Tahu dari mana engkau dicintai oleh Tuhan, iman adalah jawabannya. Itu sebabnya iman membereskan pergumulanmu jika engkau sudah sampai pada pemahaman yang tepat. Apakah pergumulan bisa beres karena diberi tahu? Tidak, Saudara mesti diberi tahu dan Saudara mesti pikir sendiri. Itu sebabnya mendengarkan khotbah mestinya membuat orang pulang dengan semakin penasaran. Intinya adalah ketika Saudara mendengarkan firman Tuhan, Saudara akan mulai digugah “ternyata pergumulan saya cuma satu, ternyata Tuhan ajar saya untuk bergumul lebih banyak lagi”. Setelah itu Saudara akan sadar bahwa Tuhan adalah yang memberikan kepuasan kepada batinmu yang merindukan kebaikan. Batinmu rindu kebaikan, jiwamu rindu dicintai, jiwamu rindu diterima, jiwamu bukan rindu aman. Jiwamu yang rindu baik itu dipuaskan oleh Tuhan atau tidak?”. Jika belum, itu problem tapi jangan khawatir, Saudara cari, jika batinmu belum ketemu Tuhan pemberi kebaikan, bergumulah lagi dan cari Dia lebih giat lagi. Saya pernah bicara dengan seorang yang senior di gereja, ketika pandemi, dia mengatakan “pak, mohon maaf saya di usia yang tidak disarankan untuk datang ke gereja, tapi saya tetap datang. Tidak apa-apa ya?”, saya bilang “Tuhan kiranya pimpin. Kalau bapak dipimpin Tuhan untuk datang, silakan datang, gereja tidak akan menyuruh orang pulang”. Di dalam pengumuman kebaktian sekarang diumumkan kita tidak mengadakan kebaktian fisik karena online, tapi saya sudah mengatakan jika orang datang, tetapi terima, layani dengan baik, suruh mereka duduk dan mengikuti ibadah di sini. Jadi saya tidak mau ada orang mengatakan “maaf, kebaktiannya online, jadi silakan pulang saja”, orang itu akan dimarahi oleh Tuhan, dihukum oleh Tuhan. Tidak ada orang yang berhak melarang orang beribadah, itu jahat, pemerintah yang anti-Kristen menyuruh orang tidak boleh ibadah. Pemerintah yang anti orang datang kepada Tuhan itu pemerintah yang jahat, yang Tuhan akan binasakan. Tapi orang Kristen harus senang kalau ada orang mau datang beribadah. Kita tidak berhak melarang orang datang beribadah kepada Tuhan. Maka ketika orang itu mengatakan “saya sudah tua, aturan tidak memperbolehkan saya datang, tapi saya tetap datang. Boleh tidak?”, saya langsung bilang “saya akan dihukum Tuhan kalau bilang tidak boleh, silakan datang. Engkau mau beribadah, silakan”. Banyak orang Kristen dilarang beribadah oleh pemerintah bahkan diancam akan dimatikan, mereka tetap nekat datang. Dan Tuhan mengatakan “hei pemerintah, engkau tidak berhak melarang umatKu datang”, ini kalimat yang kuat, yang Tuhan terus nyatakan sepanjang sejarah. Ada hal penting yang perlu dikejar dari pada sekedar fisik baik, dari pada sekedar hidup aman yaitu hasrat kita dipuaskan oleh kebaikan. Saudara mau cari ini dimana? Cari di Tuhan. “Tuhan tidak bisa kelihatan. Saya tidak bisa melihat Tuhan, bagaimana hasrat hatiku dipuaskan oleh kebaikan?”, Paulus mengatakan “iman adalah caranya”. Iman tidak mengatakan lihat dulu baru beriman, baru percaya. Iman tidak mengatakan lihat dulu baru menjadi tenang. Iman mengatakan “karena Tuhan sudah berfirman maka hati saya mulai terhibur”. Itu sebabnya beriman penuh pergumulan. Saudara bisa mengatakan “iya Tuhan, saya percaya kepadaMu”. Tapi di dalam keadaan hidup engkau akan merasa hati yang kosong, hati yang kurang dipuaskan mulai muncul. Dan Saudara mulai tanya “dimana saya bisa mendapatkan kepuasan akan kebaikan ini?”, ini membuat kita sadar iman kita perlu bertumbuh. Iman kita semua, termasuk iman saya perlu bertumbuh, perlu menjadi dewasa, perlu dipuaskan hanya oleh Tuhan.

