Di dalam Kitab Injil ada 4 hal yang menunjukan kebangkitan Kristus, hal pertama adalah bukti kubur kosong. Tapi kubur kosong tidak berarti Dia bangkit, kubur kosong bisa berarti mayat Yesus dicuri, murid-murid salah mengubur. Jadi kalau cuma kubur kosong itu tidak membuktikan apa-apa, orang bisa spekulasi banyak hal. Tapi Alkitab mengatakan Yesus menampakan diri dan ini yang sulit dibantah. Itu sebabnya di dalam Kitab Suci, saksi kebangkitan Kristus itu sangat penting, lebih penting dari pada fakta kubur kosong. Karena saksi ini bukan hanya memberitakan peristiwa. Mereka juga memaknai kebangkitan Yesus Kristus berdasarkan perjanjian Tuhan di Perjanjian lama. Sehingga ketika orang mengatakan “kubur kosong mengapa bisa kosong”, para sakti mengatakan “karena Dia bangkit”, “tahu dari mana kalau Dia bangkit?”, “kami sudah melihatnya”, “ah, itu halusinasi”, “kalau halusinasi, tolong tanya mayatnya dimana?”, “hilang dicuri oleh kamu, karena kamu ingin membuat dongeng Kristus bangkit”, “mengapa kami ingin membuat dongeng Kristus bangkit?”, “karena kamu terlalu mengagumi Kristus sehingga kamu membuat cerita Dia bangkit”. Saudara coba pikirkan baik-baik, kalau ada orang dikagumi, lalu orang itu mengaku bisa bangkit, tapi ternyata tidak bangkit, apakah Saudara akan tetap mengagumi? Coba pikir baik-baik, ada orang mengatakan “Yesus bangkit”, lalu dipenggal kepalanya. Mengapa tetap berani mengatakan Yesus bangkit? Karena Dia benar-benar bangkit. Kalau Dia tidak benar-benar bangkit untuk apa meresikokan nyawa lalu mengikuti Dia yang sebenarnya tidak bisa bangkit. Maka para saksi adalah bukti paling kuat untuk menafsirkan fakta kubur kosong. Kekristenan adalah agama yang menekankan kemenangan atas kuasa kematian. Kuasa kematian tidak berdaya dan itu ditunjukan dengan kebangkitkan fisik. Ketika orang memikirkan tentang pengharapan, Kitab Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel memberikan pengharapan dalam konteks mati yaitu Bangsa Israel yang dibuang. Bangsa yang dibuang sama dengan mati, tapi Tuhan berjanji “Aku akan kembalikan engkau ke Yerusalem”, berarti dari mati dipulihkan lagi. Apakah ini hanya berbicara soal bangsa? Tidak, ini berbicara soal Kristus juga, yang mati dan kemudian bangkit. Itu sebabnya dalam Yesaya 53 yang dikutip Paulus di ayat 25, ditekankan bahwa yang dikerjakan oleh hamba Tuhan ini, di dalam Yesaya 53, adalah Dia menyerahkan diriNya supaya setiap orang yang memang dipilih oleh Tuhan boleh mendapatkan berkat lewat pengorbananNya. Dan Paulus menafsirkan ini sebagai kematian yang memberkati umat. Paulus tidak mengarang sebuah teologi yang baru, Paulus tidak melakukan sesuatu yang belum ada sebelumnya, Paulus mengatakan yang saya berikan kepadamu bisa kamu baca di Perjanjian Lama. Kristus bangkit dinyatakan dalam Yesaya 53, Kristus bangkit merupakan penggenapan janji yang sama dengan pemulihan bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa pulih, itu sama dengan kebangkitan. Israel dibuang ke Babel lalu dipulihkan itu sama dengan dibangkitkan dari keadaan mati. Ini keadaan pertama yang harus kita pahami, Israel dibuang sama dengan mati. Tuhan berjanji “Aku akan pulihkan kamu”, itu berarti kebangkitan dari kematian. Karena bagi orang di dalam zaman Timur Dekat Kuno di Perjanjian Lama, bangsa dibuang sama dengan mati, bangsa yang sudah dibuang dipulihkan sama dengan dihidupkan kembali. Paulus dengan sangat teliti melihat ajaran tentang kebangkitan ada di mana-mana di Perjanjian Lama. Bangsa yang dibuang akan dipulihkan, dari mati menjadi bangkit.