Jadi disini perlu hikmat, bagaimana gereja bisa mirip budaya luar, tapi bagaimana gereja menarik budaya luar untuk masuk ke dalam? Kadang-kadang isu yang sedang berkembang adalah bagaimana tata ibadah itu menarik orang luar. Padahal ibadah adalah sesuatu yang sangat eksklusif milik orang Kristen, harusnya budaya luar akan mengatakan “you get the best of us, yang paling baik dari budaya kami, kamu ambil”, itu yang seharusnya dimiliki oleh gereja. Sehingga musik, ini kalau kita mau singgung musik, juga sama. Harusnya dunia mengatakan yang terbaik dari gaya bermusik kami itu ada di gereja. Ini tidak terjadi karena orang-orang berkualitas tidak mementingkan Kekristenan dan orang-orang yang Kristen tidak mementingkan kualitas. Kualitas itu penting. Itu sebabnya ketika Saudara mau melihat kehidupan Salomo, ia pamerkan kualitas tapi akhirnya ada ekses demi mendapatkan popularitas dia kompromikan iman, ini bahaya sekali. Jadi mari kita sama-sama berpikir bagaimana kehidupan Kristen, kehidupan Kristen itu luas dan limpah, jangan tekankan satu aspek kemudian abaikan aspek lain. Aspek kehidupan rohani, aspek kesalehan, aspek pernikahan, aspek relasi suami istri, aspek pendidikan anak dan semua yang lain harus membuat orang tertarik tapi kita tidak memolesnya, bukan polesan. Kadang-kadang orang ingin menjadi saksi, menjadi berkat bagi bangsa lain lalu poles sesuatu yang tidak real. Saudara tidak boleh keluar kalimat seperti ini, “kamu harus bersikap baik, jangan mempermalukan Tuhan dengan tingkah lakumu”. Kalimat itu membuat anak menanggung beban, seolah-olah untuk tidak mempermalukan Tuhan, dia harus hidup menderita. Itu sangat tidak bijak karena untuk tidak mempermalukan Tuhan engkau akan bahagia. Kadang-kadang tekanan kita itu terlalu kepada jangan permalukan Tuhan, sehingga kita lupa  tidak mempermalukan Tuhan itu menyenangkan. Itu sebabnya saya membahas tentang ibadah. Mengapa membahas ibadah? Karena kalau kita pakai konsep Agustinus ibadah itu seharusnya menyenangkan, menyenangkan jiwa bukan menyenangkan seperti masuk ke night club. Menyenangkan jiwa, batinmu dibentuk oleh ibadah. Dan ini yang menjadi cerminan kehidupan Kristen kita. Kehidupan Kristen kita seharusnya menyenangkan. Sehingga Saudara bisa mengatakan ke anakmu “menjadi Kristen itu adalah yang paling penting untuk kemanusiaanmu. Kalau kita tekankan “orang jangan permalukan Tuhan, jangan permalukan Kekristenan”, dia merasa berjasa. Waktu dia merasa berjasa, imannya hancur. Dan kita tidak punya gaya untuk mencegah dan daya untuk mencegah. Karena kita tidak tahu  kehidupan Kristen itu bukan polesan tapi asli. Kalau kita terbiasa memoles hidup Kristen kita, itu akan buruk sekali. Terkadang  orang bisa mendeteksi kebusukan, kepura-puraan, ini akan terlihat. Itu sebabnya hamba Tuhan juga tidak boleh bilang ke anaknya, “kamu anak pendeta”. Menyenangkan dalam arti benar, bukan menyenangkan versi dunia. Tapi kesenangan yang membuat Saudara menikmati hidup. Waktu Tuhan memberikan Taurat ini bukan supaya Israel menolong Tuhan, jangan sampai Dia dipermalukan bangsa lain. Di dalam Yesaya 48 dan 46, 2 bagian Tuhan mengatakan Tuhan tidak perlu mengemis kepada Israel. Tuhan memberikan Taurat supaya Israel menikmati hidup sebagai umat Tuhan. Menikmati sukacita dan dukacita di dalam Tuhan, menikmati kelimpahan dan kekurangan di dalam Tuhan. Itu sebabnya kalau kita menjadi pendamping, jadilah pendamping yang membuat kehadiran kita menjadi berkat. Jangan minta pasangan menjadi berkat, lalu kalau pasangan gagal menjadi berkat, kita marah-marah, “kamu gagal menjadi berkat, bagaimana?”