Itu sebabnya dalam skema orang Yahudi tidak ada kemungkinan diri dipuaskan. Karena diri harus menaati Taurat, berada di dalam ketakutan akan dihukum oleh Tuhan. “Tuhan bukan yang memuaskan hasrat dengan kebaikan, tapi Tuhan adalah yang potensi menghilangkan nyawa saya dengan membinasakan saya ke neraka dan potensi mengampuni saya dan membuat saya berada di dalam kelimpahan kasihNya”. Kalau kita terus bergumul “Tuhan akan membawa saya ke neraka atau ke surga”, Saudara sulit dipuaskan oleh Tuhan. Apakah Tuhan tidak membinasakan orang ke neraka? Iya, Tuhan membinasakan orang ke neraka. Tapi saya jamin yang dibinasakan oleh Tuhan ke neraka adalah orang yang tidak beriman kepada Tuhan, yang tidak pernah tersentuh oleh gerakan mau mencari Dia. Orang-orang yang binasa adalah orang-orang yang sadar dirinya ngawur sehingga mereka mengatakan “adil hukumanMu Tuhan, karena seumur hidup saya tidak pernah mencari Tuhan”. Tapi orang yang bergumul mencari Tuhan, yang ketakutan dibinasakan oleh Tuhan adalah orang yang ketika beriman kepada Kristus menyadari Tuhan adalah sumber kebaikan yang tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Skema Yahudi mengatakan “jalankan Taurat, taat dulu, ikut, turut, setia, baru kamu boleh dapat Kristus”. Tapi Paulus mengatakan “inilah iman (dia juga mengutip dari Taurat) yaitu jangan katakan dalam hatimu siapa yang akan naik ke surga”, kalimat ini diambil dari Kitab Ulangan. Di dalam Kitab Ulangan, Musa berkhotbah dan mengatakan “hei Israel, kamu adalah umat yang berbahagia”, ini para frase saya, Musa tidak mengatakan itu secara kalimat per kalimat atau kata per kata. Tapi intinya dia mengatakan demikian “Israel, kamu itu bahagia, karena apa yang dicari orang yaitu hikmat, firman, hikmat yang memberi hidup itu kamu peroleh. Yang lain cari tapi tidak mendapatkannya, tapi kamu memperolehnya”, ini adalah konteks orang bijak zaman dulu. Di zaman Musa, orang bijak akan mengatakan “hei anak muda, bijaksana itu sulit didapat”, ini orang tua biasa mengataka ke anak muda bahwa bijaksana itu sulit didapat. Atau kata lainnya, dalam bahasa kita “kaum jangan sombong”. Orang sering kali mengatakan ke anak muda “kamu itu terlalu sombong”. Anak muda itu mudah menjadi sombong karena tidak tahu apa-apa. Pikir semuanya itu mudah, pikir orang tua itu kuno tidak mengerti apa-apa, ini perasaan anak muda. Orang muda selalu berpikir “orang tua itu tidak mengerti apa-apa, saya lebih mengerti dari pada mereka”, itu makanya orang muda perlu dijitak dulu. Cara jitaknya dengan nasihat bijak, “hei anak muda, tahu tidak bijaksana itu sulit. Kamu pikir kamu sudah tahu, tapi sebenarnya kamu belum tahu. Kamu cuma pikir kamu tahu, pikiranmu salah. Saya yang sudah tua baru sadar saya masih bodoh”, orang bijak akan mengatakan seperti itu. Dan ini kalimat yang menjadi pepatah orang kuno di zaman Perjanjian Lama, mereka mengatakan “hikmat itu sulit didapat, kamu mesti ke langit dan belum tentu ketemu. Waktu kamu cari ke langit, kamu baru sadar langit juga belum dapat bijak”. Bijaksana langit sulit di dapat, cari dimana di langit? Ke langit saja tidak mungkin, sudah sampai langit ternyata belum tentu dapat. Lalu tanya “mengapa sudah ke langit tapi belum dapat?”, ternyata