Saudara, kita membaca pasal 11: 13-18. Disini dia mengatakan dia mau membangkitkan cemburu di tengah-tengah Israel, yaitu dengan menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain. Ini tentu bandingannya jelas, bangsa Israel dan bangsa lain, ini bukan individu. Jadi meskipun individu itu penting, maksudnya keadaan kita secara perorangan itu penting, tetapi bagian ini sedang berbicara dalam konteks bangsa. Ada Israel sebagai bangsa dan Paulus mengatakan ada bangsa-bangsa lain juga. Tadinya Israellah yang Tuhan pilih menjadi umat nya. Lalu ada hal yang menarik karena di dalam ayat-ayat yang kita baca tadi dikatakan Paulus berharap dia bisa membangkitkan cemburu. Membangkitkan cemburu yaitu Paulus menjadi sumber kemarahan dari orang-orang sebangsanya karena dia pergi ke bangsa-bangsa lain. Seolah-olah Tuhan meninggalkan mereka dan sekarang Tuhan memanggil bangsa-bangsa lain,. Tapi tentu yang akan merasakan ini adalah orang-orang Israel yang sudah Kristen, mengapa perlu panggil bangsa-bangsa lain. Tapi ternyata ada perspektif lain untuk menafsirkan bagian ini, yaitu membangkitkan cemburu dan ini diperoleh dari 2 orang pemikir. Yang pertama adalah seorang bernama Filo dari Alexandria dan satu lagi adalah seorang bernama Yosefus. Dua-duanya adalah pemikir Yahudi, meskipun Filo sangat dipengaruhi dengan alam pikir Yunani. Tetapi mereka berdua baik Yosefus maupun Filo memakai konteks penerjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani untuk kemudian memopulerkan pendapat Tuhan akan membangkitkan cemburu dari bangsa-bangsa lain. Ini menjadi tema yang sangat populer di dalam pemikiran orang Yahudi, terutama di zaman Paulus. Ini teks yang saya dapatkan dari Filo dan dari Yosefus, jadi yang ditekankan adalah Tuhan mau membangkitkan cemburu di antara bangsa-bangsa lain karena Israel begitu berhikmat. Mereka jadi ingin tahu “bagaimana kamu bisa hidup dengan sebaik itu?”. Ini tentu ada dasar dari Tauratnya, kita baca di dalam Ulangan 4: 6-7, “lakukanlah itu dengan setia”, itu yang dimaksud adalah Taurat Tuhan, Tuhan memberikan hukum kepada orang Israel, memberikan Taurat dan Musa mengatakan Ulangan itu adalah khotbahnya Musa. Ini kesimpulan dari seluruh pelayanan dan hidup dan pengajaran Tuhan lewat Musa. “Lakukanlah itu dengan setia. Sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata, memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi”. Ayat ke 7 “sebab bangsa besar manakah yang mempunyai Allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan Allah kita setiap kali kita memanggil kepadaNya”. Kalau kita teruskan di ayat 8 “dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan? Demikian adil seperti seluruh hukum ini yang kubentangkan kepadamu pada hari ini”. Saudara lihat di dalam bagian ini, Musa mengatakan Tuhan akan menjadikan Israel bangsa yang berhikmat dan karena mereka begitu berhikmat, bangsa-bangsa lain cemburu. Ini tafsiran dari Filo dan juga dari Yosefus andai Israel menjalankan Taurat, andai mereka setia kepada firman Tuhan, bangsa-bangsa lain akan cemburu kepada mereka. Mereka bangsa-bangsa lain akan ingin tahu bagaimana bisa mempunyai kualitas hidup berbangsa sebaik kamu. Lalu Paulus dengan unik mengatakan yang menggenapi Ulangan 4 adalah orang-orang Kristen. Merekalah orang-orang yang menjalankan Taurat, kemudian bangsa-bangsa lain termasuk Israel akan bertanya “bagaimana bisa mempunyai kehidupan berhikmat seperti engkau? Bagaimana caranya kami bisa menjadi