. Tuhan memberikan Taurat bukan supaya Israel menaati perjanjian demi kemuliaan nama Tuhan, bukan itu, tapi demi mereka menyukai hidup mereka. Demi mereka menikmati kehidupan yang melimpah di dalam suka maupun duka. Seperti orang menikah “di dalam senang, saya bersyukur karena senang bersama kamu. Di dalam sulit, saya bersyukur karena sulit bersama kamu”. Ini yang harusnya orang Israel katakan kepada Tuhan, inilah kehidupan yang membuat iri bangsa-bangsa lain. Maka waktu Israel jalankan Taurat, mereka sukacita karena Taurat membuat mereka hidup adil, benar, penuh belas kasihan, ternyata orang lain memperhatikan. Hidup ingin menjadi berkat karena Tuhan nyatakan “kalau kamu punya budak, tahun ketujuh bebaskan dia”. Sudah lepaskan dia, beri dia uang supaya dia bisa melanjutkan hidup bukan sebagai budak. Itu luar biasa, tidak ada orang memperhatikan budak di dalam tradisi bangsa-bangsa kuno, selain Israel. Jadi waktu Israel menjadi bangsa, budak menikmati menjadi budak karena ada Tuhan. Imam menikmati menjadi imam karena ada Tuhan. Pedagang menikmati menjadi pedagang karena ada Tuhan. Petani menikmati menjadi petani karena ada Tuhan. Semua orang menikmati menjadi apa adanya mereka karena ada Tuhan, dan ini karena Taurat. Jadi mereka menjalankan Taurat, makin menikmati ini. Mereka menikmati karena mereka punya Tuhan sebagai bagian mereka dan imam menjadi contoh bagaimana tidak punya tanah tetap menyenangkan karena ada Tuhan.

Maka Israel menjadi berkat disitu, bangsa-bangsa lain akan mulai datang lalu bertanya “apa rahasianya?”. Lalu mereka bilang “tidak ada rahasia, kami akan ungkapkan semuanya, tidak ada rahasia”. Lalu ketika ditanya “kalau begitu apa?”. Mereka bilang “karena kami punya Tuhan yang dekat dengan kami, Tuhan yang dekat. Di dalam tradisi Reformed, ada Schleiermacher ada Bart, 2 tokoh ini membuat sejarah besar dari pemikiran Kristen, termasuk di dalam teologi Reformed. Schleiermacher itu sangat menekankan kedekatan Tuhan, Tuhan bersama kita. Akhirnya orang menafsirkan Alkitab terlalu ke ekstrim itu. Tuhan begitu dekat, Tuhan begitu tertebak, Tuhan begitu gampang dipahami, sehingga tidak ada misteri lagi tentang Tuhan. Ini yang membedakan Bart dengan Schleiermacher. Baart mengatakan “Allah itu yang total beda dengan kita. Dia adalah the holy other, yang total berbeda dengan kita. Allah tidak sama dengan manusia, Allah begitu besar, Allah begitu mengagumkan, Allah begitu mengherankan, Allah begitu menakjubkan, dan Dia tidak sama dengan kita”. Jadi Bart menyeimbangkan ekstrim dari Schleiermacher, tapi akhirnya Bart membuat ekstrim baru yaitu Tuhan yang holy other yang beda total dengan kita, yang tidak terjangkau, yang jauh, yang beda. Akhirnya ada ekses juga di situ yaitu Tuhan yang jauh, Tuhan yang misteri, Tuhan yang begitu mengagumkan tidak menjadi Tuhan yang dekat. Sebenarnya Bart tidak ke situ, Bart mengekstrimkan Tuhan yang jauh dan dekat itu ada di dalam Kristus dan salibNya. Jadi kadang-kadang kita swing kedua-duanya, Tuhan yang jauh dan Tuhan yang dekat, karena terlalu dekat kita tidak lagi lihat ada yang misterius tentang Dia, tidak ada lagi yang mengherankan kita. Kita mau