Kalau begitu bagaimana bisa memberi jawaban atau bisa menarik orang mencari jawaban di dalam Kristus? Bavinck mengatakan cara paling penting adalah kita belajar menghargai aspek hidup yang benar dari orang lain, sebelum akhirnya disimpangkan oleh dosa. Setiap hidup manusia yang belum kenal Tuhan, ada aspek benarnya. Manusia tidak hidup di dalam kesalahan yang total sehingga seolah-olah tidak ada apa pun yang benar dari dia. Dalam ajaran Abraham Kuyper, Kuyper sangat pisahkan, dia mengerti antitesis orang percaya dan orang tidak percaya tidak punya kesamaan dalam pondasi berpikir, komitmen pikiran beda jauh, tidak ada kesamaan. Kuyper mengatakan “tapi orang bukan Kristen tetap dipelihara oleh anugerah umum Tuhan, sehingga mereka tetap menjalankan hidup yang ada benarnya. Jadi kalau Saudara mengatakan “orang kalau bukan Kristen, pasti hidupnya ngawur semua”, lalu Saudara kaget “mengapa ada tetanggaku yang bukan Kristen, tapi hidupnya baik sekali? Berarti saya salah mengerti?”. Iya salah mengerti, karena Tuhan masih memberikan anugerah yang umum sifatnya untuk dinikmati oleh orang yang belum percaya sekalipun, karena mereka pun adalah ciptaanNya Tuhan. Tuhan yang menjadikan mereka, maka Tuhan beri anugerah kepada mereka di dalam cara yang Tuhan mau, tapi bukan anugerah keselamatan. Maka Bavinck mengatakan “coba nikmati keindahan hidup dari aspek benar itu”. Kalau ada orang mengatakan “aku rindu untuk bersatu dengan yang Ilahi”, kerinduan itu ada baiknya. Tapi kalau kerinduan itu adalah untuk saya menjadi sakti, kalau saya ditusuk menjadi kebal, ini yang berdosa. Jadi kerinduannya ada sisi yang benar, tapi motivasi yang dikacaukan oleh dosa, itu yang harus disingkirkan. Maka pembicaraan dengan orang-orang mana pun akan menggugah kita, menyadari bahwa menjadi manusia itu kompleks, menjadi manusia itu indah sekali, menjadi manusia itu kasihan sekali. Karena meskipun Tuhan memberikan keindahan yang begitu besar, manusia memakainya untuk kerusakan yang luar biasa. Kadang-kadang kalau kita melihat biografi hidup dari manusia, kita menyadari indahnya kehidupan yang Tuhan pakai. Bayangkan hidup dari orang-orang yang sudah berjasa memajukan teknologi, memajukan sains, memajukan pengertian ilmu apa pun, memajukan filsafat, memajukan metode berpikir, memajukan teologi, memajukan Kekristenan, memajukan apa pun, Saudara sadar inilah kenikmatan menjadi manusia jika dipakai Tuhan, apalagi jika dipakai dalam cara yang menyelamatkan. Tapi kalau Saudara melihat orang yang merusak, membunuh, menghancurkan, orang yang membuat hidupnya rusak, orang yang membuat hidup orang lain rusak, Saudara akan geleng kepala dan mengatakan “satu manusia rusak. Potensi yang demikian besar, yang Tuhan bisa pakai untuk membangun dirusak oleh setan”. Itu sebabnya satu orang sesat dirusak oleh setan, kerugiannya besarnya tidak bisa dibayangkan. Kalau Saudara lihat cara setan memakai orang untuk merusak, Saudara akan sadar tidak ada harapan di bumi ini. Tapi Tuhan mengatakan harapan selalu ada karena pada akhirnya Tuhan menang, ini yang membuat kita terhibur. Tapi kalau kita melihat hidup manusia sudah rusak, kekacauannya bukan main besar, kalau ada satu orang membunuh orang lain, kita sadar ada 2 kekacauan yang terjadi. Yang pertama diri orang yang membunuh rusaknya bukan main, lalu kedua diri yang sudah dihilangkan dengan kematian rusaknya, potensi yang bisa dicapai itu hilang, habis, itu