seperti kamu?”, ini kecemburuan yang dimaksud. Jadi di dalam pemikiran Filo kalau Israel menjalankan Taurat, mereka akan lakukan itu. Lalu di dalam pemikiran itu ini menjadi fondasi bagi pengertian dari Roma 11 ini. Paulus mengatakan, “kamu juga sama dengan Israel, bangsa-bangsa lain akan cemburu kepada kamu”. Tapi ada syarat, bangsa-bangsa lain akan cemburu kepada Israel kalau”, ada kata kalau di sini, “kalau Israel menjalankan Taurat” Bukan secara otomatis bangsa-bangsa lain akan cemburu. Lalu seumpama Israel gagal menjalankan Taurat bagaimana? Pertanyaan yang dikeluarkan oleh Filo, mengatakan, “mungkinkah Allah gagal?”. Jadi kalau Allah mengatakan “kamu hai orang Israel akan menjadi bangsa yang membangkitkan cemburu dalam bangsa lain”, mereka akan bilang “bagaimana bisa punya peraturan sebaik kamu, bagaimana bisa punya pengajaran sebaik kamu, bagaimana bisa punya hidup sebaik kamu?”. Dan orang Israel mengatakan “karena kami punya Allah yang dekat dengan kami dan Allah ini adalah Allah yang menjawab kami setiap kami setiap kali kami berseru kepadanya. Ini menjadi satu cara penginjilan, satu cara orang Israel menyebarkan pengaruh-pengaruhnya kepada bangsa lain. Jadi di dalam pengertian Filo Israel akan menarik orang, bukan Israel yang harus kemana-mana. Israel akan menarik orang. Kita setuju penginjilan itu harus dilakukan dengan mengutus orang. Ini sesuatu yang Tuhan perintahkan. Mengutus itu penting, orang pergi ke tempat orang lain itu penting. Tapi aspek lain yaitu orang tertarik kepada kita, itu juga penting, kedua-duanya ada di dalam Alkitab. Jadi jangan cuma pilih salah satu, jangan mengatakan “kalau begitu saya jalankan hidup sesuai firman Tuhan nanti otomatis tertarik”. Tidak bisa seperti itu, Saudara harus pergi memberitakan Injil. Tapi kalau kita mengatakan yang penting memberitakaan janji, kehidupan kita sebagai orang Kristen tidak terlalu penting, itu juga salah. Karena keduanya mesti terjadi, kita pergi untuk ke bangsa lain dan bangsa lain tertarik untuk datang kepada kita dan belajar. Ini terjadi kalau Israel memberikan Taurat, tapi Filo mengatakan “Tuhan tidak akan gagal, Tuhan akan berhasil membuat Israel menjalankan Taurat. Kapan? Nanti kalau Mesias datang, Dia akan mengajar Taurat dan kita semua akan taat kepada dia. Jadi ini pengertian yang dilanjukan oleh Paulus, Paulus tidak membuang pengertian itu. Terkadang kita perlu teks-teks di luar Alkitab untuk memahami Alkitab meskipun kita tidak menganggap teks-teks itu berotoritas seperti Alkitab. Karena itu membaca Alkitab itu sangat indah kalau kita juga adalah murid sejarah. Maka di dalam sejarah harus ada yang belajar sejarah, tidak harus semua jemaat harus belajar sejarah, nanti Saudara tidak ada waktu untuk dalami bidang Saudara sendiri. Tetapi perlu ada orang yang melakukan itu, lalu dia berbagi kepada yang lain. Filo mengatakan nanti kalau Mesias datang Israel akan diajar menjalankan Taurat dan hanya kalau mereka berhasil menjalankan Taurat, maka Israel akan membangkitkan cemburu pada bangsa bangsa lain. Kalau tidak, kalau Israel tidak menjalankan Taurat, Israel akan menjadi tertawaan. “Umat Tuhan mengapa seperti ini? Kamu mengaku milik Tuhan, tetapi kami tidak mau mirip kamu karena kamu begitu parah hidupnya”, ini yang menjadi contoh sebelum Tuhan memberikan Taurat, Israel menyembah lembu emas. Lalu dikatakan tingkah mereka begitu memalukan sehingga bangsa- bangsa lain mentertawakan mereka. Tulisan itu ada di dalam Kitab