bijaksana hidup juga perlu dipahami dalam konteks penderitaan. Langit kan identik dengan senang. Kalau kamu cuma bijaksana untuk senang-senang, itu orang bodoh. Kamu juga perlu memperlengkapi diri dengan hikmat di saat sulit. Hikmat sulit di dapat di mana? Di dunia orang mati, “apakah saya mesti mati dulu?”, “itulah, kamu belum bijak. Karena kamu belum ke surga dan kamu belum ke dunia orang mati”, itu kalimat yang dipakai oleh orang tua zaman dulu untuk bilang ke anak muda, “anak muda, kamu masih bodoh. Harap mengerti itu, jangan pikir kamu pintar”. “Lalu bagaimana supaya saya pintar?”, kamu harus tahu bagaimana hidup dengan bijaksana saat senang. Banyak anak muda tidak mengerti hidup bijaksana saat senang, begitu banyak uang langsung foya-foya, tahu-tahu uangnya habis. Begitu senang-senang, tertular penyakit menular seksual. Begitu senang-senang, foya-foya, tabrakan karena ngebut di jalan. Kalau Saudara mengatakan anak muda cuma tahu senang-senang, itu salah. Hikmat orang kuno mengatakan problem anak muda adalah mereka tidak tahu bagaimana bersenang-senang. Tidak mengerti bagaimana bertahan di dalam pengendalian diri waktu mereka bersenang-senang. Punya uang, belajar simpan, itu namanya tahu bersenang-senang. Punya kemewahan, belajar tetap bisa hidup susah, ini namanya senang-senang.

Bagaimana berhikmat di dalam penderitaan? Itu pun kamu perlu pelajari. Apakah orang tua sudah dapat? Orang tua mengaku belum. Socrates tanya, “apakah kamu bodoh atau bijak?”, semua orang menjawab “bijak”. Maka Socrates mengatakan “saya cuma tahu satu hal saja yaitu saya bodoh. Saya tidak tahu apa-apa selain hal itu”. Maka anak muda diajar oleh orang tua untuk belajar hidup sulit dan belajar hidup senang. Waktu senang berhikmat, waktu sulit berhikmat. Tapi itu belum sempurna, karena sesungguhnya hikmat hidup senang itu ada di surga, hikmat hidup sulit itu ada di dunia orang mati. Siapa bisa mengambilkan hikmat hidup senang dari surga? Siapa bisa mengambil hikmat hidup sulit dari neraka, dari dunia orang mati, bawa kedua-duanya, digabung lalu diberikan ke kamu? Mana bisa. Tapi Musa mengatakan di dalam Kitab Ulangan, “berbahagialah kamu”, kalimat ini tidak ada dimana-mana. Orang bijak satu ini, orang bijak dari Tuhan yaitu Musa, “hai orang Israel, berbahagialah kamu karena apa yang orang cari di langit sudah dibawa ke kamu, apa yang orang cari di dunia orang mati sudah dibawa ke kamu. Maka dua hikmat ini disatukan di dalam firman hidup yaitu perkataan Taurat yang aku sampaikan kepadamu hari ini. Tempatnya di sini, di tengah-tengah kamu, di dalam hatimu. Engkau tidak perlu mengatakan siapa yang akan naik ke surga mengambilkannya bagi kami? Siapa yang akan turun ke dunia orang mati, mengambilkannya bagi kami? Karena firman ini diberikan kepadamu sekarang di tengah-tengah kamu. Pelajarilah, kamu akan mendapatkan hikmat hidup senang dari surga dan kamu akan mendapatkan hikmat penderitaan dari tempat orang mati”. Itu sebabnya Taurat membawakan kesenangan janji surga dan membawakan pemandangan dunia mati. Korban dipotong, binatang mati, badannya dibelah, isi perutnya dikeluarkan, lalu dagingnya dibakar, ini pemandangan dunia orang mati. Kemudian perkataan “hidupmu akan berlimpah, berlimpah