Perjanjian Baru, tanpa iman, kalau tidak ada iman, kita akan melihat puncak itu sebagai sesuatu yang anti klimaks. Tuhan sudah kerja begitu luar biasa hanya untuk memuncakkan pekerjaanNya di salib. Lalu kalau kita lihat apa efek dari salib, Paulus bukakan efek dari salib adalah dipanggilnya sekelompok kecil orang Israel yang dianggap mengikuti sebuah sekte tertentu, yang merupakan bagian yang minor dan menyimpang dari agama Yahudi, menurut banyak pemimpin orang Yahudi, inilah puncaknya. Ini antiklimaks sekali, ini seperti ada ledakan besar, tapi kemudian ditunjukkan dengan sesuatu yang sangat kecil. Ada ledakan besar untuk menunjukkan ada penyalaan petasan akan dimulai. Mengapa pakai ledakan besar, tapi puncaknya itu petasan? Aneh sekali. Saudara bisa melihat seperti ada tirai yang dibuka ketika Tuhan membawa Israel keluar dari mesir. Tirainya itu laut yang terpinggirkan. Bayangkan laut terbelah untuk Israel keluar, mereka dapat jalan dari laut untuk berjalan di tanah yang kering. Lalu setelah itu Tuhan pelihara mereka untuk memenangkan Kanaan dengan cara yang menakjubkan. Kota terkuat di Kanaan ditaklukkan dengan anugerah Tuhan. Tembok Yerikho runtuh bukan karena mereka punya strategi perang, tapi karena Allah meruntuhkannya bagi mereka. Lalu mereka berperang dengan orang-orang Kanaan yang secara teknologi sangat besar kemampuan perangnya. Mereka banyak belajar dari daerah utara, dari budaya ugarit untuk berperang. Mereka tahu bagaimana membuat kereta besi untuk berperang. Israel berperang dengan modal pengetahuan sebagai budak. Jadi mereka sangat-sangat jauh tertinggal secara kebudayaan perang, secara jumlah dan juga figur dari para tentara. Alkitab menggambarkan orang-orang Kanaan itu besar-besar, mereka itu seperti nefilim, para raksasa yang kalau bertarung hanya perlu tangan kosong untuk membunuh ratusan manusia biasa. Di dalam puisi orang-orang kuno di daerah Ugarit dikatakan orang-orang yang badan besar ini adalah pahlawan-pahlawan yang bertarung dengan singa, level mereka itu bertarung tangan kosong dengan singa. Bertarung dengan orang lain itu tidak level, manusia lain yang bukan nefilim, yang bukan raksasa terlalu lemah bagi mereka. Sehingga mereka bertarung tangan kosong dengan singa dan menang. Mereka merobek-robek singa dengan tangan. Tapi ketika Israel masuk, Israel harus melawan pahlawan-pahlawan ini, pejuang-pejuang perkasa ini. Dan Tuhan membuat pejuang-pejuang perkasa ini sebagian menjadi gentar dan takut. Orang-orang perkasa berbadan besar ini langsung membuang baju perang mereka. Lalu mereka pakai baju budak, mereka pakai alas kaki yang sudah jelek, lalu pura-pura datang dari tempat jauh untuk ikat perjanjian dengan Yosua. Bayangkan berapa besar ketakutan mereka kepada Israel yang kecil-kecil, yang teknologi perangnya sangat ketinggalan, tapi Tuhan berkati. Seluruh Kanaan akhirnya ditaklukkan. Dan di dalam zaman Daud, Israel menduduki tanah itu sepenuh-penuhnya. Bahkan dikatakan Daud berhak menentukan mana suku bangsa lain yang bukan Israel, yang masih boleh menjadi budak, mana yang akan dibasmi sama sekali. Kekuatan Israel begitu besar karena Tuhan. Jadi pekerjaan yang sepertinya begitu besar dengan proses panjang yang sangat mulia, sekarang mengapa puncaknya di salib? Ini sesuatu yang sulit diterima. Tetapi Paulus mengatakan, inilah puncak dari pemberitaan itu Israel sisa adalah yang akan menyebarkan berita Injil ke seluruh dunia.

1 of 4 »