Keluaran, bangsa-bangsa lain mentertawakan mereka. Jadi Saudara bisa lihat kontrasnya dalam dalam tafsiran Filo, sebelum Taurat diberikan, ini kan Taurat belum Tuhan berikan ke semua orang, Tuhan baru nyatakan ke Musa, Musa belum bawa ke Israel. Sebelum Taurat diberikan, Israel menyembah pun salah, “oh Tuhan kami mau disembah. Musa sedang pergi ke atas gunung mana yang akan memimpin kami sampai ke Tanah Kanaan? Berikan kami Tuhan”. Lalu Harun, dia imam, dia akan diangkat menjadi imam besar. Lalu Harun membentuk lembu emas, ini gayanya orang Mesir. Jadi bayangkan berapa salahnya mereka mempunyai konsep agama dan berapa salahnya mereka mempunyai konsep etika karenanya. Jadi mereka membangun lembu emas, mereka menyembah, lalu mereka berpesta dan cara mereka berpesta membuat bangsa lain menertawakan mereka. Tapi setelah Taurat diberikan akan lain, ini yang Filo mengerti. Setelah Taurat diberikan dan setelah Israel menjalankannya, tidak ada lagi bangsa akan menertawakan Israel. Semua bangsa akan mengoreksi konsep agama dan konsep etika mereka masing-masing. Waktu mereka lihat Israel, mereka akan koreksi agama mereka. Indah sekali kalau benar-benar ini terjadi. Waktu orang lihat umat Tuhan, mereka ingin koreksi agama mereka, “mengapa agama saya tidak seperti Kristen?”. Ini perlu ketekunan di dalam menjalankan hukum Tuhan. Kalau Israel taat, bangsa-bangsa lain akan kagum, akan menjadi cemburu. Ini pengertian dari Filo, dan saya sangat tertarik dengan pengertian ini. Ini sesuatu yang sebelum saya mempersiapkan bahan ini, saya belum dapat aksesnya, jadi baru saya tahu ternyata pengertian cemburu itu sesuatu yang populer di dalam zaman Perjanjian Baru, bersumber dari Filo, seorang pemikir yang sangat berapologetik, yang sangat kuat membela tradisi bahasa Yunani. Saudara tentu tahu orang Israel itu pakai bahasa orang-orang Kasdim, bahasa Aramaik. Jadi bahasa Ibrani itu sudah hilang, pada zaman Perjanjian Baru tidak ada lagi orang bisa bahasa Ibrani. Kalau orang mengatakan bahasa Ibrani yang dimaksudkan itu Aramaik. Misalnya di dalam kisah Rasul Paulus berbahasa Ibrani, itu bukan Ibrani tapi Aramaik.
Jadi ini sesuatu yang kalau kita lihat di dalam sejarah itu menjadi kebiasaan orang Israel, mereka sudah mengidentikkan Aramaik dengan Israel. Yesus sendiri berbahasa Aramaik, Aramaik bukan Arabik, rumpunnya mirip tapi beda. Jadi orang-orang Israel adalah orang berbahasa Aram. Lalu di dalam tradisi Alexandria, Alexandria di Mesir. Alexandria ada banyak tempat, tiap kali Alexander Agung membangun kota dinamai Alexandria. Ini Alexandria yang di Mesir, ini kota yang luar biasa penting pada waktu itu. Sejak abad kedua sebelum Masehi, Kota Alexandria itu menjadi pusat pembelajaran orang Ibrani, orang Israel. Jadi orang Israel pintar banyak yang ke situ, termasuk Filo. Sehingga mereka menjadi sumber dari intelektual dari agama Yahudi. Ini tentu membangkitkan ketidaksukaan di dalam diri orang-orang Yerusalem. Yerusalem harusnya menjadi kota utama. Lalu ketika para ahli ini memutuskan untuk menerjemahkan Alkitab Perjanjian Lama, Taurat dan Kitab Nabi-nabi dan juga tulisan-tulisan lain, mereka mau menerjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Ini ditentang, “kita bukan orang berbahasa Yunani”, apalagi di dalam sejarah Israel mereka ada kesulitan dengan imam yang pro kepada budaya Yunani. Jadi mereka sangat anti ketika ada program menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Yunani, mereka menentang