susu dan madu. Kamu akan menikmati hasil anggur, hasil zaitun, hasil ara yang berlimpah. Kamu akan menikmati ladang-ladang dan taman-taman yang bukan kamu yang membuatnya”, ini pemandangan surga. Pemandangan surga dan pemandangan dunia orang mati bergabung, sehingga siapa belajar Taurat akan tahu hikmat saat senang dan hikmat saat menderita. Tapi apakah ini hikmat yang menjadi syarat untuk kita lulus? Bukan, Paulus mengatakan “ini adalah hikmat untuk engkau belajar beriman”. Beriman apa? Beriman bahwa Tuhan memuaskan hasratmu dengan kebaikan. Tuhan memuaskan engkau dengan kebaikan. Tuhan memberikan firman sehingga engkau tahu bagaimana harus hidup, inilah tanda kebaikan Tuhan. Dan di dalam Injil Paulus mengatakan “dan Injil menyempurnakan ini. Karena Musa mengatakan siapa yang akan naik ke surga untuk membawa hikmat ini kepadamu? Siapa yang akan turun ke dunia orang mati untuk membawa hikmat ini kepadamu?”. Dan Paulus seolah menjawab “Musa, saya tahu jawabannya. Jawabannya adalah Yesusku, Juru selamatku, Dialah yang turun dari surga membawa firman hikmat ini kepadamu. Dialah yang dari dunia orang mati, naik kembali bangkit untuk memberikan hidup kepadamu”. Maka Paulus mengatakan apa yang orang Yahudi cari, ditemukan di dalam Kristus. Apa yang bangsa-bangsa lain cari, ditemukan di dalam Kristus. Karena Yahudi beriman kepada Kristus, maka mereka tidak lagi melihat Taurat sebagai syarat. Karena bangsa lain melihat iman kepada Kristus, maka mereka juga sudah berjumpa dengan Kristus. Demikian juga dengan Saudara, penuhi hasratmu dengan kebaikan melalui ikut Kristus. Sadari Tuhan cinta engkau, “saya tidak melihatnya”, semakin menaati firman, semakin melihat. Jadi jangan diubah, “saya taat firman dulu supaya Tuhan cinta saya”, lalu kita pamerkan “Tuhan, ini daftar Taurat yang sudah saya jalankan, saya sudah jalankan semua. Tuhan, cintailah saya, saya sudah menjalankan semua”. Tuhan akan menjawab dengan kalimat yang mengagetkan “Aku sudah mencintai kamu dari awal. I love you from the veri beginning. Sebelum kamu jalankan satu pun, ketika engkau masih berada di dalam dosamu, Aku sudah memilih engkau. Dan Aku akan mencintai engkau sampai selama-lamanya”, “Engkau mencintai saya? Mengapa saya tidak merasakannya?”, “jalankanlah firman, maka engkau akan semakin merasa Tuhan mencintai engkau”. Itu sebabnya taat firman itu berguna untuk engkau, bukan untuk orang lain saja, dan bukan untuk Tuhan, pastinya. Engkau menaati firman demi dirimu sehingga engkau akan sadar imanmu bertumbuh. Pertumbuhan iman adalah saya semakin sadar bahwa Tuhan mencintai saya dan memenuhi hasrat saya akan kebaikan, itulah iman. Maka Paulus mengatakan kebenaran salah adalah kebenaran yang dipahami dengan “kalau saya jalankan, saya diperkenan Tuhan”, itu salah. Tapi kebenaran sejati adalah kebenaran karena iman, yang mengatakan Tuhan Yesus adalah yang membawa seluruh hikmat untuk mau hidupi supaya semakin engkau hidup, semakin kenal Tuhan. Apa yang berguna dari pengenalan akan Tuhan? Yaitu kesadaran bahwa Allah mencintai kita. Kiranya Saudara bertumbuh dalam iman melalui firman yang Tuhan berikan dan bertumbuh di dalam kasih kepada Dia.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4