semuanya terjawab, kita mau semua ada jawaban, kita mau apapun harus langsung dijawab, ada ayatnya. Kadang-kadang orang tanya tanpa mengizinkan adanya misteri di dalam jawaban. Ini bukan alasan untuk yang jawab tidak mengerti lalu membuat sok misterius. Tapi yang misteri tentang Tuhan tidak membuat kita tidak mengerti apapun tentang Dia. Ulangan mengatakan kalau bangsa lain datang kepadamu lalu tanya yang membuat kamu beda apa? Saudara perhatikan Ulangan 4 ini, jawabannya adalah “karena kami punya Tuhan yang dekat dengan kami”. Ayat yang ke 7 mengatakan demikian “sebab bangsa besar manakah yang mempunyai Allah yang demikian dekat kepadanya (kepada Israel) seperti Tuhan, Allah kita setiap kali kita memanggil kepadaNya”. Ini jawabannya, jawaban yang meskipun masih menyisakan misteri, tapi memberikan kepada kita kekuatan untuk bersaksi. “Mengapa kamu hidupnya begitu baik?”, “karena Allahku dekat. waktu aku berseru kepadaNya”, perhatikan di sini tidak dikatakan “waktu aku berseru Tuhan taati seruanku”. Saudara bisa berseru dan Tuhan tidak menjawab seruan itu dengan “iya”. Saudara bisa berseru dan mengatakan “Tuhan, saya mau sembuh, bolehkah saya sembuh?”, dan Tuhan mengatakan “penyakit ini akan membawa kamu kepada kematian”, seperti Lazarus. Tapi Tuhan mengatakan “ada kebangkitan, penyakit ini tidak membawa kematian”, tapi dia mati. Ini perkataan dari The Sickness Unto Death dari Soren Kierkegaard. Dia mengatakan, “Yesus berkata, penyakit ini tidak membawa kematian, tapi Lazarus mati. Apa artinya kalimat ini?”. Jadi ketika orang tanya “kok hidupmu baik?”, jawaban Saudara tidak boleh begini “karena saya belajar, karena saya tahu, karena saya punya kehidupan yang menahan diri. Karena saya belajar hikmat”, bukan itu jawabannya. Jawabannya adalah “karena waktu aku berseru, Tuhan dekat. Mungkin seruanku tidak dijawab iya oleh Tuhan. Tuhan bolehkah aku sembuh dan Tuhan bilang tidak, ini penyakit akan membuat engkau mati”. Tapi Tuhan jawab, Dia dekat waktu aku berseru. Dekatnya Dia tidak berarti tidak ada salib, dekatnya Dia tidak berarti tidak ada penderitaan, dekatnya Dia tidak berarti tidak ada kematian, tapi Dia dekat. Dan ini yang menjadi sorotan, “mengapa kamu hidupnya begitu baik?”. Israel menjawab “karena Allah kami dekat dengan kami waktu kami berseru, adakah bangsa seperti ini? Kamu begini? Kamu punya Tuhan yang dekat kepadamu tiap kali kamu bersedih? Kamu tidak punya Tuhan yang dekat kepadamu”. Saudara, kalau orang bilang “Tuhanku juga dekat”, Saudara jawab “kalau konsep Kristen, kalau konsepnya Israel adalah “Tuhan berkemah dengan kami”. Kalau konsepnya Kristen adalah Tuhan menjadi manusia. Mana ada Allah lebih dekat dari ini? Agama mana? Itu sebabnya di dalam iman Kristen satu-satunya tawaran yang menyatakan Allah yang dekat ada di dalam kehadiran Kristus. Kristus hadir Kristus bersama kita, Kristus menjadi manusia, Tuhanku dekat dengan kami, tidak ada yang lebih dekat dari ini. Dan Musa sudah persiapkan itu, jawab kepada bangsa lain yang tanya mengapa hidupmu begitu baik dalam susah, dalam senang, dalam kaya, dalam miskin. Mengapa hidup kalian begitu baik? Dan Israel menjawab, “karena Tuhan kami dekat, ketika kami berseru”, dan ini adalah nubuat untuk inkarnasi. Tidak ada Tuhan seperti Allah kami, tidak ada Allah seperti Tuhan kami. Inilah yang membuat orang-orang dari bangsa lain cemburu menurut Filo.

