Di dalam bagian akhir pengertian predestinasi, Paulus kembali kepada kegagalan Israel. Apa yang membuat Israel gagal, di dalam ayat yang ke-31 dikatakan Israel mengejar hukum tetapi tidak sampai. Mengapa? Dalam ayat ke-32 dikatakan karena mereka mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Jadi mereka menerima Tuhan bukan dengan pengertian bahwa Tuhan memberi anugerah kepada mereka, tetapi mereka menerima pengertian Tuhan memberi kepada mereka kedudukan oleh karena mereka mengerjakan apa yang mereka harus kerjakan sebagai umat Tuhan. Apakah salah umat Tuhan mengerjakan apa yang seharusnya? Mengapa mereka tidak mendapatkan tempat di dalam Tuhan? Jawabannya adalah karena oleh sebab pengertian mereka, mereka menolak Kristus. Maka kita mesti bedakan antara bertindak untuk memuliakan Tuhan dengan bertindak demi identitas. Ini 2 hal yang berbeda, Saudara mesti mempunyai perbuatan yang baik, Saudara mesti menjalankan hidup yang diperkenan Tuhan, Saudara mesti hidup suci, Saudara mesti belajar untuk menjalankan apa yang harus diberikan kepada orang lain secara adil. Tetapi ketika Saudara melakukan itu demi identitas menjadi umat, maka Saudara akan jatuh ke dalam keadaan yang Israel sudah jatuh ke situ. Waktu Israel memikirkan tentang anugerah Tuhan mereka menerima pengertian anugerah sebagai sesuatu yang mereka layak dapat. Mengapa mereka layak dapat? Karena kesalehan yang mereka perjuangkan ada dalam diri mereka. Kesalehan itu sesuatu yang beda kalau kita pahami dengan pengertian kita sekarang. Kalau kita lihat orang saleh sekarang, kita lihat orang yang hidupnya baik, yang tidak mempunyai kata-kata yang jahat, yang mempunyai kesabaran luar biasa, itu saleh menurut kita. Tapi di dalam pengertian Kitab Suci orang saleh adalah orang yang segala tindakan beraninya itu didorong untuk membela Tuhan. Di dalam pikiran orang Israel, kesalahan adalah tindakan Pinehas waktu dia melihat ada orang Israel laki-laki membawa perempuan Moab, lalu tidur dengan perempuan itu. Orang ini langsung marah, Pinehas marah sekali, dia ambil tombak dia kejar 2 orang itu kemudian dia matikan. Ini yang orang Israel pahami sebagai kesalehan. Jadi kesalahan itu adalah keberanian bertindak karena mau membela Tuhan. Di satu sisi kita melihat bahwa tindakan Pinehas adalah tindakan yang secara konteks sangat tepat, di sisi lain di dalam konteks kita, kita melihat bahwa kesalehan model begini adalah kesalehan dari fanatisme agama yang berlebihan dari pikiran yang salah yang merendahkan orang lain. Sehingga tindakan menyakiti orang lain, bahkan membunuh dianggap sah demi membela agama. Ini sesuatu yang beda dari zaman dulu dengan zaman kita sekarang. Di dalam pengertian orang Israel, kesalehan yang dilakukan Pinehas bukan terletak pada keberanian dia membunuh orang, tapi terletak pada keberanian untuk bertindak di saat yang lain tidak. Dia berani bertindak untuk Tuhannya, dia berani melakukan apa yang harus demi Tuhannya. Ini merupakan bentuk kesalehan yang dipahami. Berani bertindak untuk menunjukkan siapa saya dan siapa Tuhan saya, “saya adalah umat Tuhan dan Tuhan adalah Allah saya, dan itulah yang menyebabkan saya bertindak”. Orang yang bertindak karena sadar dia adalah umat Tuhan dan sadar Tuhan adalah Allahnya, itulah orang saleh. Jadi kesalehan tidak bisa dipalsukan dengan bentuk munafik, orang pura-pura baik, lalu di balik di belakangnya menjadi sangat brutal dan ganas. Ini sesuatu yang lain dengan pengertian saleh di dalam Kitab Suci. Maka kesalahan adalah sesuatu yang dijadikan identitas oleh orang Israel, “saya orang saleh, kami orang saleh, kami adalah umat yang punya kesalehan”. Apa tanda kesalehan? “Kami berani mengusir bangsa lain, kami berani bunuh orang yang tidak setia kepada Tuhan”, inilah kesalehan yang Israel jalankan dan mereka berusaha kejar. Tentu tidak ada yang salah dengan rela bertindak bagi Tuhan, tetapi rela bertindak itu selalu keluar dari hati.
