Saya pinjam dari pemikiran Calvin tentang kegagalan manusia untuk datang ke salib, datang ke Injil. Apa yang membuat orang tidak bisa datang ke Injil? Ini tentu bukan cuma Calvin, ini pengertian Reformasi termasuk dari Martin Luther yang mempengaruhi Calvin. Calvin menekankan hal pertama yang membuat orang sulit menerima Injil adalah karena karena kita bisa gampang mengenal Allah yang baik, itu no problem. Saudara bisa diajarkan Allah baik dan Saudara bilang “puji Tuhan, amin,Allah memang baik”. Saya percaya tidak ada masalah, tapi begitu orang mengatakan “kamu bobrok”, itu sulit kita terima.“Allah baik, iya. Tapi saya bobrok, tidak, saya tidak bobrok, saya tidak rusak, saya tidak jelek, saya tidak berdosa”. Dan Saudara coba selidiki pengakuan dosa yang kita berani buat adalah pengakuan dosa untuk hal-hal yang tidak berkait dengan kesombongan kita. Ini salah satu aspek yang penting dari serangan Luther kepada tradisi Katolik pada waktu dia membela di Heidelberg. Dia membuat Heidelberg Disputation dan di dalam Heidelberg Disputation dia bagi ada pengertian teologis dan pengertian filosofis. Dan satu tema yang dia kritik dari teologi pada zaman itu adalah teologi sombong atau teologi kemuliaan, teologia glorie, itu artinya teologia kemuliaan sebenarnya sama dengan teologia sombong. Mengapa teologia sombong? Karena tekanannya ada pada keangkuhan. Bahkan pengampunan dosa pun adalah bentuk keangkuhan. Siapa mengaku dosa paling baik itu unggul, seperti itu kan? Jadi kamu mengaku dosa atau sombong. Ini sulit diketahui waktu orang mengatakan “Tuhan, saya orang paling berdosa”, langsung orang mengatakan “kamu paling berdosa? tidak saya lebih berdosa dari kamu”, “tidak saya lebih berdosa”, Saudara tahu joke itu, ada lelucon yang  saya dengar dari Slavoj Zizek, dia orang ateis tapi banyak mempelajari agama termasuk Kekristenan, dia kagum Kekristenan, tapi dia tidak beriman kepada Kekristenan. Ada satu orang pemimpin agama mengatakan “ya Tuhan, aku hanya orang berdosa, akulah yang paling berdosa”. Lalu yang kedua ada wakil pemimpin agama datang kemudian dia mengatakan, “ya Tuhan, aku orang berdosa, akulah orang paling berdosa”. Dan yang ketiga ada pengemis datang, lalu berkata “Tuhan, aku orang berdosa, aku paling berdosa”. Lalu pemimpin agama dan wakilnya mulai bicara “siapa ini? Berani-beraninya dia bilang orang berdosa seperti kita. Level dia kan lebih rendah, harusnya kita yang berdosa, mengapa dia ikut-ikutan”. Pengakuan dosa menjadi tren untuk membanggakan diri. Coba ketika Saudara mengaku dosa, Saudara tidak mungkin terbuka, jujur mengatakan “Tuhan ini kelemahan saya, ini kebodohan saya”, kita tidak mau pamer hal yang kita mau pertahankan untuk identitas kita. Bukan salib identitas kita, tapi kebanggaan ini dan kebanggaan ini kalau disinggung orang, kita bisa marah sekali. Jadi masih ada kesombongan. Mengapa masih ada kesombongan? Karena kita tidak sadar diri kita bobrok, kita tidak sadar bahwa di dalam hal yang kita pikir kita kuat di situ kita paling lemah.Kita adalah orang hina yang tidak layak. Martin Luther perlu seumur hidup untuk menyadari kita cuma pengemis, itu kalimat dia terakhir. Menurut tradisi dia berseru “kita ini cuma pengemis”, atau ada tulisan yang dia tulis “kita hanya pengemis” dan inilah yang benar. We are only beggar dan itulah faktanya, itulah kebenarannya. Demikian juga yang