juga tidak terbayangkan kerugiannya. Kerugian karena manusia rusak itu jauh lebih besar dari pada kerugian karena uang tidak ada. Ini yang harus kita ingat, jiwa manusia itu berharga, seorang manusia itu begitu penting. Tuhan memakai satu orang membuat begitu banyak berkat, Tuhan memakai satu manusia menjadikan dirinya saksi untuk mempermuliakan Tuhan dalam berbagai aspek. Harap kita mengingat ini ketika melihat orang lain. Saudara kalau melihat orang lain, yang muncul benci, dendam, keinginan supaya dia tidak ada, itu kebodohan luar biasa besar. Karena manusia begitu agung, Tuhan menciptakan manusia dengan potensi begitu besar. Harap anak-anak muda bisa mengerti ini, anak-anak kecil, anak-anak remaja dan orang tua mereka bisa mengerti ini. Banyak orang tua merusak hidup anaknya, karena hanya tahu bagaimana membuat anaknya selamat, aman, tidak terganggu apa pun, “pokoknya anakku harus aman, harus nikmat hidupnya, anakku tidak boleh mendapat gangguan”. Akhirnya dia tumbuh menjadi orang yang sulit mengerti apa itu berjuang. Bagaimana menikmati hidup? “Di tempatmu tidak ada game yang mahal yang bisa kamu mainkan, di tempatmu tidak ada kamar ber-AC yang nikmat, di tempatmu tidak ada rumah yang besar, bagaimana kamu menikmati hidup?”, “saya menikmati hidup karena saya lari-lari keluar bersama teman-teman, saya main layangan dengan mereka, saya main sepak bola dengan mereka, saya menikmati hidup”. Ini yang banyak orang tidak mengerti. Pelihara hidup manusia supaya aman, akhirnya manusia tidak terbentuk, tidak punya kegigihan berjuang, gampang patah, gampang menyerah. Satu manusia menyerah, potensi dia untuk kembangkan berkat bagi orang lain, lenyap. Satu anak muda mengatakan “saya sudah menyerah”, maka seumur hidup dia hancur karena perkataan dan kondisi yang membuat dia tidak lagi berjuang. Kita lihat banyak orang habiskan hidup sampai tua tidak lakukan apa pun, tidak ada niat juang “hidup sudah begini, mau apa lagi”, “kamu bisa lebih”, “tidak bisa lebih karena memang begini”. Membentuk orang tidak mau berjuang, itu dosa besar sekali. Itu sebabnya ketika kita melihat hidup kita, kita harus tahu hidup itu penting. Kalau hidup itu penting, Tuhan mau bentuk, ini yang kita mau capai. Tuhan mau bentuk hidupmu, tapi kamu harus kenal Tuhan Yesus. Lalu kita mulai selidiki pertanyaan dia apa, pergumulan dia apa, apa yang dia harapkan dari hidup. Apa yang dia sedang nikmati, kesulitan apa yang dia sedang alami. Lalu Saudara akan mendengar jawaban yang variatif sekali, ada yang mengatakan “saya bingung, bagaimana berdamai dengan orang tua? Orang tua itu menyebalkan sekali”. Atau sebaliknya Saudara tanya kepada orang tua dan mereka mengatakan “mengapa anakku menyebalkan sekali? Dulu waktu kecil, lucu bukan main”. Anak itu waktu bayi lucu, masih kecil lucu, sudah remaja mulai menyebalkan, waktu sudah pemuda jadi saingan, musuh. Ini mirip dengan kehidupan singa, singa jantan melihat anak singa jantan, mau dia makan karena dia sudah punya tebakan kalau anak singa itu sudah remaja akan menyebalkan, sudah pemuda akan menjadi saingannya. Manusia bergumul “saya berelasi dengan anak kok sulit, saya berelasi dengan orang tua kok sulit, saya berelasi dengan pasangan kok sulit”, lalu Saudara mulai masuk dengan mengatakan “manusia memang sulit berelasi, kita sudah jatuh dalam dosa”. Tapi yang lebih sulit adalah memahami mengapa Tuhan mau berelasi dengan kita yang mempersulit hidup Dia. Manusia yang sudah sulit, membuat Tuhan sulit hatiNya. Lalu Tuhan tetap mau ulurkan tangan kepada manusia, mau berelasi dengannya, harap pikirkan itu.