Dan di dalam Kitab Suci ada dua jenis hati, yang satu adalah yang sangat Tuhan perkenan, yang satu lagi adalah yang menyebabkan Israel tidak lagi berbagian menjadi umat. Apa yang diperkenan oleh Tuhan? Tuhan memperkenan hati yang menjalankan kesalehan dari cinta kasih. “Karena saya mencintai Tuhan, maka saya bertindak. Karena saya mencintai sesama, maka saya bertindak”. Tapi kelompok yang kedua adalah orang-orang yang bertindak demi pameran identitas “saya bertindak supaya orang tahu siapa saya dan saya bertindak supaya orang tahu siapa umat Tuhan”. Pameran identitas adalah motivasi hati yang tidak Tuhan perkenan. Itu sebabnya di dalam beberapa bagian Perjanjian Lama, di dalam Kitab Yeremia, di dalam Kitab Yehezkiel sangat ditekankan keharusan untuk mempunyai kondisi hati yang baru. Kita tidak bisa mengandalkan hati kita yang lama karena begitu banyak kecemaran dan dosa akan menguasai tindakan kita, dan itu semua keluar dari hati. Jika hati kita jahat, perkataan kita jahat. Jika hati kita busuk, maka motivasi kita yang mendorong tindakan kita adalah motivasi busuk yang pada akhirnya membuat tindakan kita tidak diperkenan oleh Tuhan. Itu sebabnya kita mesti belajar melihat apa yang dilakukan oleh manusia bukan hanya tindakan luarnya saja yang akan Tuhan nilai, tetapi kondisi hati yang membuat ia melakukan itu. Saudara bisa secara rajin beribadah, secara rajin tolong orang, secara rajin mempunyai kehidupan Kristen yang baik, kelihatan dari mata orang-orang lain sebagai sebuah kehidupan Kristen yang sangat indah, yang pasti diperkenan oleh Tuhan. Tapi ketika Tuhan membongkar melalui penghakimanNya, baru kita sadar ternyata orang-orang ini ditolak oleh Tuhan. Mengapa ditolak? Karena semua tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang keluar dari hati yang salah. Di dalam Kitab Suci, kita mesti baik-baik membaca, ada banyak aspek yang diajarkan. Adakah aspek tindakan yang diberikan penekanan oleh Alkitab? Ada. Injil Matius adalah Injil yang salah satunya yang menekankan hal ini. Kalau Saudara melihat Injil Matius, salah satu yang sangat diajarkan di dalam Injil ini adalah tindakan. Kalau engkau adalah orang yang menerima bahagia karena Tuhan mencintai engkau, maka engkau akan bertindak, ini Matius 5-7, khotbah di bukit. Tapi setelah itu dilanjutkan dengan perkataan-perkataan “jika engkau sudah mendengar perkataan, cintailah sesamamu dan bencilah musuhmu. Aku berkata kepadamu kasihilah musuhmu, berbuat baik kepada orang yang membenci engkau. Jika ada orang yang paksa engkau jalan 1 mil, berjalan dengan dia 2 mil. Jika ada orang yang menginginkan jubahmu berikan juga dia pakaianmu yang lain”, dan lain-lain. Ini semua tindakan, tindakan itu penting. Orang sudah bertindak lalu Saudara mengatakan “saya tidak hargai tindakannya, saya mau tahu dulu motivasinya”, tidak, tindakan orang sangat dihargai oleh Tuhan. Namun di sisi lain Tuhan juga mau membongkar kita dengan menunjukkan kalau tindakanmu baik, keluar dari hati yang baik, maka engkau orang yang benar. Tapi kalau tindakanmu baik keluar dari hati yang salah, engkau akan jatuh ke dalam dosa. Maka orang Israel jatuh, karena mereka tidak tahu kondisi hati mereka yang sebenarnya sangat jahat. Kalau Saudara membaca dari Perjanjian Lama, Saudara akan sadar bahwa Israel tidak punya masalah hati di dalam kelompok orang yang masih setia kepada Tuhan. Israel punya problem tindakan. Tuhan membuang mereka karena mereka tidak mencintai sesamanya. Tuhan membuang mereka karena pemimpin-pemimpin mereka menindas orang-orang lemah. Tuhan membuang mereka karena para imam korupsi uang dari jemaat Tuhan dan dipakai untuk bersenang-senang, pesta pora. Tuhan membuang Israel karena tindakan mereka menyembah di kuil-kuil berhala. Jadi ini jelas, Tuhan membuang orang-orang yang tidak kenal Tuhan. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang kenal Tuhan? Mereka saleh. Kita melihat Daniel, kita melihat Yehezkiel, kita melihat Sadrakh, Mesakh, Abednego atau Hananya, Misael dan Azaria, kita melihat mereka adalah orang-orang yang di dalam pembuangan pun mempunyai tindakan yang baik yang keluar dari hati yang baik. Kalau begitu apa yang dikatakan oleh Paulus tidak di dalam konteks Perjanjian Lama lagi. Yang dikatakan oleh Paulus adalah tafsiran Perjanjian Lama yang dibagikan untuk orang Israel saat itu. Ini salah satu prinsip penting di dalam menafsirkan Kitab Suci, kita bukan hanya menggali apa yang Alkitab nyatakan pada waktu dulu, tapi kita juga mesti melihat apa yang Tuhan nyatakan untuk kita sekarang. Apakah untuk kita sekarang Tuhan memberikan dengan cara yang langsung kena kepada konteks kita? Mungkin tidak. Saudara akan membaca apa yang Tuhan nyatakan di dalam kondisi zaman yang sudah lewat, di dalam kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Tapi begitu Saudara menikmati apa yang Tuhan pesankan bagi umat Tuhan, Saudara akan lihat relevannya apa yang Tuhan nyatakan itu dengan kita sekarang. Saudara akan sadar bahwa problem hati manusia tetap sama. Ada orang yang malas bertindak dan Tuhan tegur. Ada orang yang tindakannya begitu ngawur dan penuh dosa, dan Tuhan buang. Ada orang yang tindakannya begitu baik tapi hatinya bobrok, ini yang sedang dibongkar oleh Paulus.