dilakukan oleh Rembrandt van Rent, Rembrant ini seorang pelukis yang sangat populer di dalam periode Renaisans versi Belanda. Jadi periode keemasan Belanda. Waktu itu Belanda kaya bukan main dan kalau Saudara tanya kaya dari mana? Dari 2 hal, yang pertama rempah-rempah di Ambon dan Maluku. Yang kedua adalah pelabuhan di Jakarta. Jadi orang Jakarta dan orang Ambon membuat Belanda kaya. Pada masa jaya mereka, uangnya banyak sekali dan mereka punya keunggulan karena pemerintahan mereka, waktu itu belum Belanda. Belanda baru didirikan di tahun 1800an. Raja pertama dari kerajaan Belanda itu namanya Raja William. Raja William itu raja pertama Belanda. Belanda baru ada 1800an awal, 1803 atau 1805 itulah kerajaan Belanda. Maka kalau di bilang Indonesia dijajah Belanda 365 tahun itu salah, karena Belanda sendiri umurnya belum segitu. Sebelum Belanda di tahun 1800, yang ada adalah 7 provinsi yang bersatu karena sama-sama dijajah Spanyol. Lalu mereka membuat parlemen perwakilan dari 7 provinsi. Jadi masing-masing provinsi mengutus orang-orang lalu terbentuklah beberapa belas orang menjadi parlemen. Parlemen ini sangat pintar mengelola uang, mereka menarik uang dari warga, “ayo tanam modal di sini, beli obligasi”, obligasi untuk membuat daratan, jadi mereka pompa laut keluar supaya ada daratan. Belanda kecil sekali, lalu mereka mesti membuat daratan dari tengah-tengah laut. Jadi warga terbiasa memakai uang untuk beli obligasi lalu proyeknya jalan. Setelah proyeknya jalan warga kembali dapat uang dan bunga. Jadi mereka pikir “parlemen ini sangat pintar mengelola uang”, jadi apapun yang parlemen lakukan, rakyat dengan sukarela menanamkan saham di situ, beli obligasi termasuk ketika mereka mau mendirikan VOC di Indonesia. VOC didirikan dengan besar sekali, uang dari mana? Ini negara jajahan Spanyol, uang dari rakyat. Mengapa rakyat mau beri uang? Karena selalu behasil, parlemen kalau membuat usaha apa pun selalu berhasil. Maka VOC dibentuk dengan kekuatan uang yang mengerikan, lebih kuat dari Portugis dan Spanyol. Waktu itu Portugis dan Spanyol mulai turun, tadinya mereka yang paling kuat. Maka Belanda mulai mempercayakan dagang ke VOC menjadi monopoli. Mereka memonopoli rempah-rempah dan memonopoli kegiatan pelabuhan di Jakarta. Keuntungannya banyak bukan main. Negara ini menjadi kaya luar biasa dan di tengah kekayaan banyak orang-orang penting mau ada seni tinggi. Mereka bayar pelukis-pelukis paling penting dengan uang banyak sekali. Ada orang namanya Vermeer, dia kritik kebiasaan ini dengan selalu melukiskan orang-orang yang miskin, orang-orang biasa, perempuan yang sederhana, seorang pembantu yang lagi di dapur, itu lukisan Vermeer. Dia tidak mau lukis bangsawan sedang berburu atau bangsawan sedang naik kuda. Bangsawan dulu berpikir karena dia punya uang, dia bisa kuasai siapa pun, “saya bayar kamu, saya beri kamu uang, saya kuasai kamu”, tidak ada . Maka Saudara pikir baik-baik bagaimana kita mempunyai dignitas di dalam hal keuangan. Saya tidak pernah mengatakan bahwa kita tidak perlu uang, bukan. Tapi saya tidak mau kita  membuat diri kita rendah hanya karena kita perlu uang, jangan membuat dirimu rendah. “Saya perlu bantuan orang kaya, saya mesti baik kepada orang kaya”, ya sudah kamu dibuang Tuhan. Ketika pelukis-pelukis ternama dibayar mahal sekali untuk melukis, salah satu yang jadi kaya itu adalah