Kadang-kadang Injil berhasil ketika Saudara lemparkan sesuatu yang dia bawa pulang dalam bentuk pertanyaan. Kalau kita terlalu cepat memberikan jawaban, dia belum sempat tanya, dia akan menghina jawabannya. Dia belum digugah untuk bertanya. Kadang-kadang orang memberitakan Injil langsung mau konklusi secepat mungkin, membuat rekor “saya PI dari pertanyaan sampai Yesus mati dan bangkit, cuma 5 menit”, diberi 5 menit itu orang belum sempat berpikir langsung diberikan kesimpulan. Dia tidak akan hargai Injil karena dia belum perna dibawa untuk bergumul dari hatinya bahwa hidup dia perlu solusi. Coba lakukan ini, coba menginjili tanpa langsung memberitakan Kristus dulu. Ini strategi penginjilan aneh, Saudara mungkin akan tanya saya “pak, apakah benar bapak pendeta? Kalau pendeta mengapa mengatakan hal seperti itu?”. Itu perlu, ini metode yang Bavinck katakan, Bavinck adalah misionaris jadi harap kita rendah hati belajar dari dia. Dia mengatakan coba gugah sampai orang sendiri bingung “benar, hidupku kacau”. Pertanyaan tadi sudah cukup menggugah, “kamu punya relasi sulit, bayangkan sulitnya Tuhan berelasi dengan engkau. Tapi mengapa Dia kirim AnakNya untuk memperbaiki relasi dengan engkau?”, jawab sendiri. Dia akan pikirkan dan nanti dia akan tanya kepada Saudara “coba berikan jawabannya”, itu berarti penginjilanmu ada jalan untuk menjadi berhasil. Kalau orang sudah datang kepada Saudara dengan pertanyaan, berarti ada jalan untuk berhasil, ini cara Tuhan Yesus. Waktu Dia memberitakan Injil kepada perempuan Samaria, apakah langsung semua Dia beritahukan? “Hei perempuan Samaria, tahu tidak bahwa Allah itu Tritunggal adanya, Aku ini Dwinatur”, lalu Dia beri tahu semuanya? Tidak. Dia membuat perempuan itu bertanya kepadaNya. Dari pertanyaan simple, “Engkau tidak punya timba, sumur ini amat dalam, tapi Engkau mengatakan Engkau punya air?”, “air yang Aku berikan membuat engkau tidak haus lagi”, “berikan aku air itu”, “panggil suamimu”, “aku tidak punya suami”, “tepat katamu, kamu tidak punya suami. Engkau sudah punya 5 dan sekarang bukan suamimu”, “Engkau nabi”. Langsung perempuan itu bertanya “ibadah dimana? Di Yerusalem atau di gunung ini?”, perempuan itu yang bertanya, bukan Tuhan Yesus yang tanya. Yesus berbicara kepada orang-orang dan orang-orang cari Dia untuk tanya lanjutannya. Coba Saudara belajar bicara kepada orang sampai orang itu cari dan bertanya kepada Saudara. Lanjut, berarti mungkin Tuhan buka jalan untuk dia menerima Injil. Perempuan itu yang berbalik tanya. Waktu Tuhan Yesus mengatakan “panggil suamimu”, perempuan itu mengatakan “tidak punya”, “jelas, yang sekarang bukan suamimu, tapi 5 suami sudah kamu miliki”. Orang itu yang bertanya balik “Tuhan, beribadah dimana ya?”, lalu Tuhan mengatakan “ibadah di Yerusalem. Tapi sudah waktunya datang bahwa Tuhan yang disembah oleh orang-orang yang menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran adalah Tuhan yang Roh adanya”. Dan itu sebabnya penyembahan sejati mengerti hal ini bahwa Yesus bongkar lagi satu pengertian yang merombak pengertian dia, merevolusi pikiran dia, sehingga dia kembali bertanya “kalau begitu Engkau memberikan jawaban ibadah itu dalam Roh dan kebenaran. Tapi tunggu, saya diajar dari