Maka kita masuk bagian selanjutnya. Kalau begitu, bagaimana kita membuat bangsa lain cemburu? dengan menjalani Taurat. Bagaimana menjalankan Taurat? Dengan menyadari Taurat itu menyukakan kita hidup sebagai manusia. Tapi apakah Taurat didesain untuk menjadi end in itself, menjadi akhir dalam dirinya sendiri? Taurat itu tidak pernah menjadi end dalam dirinya sendiri, karena Taurat itu dirancang untuk menjadi manusia, ini membingungkan. Maksudnya apa Taurat dirancang untuk menjadi manusia? Dia memberikan argumen Taurat itu perintah untuk manusia hidup, maka Taurat itu didesain untuk harus menjadi manusia, Taurat itu harus berwujud manusia. Ini kalimat yang aneh, Taurat harus berwujud manusia, maksudnya bagaimana? Penulis artikel itu tidak gali lebih dalam, tapi saya pernah membaca dari Vern Poythress mengatakan kalau aturan itu tidak menjadi manusia, maka aturan itu akan selalu menjadi abstrak. Maksudnya apa menjadi abstrak? Maksudnya adalah dia akan selalu tidak real karena tidak nyambung dengan manusia. Saudara selalu menyadari setiap aturan yang tidak ada manusia di baliknya itu adalah aturan yang abstrak, tidak nyambung dengan kehidupan manusia. Apakah peraturan itu dibuat oleh manusia? Harusnya iya. Apakah peraturan itu berwujud kemanusiaan yang sejati? Iya, berarti peraturan itu ujungnya adalah harusnya manusia, membuat manusia menjadi manusia. Kalau tidak begitu, akan selalu ada keterpisahan antara aturan dan manusia. Kalau begitu aturan itu kekuatan apa? Kekuatan yang mengatur, tetapi dia sendiri bukan manusia atau bukan person. Jadi yang mengatur harus bersifat personal dan yang diatur itu juga person. Yang unik dalam Kekristenan adalah firman atau Taurat atau pengajaran itu menjadi manusia. Maka didalam pengertian teolog korea itu dikatakan Tuhan merancang Taurat untuk disempurnakan oleh Dia yang berinkarnasi, ini desainnya Taurat. Taurat itu didesain untuk diwujudkan oleh Kristus. Maka kalau Saudara lihat itu perkataan Musa yang mengatakan “kamu harus menjadi orang yang menjalankan Taurat”, apa itu menjalankan Taurat? Ini kalimat bagus dari teolog tadi, menjalankan Taurat berarti berjalan bersama Dia yang menggenapi Taurat. Itulah the torah observing people, itulah umat yang menjalankan Taurat. Israel tidak mengerti ini, “kamu sudah menjadi umat yang menjalankan Taurat. Kamu sudah membuat bangsa lain iri sama kamu?”, “sudah”, “bagaimana caranya?”, “caranya adalah kami ketat menjalankan Taurat, kami tidak makan babi, kami menghormati hari Sabat, kami tidak makan makanan yang dipersembahkan ke berhala. Kami makan makanan kosher, kami memisahkan diri dengan bangsa lain, kami ambil jarak. Bangsa lain itu kafir, kami adalah umat Tuhan, bangsa lain itu musuh Tuhan kami adalah milik Tuhan”. Apakah ini bisa membangkitkan cemburu? Tidak mungkin. Jadi ketika Israel memisahkan diri dengan bangsa lain, mereka bukan the torah observing people, mereka bukan umat yang menjalankan Taurat. Kalau begitu menjalankan Taurat itu apa? Menjalankan Taurat berarti ada pribadi yang berjalan bersama dengan mereka untuk menjalankan Taurat bersama-sama. Kita berpikir seperti