Rembrant. Rembrant menjadi kaya dan dia melukiskan dirinya sedang mabuk, minum di sebuah kedai minuman di Tavern, lalu dia sedang minum dengan istrinya, foya-foya, “uang saya begitu banyak, jangan khawatir, saya bisa traktir kamu, saya bisa beri kamu apa pun, mari kita pesta”, kehidupannya enak sekali. Tapi kemudian bencana menghantam dia. Istrinya meninggal, kemudian keuangan dia surut sekali. Dia jadi miskin dan dia sadar “saya sudah terlalu lama meninggalkan Tuhan. Saya sekarang minta satu hal kepada Tuhan, jadikan aku anak lagi. Saya tidak mau dijadikan kaya lagi, uang sudah lewat, biar saja. Saya sekarang sudah miskin, biar saja. Saya ingin kembali ke Tuhan”. Maka sebelum dia mati, dia mati-matian melukis lukisan dia yang terakhir yaitu lukisan anak yang hilang. Lukisan dia ini terkenal sekali, ada anak yang bajunya sudah compang-camping, kepalanya botak, peluk papanya. Papanya dengan wajah sedih, tangan satu seperti laki-laki, tangan satu seperti perempuan melambangkan kasih dan keadilan bersatu, ini tafsiran Pak Tong terhadap lukisan itu. Dia peluk lagi anaknya, dan Rembrant itu anaknya. Lalu kepalanya botak, ada banyak kotoran. Kemudian jubah papanya itu membentuk seperti lingkaran kesucian di kepala Rembrant, jubah papanya adalah lingkaran kesuciannya. Dia mau mengatakan “kalau saya kembali ke Allahku, jubah kemuliaanku adalah Allahku, lingkaran kesucianku itu Allah, bukan saya”. Dia menyadari pentingnya kembali ke Tuhan. Maka dia lukis lukisan itu dan dia mengatakan “biar yang sudah lewat, lewat. Izinkan aku kembali menikmati menjadi anakMu ya Allah”, itu yang dia cari. Jadi ketika semuanya sudah lewat, satu yang terutama adalah bagaimana kita bisa menikmati datang ke Tuhan, ini yang harusnya kita siapkan seumur hidup. “Bagaimana saya akan datang ke Tuhan”, bukan “bagaimana saya bisa dihormati dan dikagumi di dunia ini”, itu terlalu rendah, terlalu remeh. Ada perkataan yang sangat mengagumkan dari seorang pemimpin Katolik di zaman Calvin, dia mengatakan “kalau saya punya orang-orang seperti Calvin, saya sudah kuasai dunia”, mengapa? Karena Calvin tidak bisa dibayar, kamu mau sogok dia dengan uang, tidak bisa. Kamu mau tawarkan dia uang untuk melakukan ini atau itu, dia tidak pernah lakukan apapun untuk uang. Ini hamba Tuhan sejati, tidak pernah lakukan apapun untuk uang. Mengapa khotbah? Karena orang perlu. Mengapa melayani di sini,mengapa melayani di situ? Bukan karena uang. Maka siapa memperbudak diri dengan uang, seperti Rembrandt, dia jadi anak yang hilang. Kita ini anak yang hilang karena kita tidak sadar, kita masih terlalu cinta dunia ini. Apa salah cinta berkat Tuhan? Tidak, tapi berkat Tuhan membuat kita mengatakan “saya mau kejar Tuhan. Dan untuk kejar Tuhan, kalaupun yang saya peroleh sekarang hilang asal saya dapat Tuhan, silahkan”, ini keberanian yang harusnya berani dikatakan oleh kita. Itu sebabnya ketika Israel mengatakan “saya bersyukur jadi umat Tuhan, saya bersyukur punya berkat Tuhan”. Dan sekarang Tuhan tantang “maukah kamu meresikokan kemuliaanmu dengan percaya Mesias yang tersalib?”. Salib itu kan hina sekali dan Israel kebanyakan menjawab “tidak, kami tidak siap meresikokan kemuliaan kami demi mempercayai Mesias yang tersalib”, dan mereka jadi musuh Tuhan karenanya. Maka hal pertama yang Calvin katakan manusia sulit terima Injil karena tidak sadar diri bobrok.

« 3 of 4 »