kecil bahwa orang yang punya kunci jawaban seperti Engkau adalah Mesias. Saya sedang menunggu Mesias”, Yesus mengatakan “Akulah Dia”. Dan perempuan itu langsung kena dengan jawaban itu. Dia langsung bersaksi lagi, menjadi penginjil yang ke kampung-kampung untuk memberitakan “aku sudah menemukan seseorang yang memberitahu keadaanku, mungkinkah Dia Mesias itu?”, lalu seluruh kampung itu datang, ini kebangunan. Kebangunan rohani terjadi karena Tuhan menggugah orang yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu, berjumpa dengan jawaban, ini indah sekali. Maka coba pikirkan, orang sedang perlu apa, Saudara cari, Saudara tanya. Dan sebelum Saudara cari dan tanya kepada orang lain, tanya dulu dalam dirimu, siapakah Kristus bagimu, apakah Dia yang memuaskan hasratmu akan kebaikan? Kebaikan apa pun yang sedang engkau gumulkan. Karena itu yang dikatakan di dalam Mazmur 103 “Tuhanlah yang memuaskan hasratku akan kebaikan sehingga masa hidupku seperti anak muda yang terbang dengan kekuatan seperti rajawali”. Saudara lihat rajawali terbang, gagahnya bukan main. Ini adalah burung yang habiskan waktu di udara begitu lama dengan energi begitu efisien. Dia rentangkan sayapnya, lalu dia ikut arus udara kemana pun membawa dia. Saya pernah melihat seekor rajawali di Taman Safari. Diterbangkan, kemudian pawangnya mengatakan “coba tebak, saya akan suruh dia keliling, putar-putar, berapa lama dia bisa keliling tanpa kepakkan sayapnya?”, lalu orang-orang menebak “berapa lama ya?”. Burung itu terbang, keliling-keliling dengan rentangan sayap yang tidak digerakkan sama sekali. Pawang itu mengatakan “kalau dia mau, seharian pun bisa”, “bagaimana mungkin bisa?”, karena dia bisa mencari udara naik, dia punya insting untuk udara naik sehingga dia seperti burung yang mencari udara panas yang naik. Thermal heat dari itu yang dia pakai, dia tidak pakai kekuatan untuk terbang. Lain dengan burung yang kecil, yang Saudara lihat terbang kemana-mana, kepakkan sayapnya terlalu banyak tapi terbangnya baru naik sedikit. Burung rajawali, sekali kepak langsung ke angkasa putar-putar. Ini bedanya rajawali dengan burung yang lebih kecil. Pemazmur mengatakan “saya punya kekuatan seperti burung rajawali”, kelihatan begitu gagah dan stabil. Saudara kalau melihat yang tenang dan stabil itu kelihatan sangat berwibawa. Kalau Saudara melihat orang bicara dengan tenang, langsung terasa wibawa. Tapi kalau orang cerewet, bicara begitu banyak kalimat dan cepat, kelihatan kurang wibawa. Demikian lihat rajawali, wibawanya seperti begitu agung. Dan orang yang yang bermazmur di Mazmur 103 mengatakan “saya seperti itu”, “mengapa engkau bisa seperti itu, begitu tenang, begitu penuh kekuatan?”, “karena Tuhan puaskan hasrat saya akan kebaikan”. Jadi Saudara tanya dulu ke diri sendiri, yang memuaskan diri Saudara itu apa. Kalau Saudara menjawab “uang”, itu jawaban yang salah karena uang tidak pernah memuaskan hasrat. Uang itu cara, Saudara mendapat uang langsung pikir mau belanja apa atau mau ditabung untuk apa. Uang itu selalu membuat Saudara berpikir untuk apa. Itu kesalahan logika untuk mengatakan uang adalah tujuan, karena setiap kali Saudara berpikir uang, Saudara langsung berpikir apa yang bisa diperoleh selanjutnya dari uang itu. “Saya dapat uang, puji Tuhan”, mengapa puji Tuhan? “Ada tabungan untuk masa depan”, berarti masa depanmu yang penting. Itu sebabnya kalau orang mendapatkan uang