ini, Kristus menggenapi Taurat dengan Dia menjalankannya, Dia sudah kerjakan Taurat. Setelah itu kita tidak perlu jalankan lagi, ini kan pengertian kita. Kristus sudah jalankan untuk kita. Tapi John Owen, mengatakan Kristus bukan cuma jalankan untuk kita, Kristus juga jalankan bersama kita. Ini bukan Kristus jalankan lalu kita bebas, tidak seperti itu. Kristologi John Owen dan kristologi Alkitab, saya percaya sama, itu tidak pernah memisahkan Kristus dari umatNya. Tuhan tidak pernah tanpa umatNya dan umatNya tidak pernah tanpa Tuhan. Kristus tidak pernah tanpa tubuhNya dan tubuhNya tidak pernah tanpa Sang Kepala. Itu sebabnya pengertian dari tradisi gereja yang salah yang mengatakan karena Yesus sudah menderita kita tidak perlu menderita lagi. “Yesus menjadi miskin supaya kita menjadi kaya”, itu ngawur luar biasa. Karena Kristus mengajak kita untuk berbagian di dalam Dia, in Christ. Demikian juga menaati Taurat, menaati Taurat berarti Tuhan mengajak kita untuk berbagian bersama-sama, mari jalankan Taurat bersama-sama. Kristus sudah menggenapi supaya kita bisa ikut dengan Dia. Maka ada 2 aspek dalam menjalankan Taurat yang pertama aspek MesiasNya Kristus, Dia dulu jalankan baru kita ikut. Yang kedua adalah pengikutan kita. Maka Paulus mengatakan “tahu tidak yang akan membuat bangsa-bangsa lain cemburu, termasuk yang membuat Israel cemburu, orang Kristen”, ini Paulus katakan. Jadi Paulus menafsirkan perkataan Filo sebagai sesuatu yang digenapi di dalam Kristus dan orang-orang Kristen. Orang Kristen karena setia kepada Kristus akan menjadi orang yang memancing pertanyaan “bagaimana caranya supaya hidupmu mirip engkau?”. Dan orang Kristen akan mengatakan “tahu tidak caranya? Karena kami punya Tuhan, kami bisa begini”. Mengapa engkau jalankan Taurat? Karena Tuhan dekat. Tuhan memimpin saya untuk menjalankan Taurat. “Kalau begitu jalankan Taurat berarti tidak boleh makan babi”, itu terus yang kita ingat tentang Taurat. Apa itu Taurat? Taurat itu tentang keadilan, tentang belas kasihan, tentang hidup pernikahan yang baik, tentang hidup pendidikan yang baik, tentang hidup berbangsa yang baik, tentang memperhatikan orang miskin, tentang memperhatikan sesama, tentang memperhatikan keadilan. Jadi ada aspek sosial yang sangat indah, yang Tuhan mau kita bentuk di dalam Kekristenan, dan ini yang bangsa lain lihat. Jadi Paulus mengingatkan, bisakah orang Kristen menjadi penggenap dari Israel? Paulus bilang, “itu yang aku usahakan. Supaya Israel iri kepada orang Kristen”, membangkitkan cemburu di dalam hati Israel. Ini ekstrim karena Filo mengatakan Israel akan membangkitkan cemburu dalam bangsa lain. Tapi Paulus mengatakan, “saya akan membangkitkan cemburu di dalam Israel”, supaya Israel lihat orang Kristen dan mengatakan “mengapa hidupmu baik?”. Ini luar biasa berat karena kalau Saudara pikir orang Israel punya keketatan hidup yang luar biasa, mungkinkah mereka mengatakan ke kita “bagaimana bisa hidupmu baik? Aku ingin seperti kamu”. Saudara, baru kita sadar dalam pengertian ini  Kekristenan sudah terlalu melupakan pengertian ini, membangkitkan cemburu pada bangsa lain.

« 2 of 3 »