Iman Abraham bukan iman sembarangan, ini bukan iman yang biasa menurut Paulus. Ini adalah iman yang percaya setelah kematian ada kebangkitan. Siapa bisa percaya hal seperti ini? Kalau ada orang mengatakan “dimana pengharapanmu?”, Saudara menjawab “di dalam kebangkitan”, “kalau begitu kalau sampai kamu mati dan tidak dapat apa-apa, bagaimana?”, “tidak apa-apa, nanti waktu saya bangkit, saya akan mendapatkannya”, ini tidak ada selain di Kekristenan. Saudara kalau mengatakan “saya ingin damai sejahtera Tuhan memenuhi seluruh bumi, saya berjuang supaya seperti yang saya doakan Tuhan membawa kerajaanNya ke bumi”, “kapan itu terjadi? Sampai kamu mati tidak terjadi”, tapi Saudara mengatakan “saya mengharapkannya setelah kebangkitan”. Kekristenan memberikan pengharapan karena mati tidak membatalkan janji Tuhan. Ini kalimat yang mengagumkan sekali, mati tidak membatalkan janji Tuhan. Tapi Paulus bahkan menekankan hal yang lebih lagi, mati tidak hanya membatalkan janji Tuhan, mati malah mengkonfirmasi janji Tuhan.
Bagaimana bisa mati mengkonfirmasi janji Tuhan? Janji Tuhan menjadi nyata justru dalam kematian Kristus. Maka Paulus sedang mengatakan lihat pola tadi, mati-bangkit, mati-pengharapan, mati-pengharapan. Abraham sudah tua seperti mati, ada pengharapan. Israel dibuang seperti mati, ada pemulihan, mati dan bangkit. Maka Paulus mengatakan bukankah ini tema yang dialami Yesus juga, “siapa Dia?”, “Mesias”, “Mesias kok mati?”, justru itu matinya Mesias menjadi inti pemulihan yang Tuhan mau kerjakan. Matinya Mesias adalah inti dari pekerjaan yang Tuhan mau kerjakan. Kalimat seperti ini adalah kalimat yang penuh kuasa, itu sebabnya orang Kristen harus giat memberitakan Injil. Orang Kristen tidak bisa tahan berita ini, mati justru memulihkan janji Tuhan, bagaimana bisa? Apakah ada agama yang mengajarkan hal ini? “di dalam mati kamu akan mendapatkan pengharapan”, tidak ada yang seperti itu. Sebelum mati pendiri agama selalu berdoa memberikan pesan terakhir, “sebelum saya mati tolong jaga, sebelum saya mati miliki iman”, hanya Yesus yang mengatakan sebelum mati “sudah selesai”, ini unik, mau mati mengapa mengatakan sudah selesai? Dan sudah selesai bukan cuma sudah selesai dalam pengertian biasa, sudah selesai baru datang Sabat, ini yang dicatat dalam Injil Yohanes. Yesus mati dan besoknya Sabat. Mirip dengan yang Allah kerjakan di Kejadian, hari keenam selesai, datang Sabat, Tuhan selesai mencipta, datang Sabat, Yesus selesai melayani, datang Sabat. Sabat menandakan pekerjaan yang beres, Yesus mengatakan “sudah selesai” artinya “pekerjaanKu beres”. Janji Tuhan yang limpah diberikan justru dalam titik kematian. Maka ini yang ditekankan dalam Roma 4, Paulus sedang memakai tema mati-bangkit, mati-bangkit untuk memberitakan tentang Kristus yang menjadi pengharapan bagi orang-orang yang hidup tidak beres.