lalu dibelanjakan untuk apa, itu menunjukkan hasrat dia. “Sudah dapat uang?”, “sudah”, “untuk apa?”, “saya investasikan, siapa tahu dapat untung 3 kali lipat”, maka kita tahu dia adalah orang serakah yang kurang perhitungan. Kalau dapat uang, dibelanjakan untuk kesenangan-kesenangan, kita tahu dia adalah orang yang cuma cari kesenangan. Kalau ditabung untuk masa depan, kita tahu kerinduan dia adalah masa depan, mungkin dia khawatir nanti ke depan bagaimana. Lalu sudah simpan uang, bingung lagi kalau nilai uangnya turun bagaimana? Jadi manusia penuh dengan pergumulan dan hasratdia untuk menjadi baik ditandai dengan pergumulan apa yang dia pikirkan, itu hasrat dia. Dan Tuhan memuaskan hasrat dengan kebaikan. Tuhan memuaskan hasrat akan kebaikan. Maka orang mencari apa, coba ingatkan dia “carilah Tuhan”. Sama seperti Saudara juga punya hasrat yang perlu dipuaskan, dan Saudara cari Tuhan karena itu. Saya kagum perkataan Carl Trueman ketika berbicara tentang orang yang mengatakan kehidupan seksual sudah begitu rusak, banyak orang menjadikan seks yang ngawur, entah itu seks bebas, entah itu ganti-ganti pasangan, entah itu homoseksualitas, sebagai bagian dari identitas dia. Mengapa ini terjadi? Carl Trueman mengatakan pergumulan ini pergumulan yang kalau dilihat dari sejarah adalah pergumulan hasrat manusia. Manusia ingin diterima, tapi dia tidak tahu dia diterima dengan cara apa. Hasrat dia dikacaukan dengan berbagai macam hawa nafsu dan juga penyimpangan, tapi utamanya hasrat dia adalah hasrat ingin diterima. Mengapa ingin diterima diwujudkan dalam seks yang ngawur? Karena relasi seksual adalah tanda fisik dari penerimaan seumur hidup. Saudara ingin mempunyai kenikmatan relasi seksual bukan karena Saudara mempunyai hawa nafsu yang berlebihan, tapi karena Saudara punya keinginan diterima yang sangat besar. Lalu keinginan diterima ini disalurkan dengan cara yang salah, ini yang menyebabkan kekacauan. Maka Carl Trueman mengatakan identitas manusia adalah diterima, ini unik. Bayangkan indahnya jawaban dari Tuhan, ketika Tuhan mengatakan “sebelum dunia dijadikan, Aku sudah memilih engkau untuk Aku miliki”, “ternyata saya dimiliki oleh Tuhan”. Dulu saya sangat kagum dengan satu pemain Brasil, namanya Kaka, karena setiap kali dia mencetak gol, dia buka bajunya dan di dalamnya ada kaos yang bertuliskan “I belong to Jesus”, kalimat itu mengagumkan saya, ini namanya bersaksi. Lalu saya pikir-pikir kalau orang populer mengatakan begitu akan dikagumi bukan main, karena orang populer dimiliki oleh banyak orang. Orang yang populer merasa dirinya berarti karena dia belongs to everyone, “seluruh masyarakat mengagumi saya”, itu kehausan untuk menjadi selebritis, “saya dimiliki oleh warga, saya dimiliki oleh masyarakat, saya dimiliki oleh penggemarku, saya dimiliki oleh orang yang mengagumi tindak-tanduk saya, saya rasa tenang dimiliki”. Tapi begitu popularitasnya turun, ada artis baru muncul, dia mau bunuh diri. Mengapa ingin bunuh diri? “Kalau begitu, saya dimiliki oleh siapa?”, ini pergumulan identitas, tidak pernah habis-habis manusia miliki. Waktu kita bergumul, kita tahu Tuhan adalah yang memberikan jawaban, “saya dimiliki oleh siapa?”, “engkau dimiliki oleh Tuhan”, “saya tidak tahu bagaimana menikmati kepemilikan Tuhan, karena saya tidak bisa melihat Tuhan. Bagaimana tahu kalau saya dicintai oleh Dia?”. Paulus memberikan jawaban “iman adalah jawabannya”.