Ciptaan itu terdiri dari beragam aspek, tapi saling menyatu. Ini juga ciri dari Tuhan. Tuhan mencipta dengan keberagaman, tapi semua punya kaitan yang erat sekali. Tuhan menyatakan itu di dalam ciptaan. Kalau Saudara tertarik bisa membaca buku yang diedit oleh John Polkinghorne dan Michael Welker yang berjudul The End of The World and The Ends of God, ini interaksi antara orang-orang science dan orang-orang teologi yang sama-sama Kristen. Tuhan sudah menyatakan kalau kamu melihat alam ini dan kamu berbijaksana melihat, kamu akan kaitannya dengan sifat Tuhan. Sayang kamu mengabaikan fakta, seluruh hal yang terjadi pada alam membuat manusia membuat legenda tentang Tuhan. Ada cerita tentang Tuhan. Ini yang diserang oleh Gregory dari Naziansus mengenai Tritunggal. Orang Arian ada mengatakan “kalau kamu percaya Tritunggal, itu berarti percaya 3 dewa, bukan 1 Allahnya Alkitab. Tritunggal adalah dongeng dewa-dewa”. Ia membalasnya dengan mengatakan mengatakan Allah tidak punya cerita sendiri, Dia tidak menceritakan ceritaNya, Dia hanya menceritakan cerita relasi Dia dengan manusia. Sejarah Allah adalah sejarah manusia, satu sejarah. Dengan demikian Tritunggal itu bukan berhala, berhala selalu punya 2 cerita, cerita berhala dan cerita manusia. Manusia melihat alam langsung membuat cerita, tapi kalau kita lihat alam, langsung kita melihat cerita kita bersama dengan Tuhan. Cerita berhala akan meniadakan cerita manusia. Sedangkan cerita Alkitab akan meninggikan cerita manusia, karena ternyata cerita manusia itu juga cerita Tuhan. Maka kalau orang melihat alam dan tidak melihat kekuatan Allah, keilahianNya lewat karyaNya. Ayat 21, meskipun mereka melihat karya Allah, lewat dunia ini, mereka tidak memuliakan Dia, sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Ayat 23, “mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambar yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang berkaki empat dan lain-lain. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, ayat 24. Allah mengatakan “karena kamu tidak ingin menyembah Aku. Sudah melihat alam, malah ingin membuat berhala, Aku serahkan kamu untuk berhala. Anggap berhalamu memang ada, silahkan sembah dia”, itu yang dimaksudkan di sini. Jadi Tuhan serahkan kita kepada berhala kita. Ketika kita ngotot mempertahankan itu, Tuhan akan mengatakan “ya sudah, sesukamu, buat yang kamu mau, sembah berhalamu dan ikuti dia”, itu yang disebut dengan menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran. Ketika orang menggantikan Allah dengan berhala, mereka akan mulai bertindak cemar karena berhala tidak punya penahan untuk kecemaran manusia. Ini pikiran jenius Agustinus. Agustinus menulis City of God, mengatakan yang membuat negara hancur bukan karena orang Kristen tetapi raja yang tidak mampu mengekang hawa nafsunya, raja yang tidak mampu mengekang tindakan hidupnya. Dan raja tidak mampu kekang karena berhalanya diam. Berhala tidak akan pernah tegur Saudara kalau Saudara jahat karena berhala-berhala punya ceritanya sendiri. Karena mereka punya ceritanya sendiri, Saudara akan ditarik untuk masuk ke ceritanya mereka, mereka tidak peduli cerita Saudara. Ini penting untuk kita pahami, tidak ada berhala atau ajaran apa pun mempunyai kekuatan untuk mencegah orang-orang dari moral yang rusak. Tidak ada kekuatan karena tidak ada kepedulian terhadap cerita manusia. Bukan hanya masalah harus hidup dengan menahan hawa nafsu, tapi masalah tentang ajaran yang benar, menegakan keadilan dan lain-lain. Dorongan untuk bertobat itu dari Tuhan, tanpa ada Tuhan orang akan rusak hidupnya. Itu sebabnya Paulus mengaitkan antara kebodohan, ketidak-benaran, unrighteousness, akhirnya orang tidak mau fakta tentang Tuhan. Maunya fakta tentang Tuhan tapi ditafsirkan dengan salah menjadi berhala dan lain-lain. Dan ketika Tuhan serahkan “silahkan sembah berhala”, maka manusia pelan-pelan menjadi kacau dan rusak, tidak ada standar lagi. Saudara mungkin mengatakan banyak orang bukan Kristen tapi punya etika yang bagus, mengasihi, tolong-menolong dan lain-lain. Saya mau tanya, etika yang bagus itu tidak mungkin muncul kecuali dari Kekristenan. Kekristenan memengaruhi yang lain untuk mengerti tema-tema ini. Tidak ada ajaran kasih selain dari Kitab Suci. Silahkan pelajari sejarah, silahkan pelajari agama, silahkan pelajari turun-temurun Islam dari mana, Budha dari mana dan Saudara akan temukan tidak ada ajaran yang baik tentang kemanusiaan yang bisa menyamai Kekristenan. Kalau begitu bagaimana orang-orang di sana bisa baik? Mungkin mereka mendapat anugerah dari Tuhan untuk boleh menjalankan apa yang kita masih gagal. Tapi mereka tidak punya sumber untuk itu. Ini yang Paulus sedang katakan, moral akan rusak karnea mereka tidak kenal Tuhan.

« 5 of 6 »