Sekarang Paulus bergerak lagi, setelah dia mengatakan Abraham dan Sara itu seperti orang mati. Abraham sudah lemah, kira-kira sudah 100 tahun. Ini menjadi tema yang sangat menakutkan, kita sering kali melihat tema paska air bah, masih ada orang yang umurnya cukup lanjut, Abraham sebenarnya punya umur yang sangat panjang 170 tahun lebih. Tetapi Alkitab mengatakan dari umur 100 tahun dia sudah lemah. Di dalam Kitab Suci ketika Yakub ditanya, dia umurnya sudah sangat banyak yaitu 120 lebih, ketika ditanya “usiamu sangat panjang”, “iya, tapi yang ada cuma penderitaan dan kesulitan”. Bayangkan menjalani puluhan tahun dalam keadaan yang lemah. Hidup Abraham bukan hidup yang menyenangkan, dari umr 100 dia sudah sangat lemah dan dia mash hidup sampai puluhan tahun dalam keadaan lemah seperti ini. Tapi janji Tuhan tetap dia percaya, dia tidak bimbang meskipun fisiknya lemah dan Sara rahimnya sudah tertutup, ayat 20 “tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah”, dikatakan dia memuliakan Allah. Di dalam Kitab Suci tidak ada orang yang dicatat memuliakan Tuhan yang tidak menyadari kemuliaan Tuhan. Kalau Saudara menyadari kemuliaan Tuhan, Saudara akan mengamini kemuliaan itu. Kalau Tuhan menyadari Tuhan itu mulia, maka Saudara akan memuliakan Tuhan. Tahu dari mana Tuhan mulia? Karena Dia sanggup memberikan pekerjaan yang besar dari mati menjadi hidup, ini yang Abraham lihat. Abraham memuliakan Tuhan karena apa? Karena dari mati menjadi hidup. Kalau kita memuliakan Tuhan karena hal sepele, mungkin kita tidak bisa mengklaim diri sebagai anak Abraham. Karena Abraham menyadari kemuliaan Tuhan di dalam level yang sangat besar. Saudara kalau diminta bersaksi, kira-kira Saudara bersaksi tentang apa? “Saya bersaksi Tuhan baik”, “tahu dari mana Tuhan baik?”, “karena Dia memberi saya rumah yang bagus, mobil yang bagus.” Ketika Saudara bertanya kepada Abraham “Abraham, kamu memuliakan Tuhan karena apa?”, Abraham bilang “karena Dia membuat hidup dari mati”, bagaimana Saudara tidak memuliakan Tuhan yang seperti ini? Karena realita hidup menunjukan kita menuju kematian dan Alkitab tidak menjadi buku yang omong kosong. Alkitab tidak membuat manusia jahat menjadi baik, Alkitab membuat manusia mati menjadi hidup. Alkitab memberitakan sesuatu yang lebih besar dari pada sekedar perubahan moral, Alkitab memberitakan dari mati menjadi hidup. Dan ini yang Abraham percaya, dari keadaan mati Tuhan berkuasa untuk melaksanakan apa yang Dia janjikan yaitu kehidupan bagi bangsa-bangsa, dari mati mendapatkan kehidupan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Jadi yang Paulus mau paralelkan adalah iman Abraham dengan iman orang Kristen. Iman orang Kristen adalah kepada Kristus yang mati dan bangkit, dan ini mirip dengan iman Abraham kepada Yesus yang mati dan bangkit, bukan kepada pulihnya Yerusalem, bukan kepada tentara Israel mampu bebaskan diri dari Roma, tapi kepada Yesus yang mati dan bangkit, itu yang paralel dengan Abraham. Maka Paulus sedang mengatakan siapa anak Abraham? Bukan orang Israel yang tidak percaya Yesus, anak Abraham adalah orang yang percaya Allah berikan hidup dari keadaan mati. Maka ini diperhitungkan sebagai kebenaran, ayat 23, bukan hanya untuk Abraham tapi juga untuk kita. Karena kita percaya kepada Allah yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, mati-hidup, mati-hidup. Siapa bangkitkan Yesus? Allah, siapa Allah yang engkau percayai? Yang berjanji kepada Abraham yang tua, yang berjanji kepada Israel di pembuangan, yang berjanji memberikan hidup kepada Yesus dan memberikannya dengan sempurna. Yesus bangkit dari antara orang mati dan Dia bangkit menggenapi Yesaya 53, dikatakan oleh Paulus diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Dengan tema ini Paulus membawa ajaran ini kemana? Paulus sedang mengatakan kalau Tuhan membangkitkan Yesus berarti dari mati ke hidup, Tuhan memberikan janji kepada Abraham dari mati ke hidup, Tuhan memberikan janji kepada Israel di pembuangan dari mati ke hidup, berarti Tuhan akan kerjakan hal yang sama di tengah bangsa-bangsa lain, dari mati ke hidup.