ini. Filo menjadi pembelanya, tentu filo setelah tulisan itu dihasilkan, dia menjadi pembelanya, “orang Yahudi mesti terima budaya Yunani. Kalau kamu tidak punya mental mau tarik bangsa lain, maka kamu akan remehkan budaya Yunani. Jadi kalau kamu tidak peduli bangsa lain, kamu tidak akan peduli bahasa Yunani”. Mengapa kita harus peduli bangsa lain? Karena Kitab Ulangan, mengharuskan kita untuk membuat kagum bangsa-bangsa lain. Bagaimana bisa membuat bangsa lain kagum kalau bahasanya pun mereka tidak mengerti? Bagaimana kita bisa menjadi contoh bagi orang lain kalau kita terlalu eksklusif, terlalu kumpul sendiri yang tidak pernah nyambung dengan yang lain? Ini sebabnya Kekristenan mesti nyambung dengan budaya lain. Tapi zaman sekarang ini banyak orang salah mengerti nyambung dengan budaya lain, berarti membuat orang dari budaya lain punya jalan masuk untuk mengagumi budaya kita. Bukan menghilangkan budaya kita, lalu membuat kita menjadi terlebur kepada bangsa lain. Di dalam pengertian Filo, kamu mesti mengerti budaya Yunani dan mesti mengerti bahasa Yunani, dan karena itu Alkitab memang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Maka Alkitab berbahasa Yunani menjadi populer karena salah satunya adalah karena argumen-argumen diberikan Filo. Bangsa lain cemburu karena hidupnya bagus, “mengapa hidupmu bisa bagus?”, “karena kami punya Taurat”, dan hidup yang bagus itu diekspresikan di dalam berbagai aspek dan di dalam berbagai konteks. Saudara punya keadaan baik, Saudara menjadi contoh bagaimana hidup dalam keadaan baik. Kalau Saudara diberikan berkat menjadi orang kaya, misalnya, berlimpah di dalam uang, Saudara menjadi contoh di dalam kehidupan yang tetap sederhana dan tetap punya ketekunan memberi. Lalu bagaimana jika kita sulit dan miskin? Saudara tetap menjadi contoh didalam hidup di tengah kesulitan. Ini membuat orang cemburu, membuat orang bertanya “mengapa di dalam kelimpahan kamu punya kehidupan yang sangat stabil? Mengapa di dalam penderitaan, kamu punya pengharapan dan sukacita?”, ini yang Petrus katakan di dalam suratnya. Dia mengatakan “kamu harus kuduskan Kristus sebagai Tuhan di dalam hidupmu dan kamu siap sedia memberi jawab kepada orang-orang yang bertanya kepadamu tentang pengharapan yang ada padamu”. Ini pengertian yang kita sering tarik terlalu jauh kepada apologetik “ini Paulus sedang bicarakan: kamu harus siap sedia apologetik”. Tapi Paulus mengatakan “kamu harus siap untuk orang lihat pengharapanmu”. Kita boleh meratap di dalam kesulitan, tetapi meratap pun akan membuat orang iri. Mengapa? Karena mereka lihat “mengapa kamu bisa punya Tuhan yang menerima ratapanmu?”. Jadi kita bukan bersungut-sungut seperti orang Israel di padang gurun. Bersungut-sungut tidak akan membawa orang lain ke Tuhan. Maka meratap pun adalah bagian yang membuat orang tertarik kepada Tuhan, tapi bersungut-sungut tidak. Ketika kita menjadi umat Tuhan, kalau kita lihat pemikiran Filo, kita seharusnya membangkitkan cemburu pada orang lain. Tapi bagaimana? Dengan menjalankan Taurat. Maka bagian pertama saya mau membagikan apa yang Filo katakan, tugas orang Israel adalah membangkitkan cemburu bangsa lain sehingga mereka mencari Tuhan.
Jadi Israel tidak pernah eksklusif, mereka tidak seharusnya menjadi bangsa yang hanya ada di Kanaan dan menutup diri dari bangsa luar. Mereka seharusnya menarik bangsa lain datang kepada mereka. Salomo adalah contoh dari yang baik, menarik bangsa lain datang. Dan contoh yang buruk yaitu membawa Israel mirip bangsa lain. Ini ironisnya Salomo, Salomo adalah contoh bagi keadaan baik sekaligus contoh bagi keadaan buruk. Contoh baiknya apa? Contoh baiknya adalah ketika Ratu Syeba datang mencari dia karena Ratu Syeba mendengar “katanya Israel adalah bangsa penuh hikmat karena rajanya penuh hikmat. Saya mau tahu seperti apa kehidupan Israel. Dan saya ingin tahu hikmatmu seperti apa”. Menariknya ketika Saudara baca bagian itu di dalam Kitab Raja-raja, dikatakan Ratu Syeba melihat cara orang-orang Salomo makan. Ini membuat kita heran, apakah ini mengenai table manner? Saudara kalau lihat makan hanya table manner itu akan sangat sala, tapi kalau Saudara lihat makan konteksnya ke Kemah Suci dan ke Perjamuan Kudus, Saudara akan melihat konsep teologi di situ. Waktu orang-orang lihat kehidupan dari pegawai Salomo, cara mereka makan dan cara mereka bertutur kata, mereka langsung kagum dan Ratu Syeba mengatakan “yang saya dengar terlalu sedikit. Kenyataannya lebih besar dari itu”. Ratu Syeba memberikan kesaksian “saya kagum karena yang saya dengar cuma sedikit, tapi begitu saya lihat baru saya tahu yang saya dengar belum ada apa-apanya”. Saudara, saya harap kita mau orang melihat hidup kita dan mengatakan “yang saya dengar belum ada apa-apanya”. Jadi kita tidak diarahkan Tuhan untuk pencitraan, kita diarahkan Tuhan untuk menikmati hidup dengan cara yang benar, lalu membuat orang tertarik. Itu sebabnya Alkitab memberitakan Injil, kabar baik. Kabar baik itu anti kepahitan. Kalau hati Saudara penuh kepahitan, sulit membuat orang tertarik kepada hidupmu dan tertarik kepada Tuhanmu. Jadi orang Israel harus menaati Taurat seperti Salomo. Tapi ironisnya Salomo juga menjadi contoh di mana orang Israel membuka diri kepada bangsa lain dan menjadi sama dengan bangsa lain. Salomo begitu toleran, istri-istrinya mengatakan, “bangunkan kuil bagi kami”, Salomo itu adalah temple builder untuk Yahwe, untuk Tuhan. Tapi ironisnya dia menjadi temple builder untuk dewa-dewa lain, untuk Kamos dan lain-lain. Waktu Salomo membangun kuil bagi Kamos dan lain-lain, Tuhan murka. Dan waktu itu Israel memalukan sekali karena mereka menjadi bangsa yang cepat berubah. Mereka mulai menjadi bangsa yang kerdil. Apa tandanya bangsa kerdil? Bangsa kerdil itu selalu curiga dan takut kepada yang lain. Bangsa agung itu selalu punya kepercayaan “Tuhanku memberkati aku dan bangsa lain akan belajar dari aku”. Tapi bangsa kerdil selalu khawatir bangsa lain menjadi musuh, harus dihancurkan, dan ini terjadi pada Salomo. Israel, waktu zaman megahnya mereka, waktu Salomo menjadi raja, tidak perlu khawatir bangsa lain. Tapi waktu Salomo jatuh dalam dosa, dia khawatir kepada seorang pemimpin, pemimpin pegawai, pemimpin buruh namanya Yerobeam. Dia sangat khawatir Yerobeam ini menjadi pengaruh kuat. Dia mau membunuh Yerobeam, maka Yerobeam harus lari ke Mesir. Sampai Salomo mati, baru Yerobeam kembali. Waktu itu Rehabeam sudah menjadi raja, kemudian terjadi konflik Yerobeam menjadi Raja Israel Utara, langsung pecah dua kerajaan itu. Dan ini bermula dari Salomo yang terlalu terbuka untuk mengambil budaya lain. Jadi kehidupan Salomo pun menantang kita untuk berpikir dengan hikmat, bagaimana cara membuka diri untuk budaya lain. Kalau tidak membuka diri sama sekali, belajarlah dari Salomo. Kalau membuka diri sampai terpengaruh, belajar juga dari Salomo. Salomo salah dalam hal itu dan Salomo benar di dalam hal membuka diri bagi bangsa lain.