Lalu mengapa tidak sadar diri bobrok itu menjauhkan orang dari Injil? Poin yang kedua, karena ketidak-sadaran bahwa diri bobrok akan membuat orang nyaman dengan anugerah Tuhan, tapi tidak nyaman dengan Injil. Ini kalimat bijaksana sekali. Kalau Saudara tidak rasa diri perlu, Saudara tidak akan datang kepada apa yang bisa mengobati Saudara. Tidak ada orang yang tidak sakit datang ke dokter. Lalu ketika ditanya oleh dokter “mengapa datang?”, “kangen saja sama dokter”, tidak ada orang kangen sama dokter. Maka kalau Saudara mau jadi dokter, siap-siap menerima satu fakta, orang datang kepadamu karena lagi sakit dan perlu. Ketika orang datang ke tabib atau ke dokter, mereka punya masalah dan mereka berharap “apa yang kamu bisa resepkan, apa yang kamu bisa nasehatkan kepada saya itu akan saya jalani karena saya perlu”. Tapi orang sehat tidak akan melakukan itu. Maka ketika orang tidak sadar dirinya bobrok, dia merasa dia sudah cukup menikmati Tuhan dengan anugerah umum. Anugerah umum, “Tuhan memberi saya sehat, puji Tuhan. Tuhan memberi saya uang, puji Tuhan. Tuhan memberi saya keluarga baik, puji Tuhan. Tuhan memberi negara aman, puji Tuhan. Tuhan memberi negara yang sedang maju, puji Tuhan. Puji Tuhan karena saya memang perlu hal-hal ini dan terima kasih Tuhan sudah memberi”. Tapi Tuhan tanya berikut “kamu juga perlu Injil, sadarkah kamu?”, dan kita mungkin jawab “tidak”. Mengapa tidak sadar? “Karena meskipun saya pendosa, tapi saya tidak perlu seekstrim itu. Saya tidak perlu menemukan jalan seekstrim itu karena salib itu ekstrim sekali”. Paulus mengatakan salib akan menjadi batu sandungan dan ini yang dia katakan akan jadi batu sandungan untuk siapapun. Saudara dan saya bisa-bisa akan sulit terima salib jika Saudara dan saya memahami sedalam apa sebenarnya kontroversi salib itu. Bagi zaman kita Kekristenan sudah menyebar begitu besar, pengaruhnya begitu banyak masuk ke dalam dunia politik, dunia filsafat, dunia ekonomi dan lain lain. Maka kita selalu memikirkan tentang hikmat Kristen. Orang Kristen itu penting karena akan membangun bangsa. Orang Kristen itu penting karena akan membangun kebudayaan, itu yang kita lihat dan tidak ada yang bermasalah dengan itu. Kalau orang Kristen sanggup membangun kebudayaan, kita juga bangga. Tapi Saudara pertanyaan berikutnya adalah kalau orang Kristen itu dianggap hina karena salib, bagaimana? Maukah engkau mendeklarasikan diri sebagai orang yang mengikut Tuhan? Salib itu sulit diargumenkan. Saudara bisa cari ada banyak argumen teologis tentang salib, mengapaYesus harus disalib? Tapi semuanya itu akan menggantung dan sulit meyakinkan orang. Coba kalau Saudara pikir salib itu begitu kuat, coba Injili orang. Kadang-kadang kalau kita tidak berpengalaman di dalam mempraktekan penginjilan, kita anggap penginjilan itu gampang, tapi coba lakukan. Saudara jelaskan tentang Injil, Saudara katakan manusia itu sudah berdosa dan perlu ditanggung dosanya, orang akan tanya balik “mengapa mesti begitu?”, “karena ini caranya”,“mengapa caranya mesti begitu? Tuhan kan sanggup melakukan apapun. Mengapa mesti pakai salib? Mengapa begitu ya?”. Ini tidak bisa kita jelaskan. Cara Tuhan begini dan kita percaya saja kalau Dia benar caranya, itu yang kita bisa tahu kan, “aku beriman cara Tuhan benar”, dan itu kuat sebenarnya. “Saya beriman cara Tuhan benar”, dan orang mengatakan “saya tidak percaya salib itu jalan yang benar, harusnya yang lain”, Saudara tanya balik ke dia “jalan yang lain itu apa?”. Tapi Saudara tidak bisa memberikan argumen positif yang bisa meyakinkan orang mengapaYesus harus mati di atas kayu salib, sulit. Selalu akan ada aspek yang sepertinya tidak nyaman, saling membongkar ketidaknyamanan kita terhadap keselamatan Tuhan. Ada banyak hal yang kita kurang setuju di salib dan kita belajar untuk setuju karena kita beriman. Makanya iman yang membuat kita punya pengertian, iman itu yang mendorong kita untuk gerak terus makin mengenal Tuhan. Kalau kita tidak ada iman, kita sudah tinggalkan pengertian salib dari dulu dan berada di dalam kegelapan sampai seterusnya. Coba pikirkan bagaimana orang bisa diyakinkan tentang salib kalau bukan karena pekerjaan Roh Kudus. “Kamu itu harusnya mati, tapi Tuhan rela mati ganti kamu”. “Mengapa mesti ganti?”, “karena Tuhan perlu menyatakan keadilanNya”, “menyatakan keadilan dengan cara apa?”, “dengan cara menghukum orang berdosa”. “Yesus kan tidak berdosa, mengapa Dia dihukum?”, “Dia akan mewakili kita”. “Mengapa mesti diwakili oleh Dia?”, “karena Tuhan maunya begitu”. “Mengapa mesti begitu, mengapa tidak dihilangin saja dosanya, mengapa mesti ada yang tanggung?”, “karena Tuhan itu adil”. “Kalau adil mengapa menghukum yang tidak salah?”, sulit, ini tidak bisa diselesaikan dengan teori. Teori salib bukan teori yang gampang untuk diterima, bukan karena sulit dimengerti, tapi sulit diterima. Ada hal di dalam diri kita yang selalu akan membuat kita menolak salib. Cuma bedanya kita dengan orang lain adalah kita sudah sadar di atas kayu salib cinta Tuhan dinyatakan, kerelaan Tuhan untuk bersekutu dengan kita, kerelaan Dia untuk bersatu dengan kita di dalam keadaan bobrok, di dalam keadaan rendah dan di dalam keadaan mati. Maka tidak ada orang bisa datang ke salib kecuali dia sadar dia bobrok. Mengapa kebobrokan kita membuat kita mau terima salib? Calvin mengatakan kalimat ini, bobrok membuat orang lebih ingin dicintai ketimbang diberikan berkat. Ini kalimat saya, ini saya parafrase dari Calvin, saya tidak kutip dia secara hurufiah, tapi intinya adalah kalau engkau menyadari dirimu tidak ada harapan, jelek, bobrok dan penuh dosa, maka yang kamu butuhkan adalah kembali dicintai oleh Tuhan, ingin dicintai oleh Tuhan, bukan ingin dapat berkat Tuhan, ingin dicintai. “Kalau berkat Tuhan menandakan Tuhan mencintai saya, saya akan terima berkat itu. Tapi saya mau lari ke Tuhan bukan ke berkatNya”. Salah satu ilustrasi yang paling bagus yang saya pernah dengar tentang ini, itu dari Pendeta Agus. Pendeta Agus mengatakan tetangganya dia itu baru pulang dari Australia dan dia beli 2 robot-robotan dari Australia. Dia bawa ke Indonesia lalu dia berikan ke anaknya, “nak ini robot-robotan dari Australia”, anaknya senang sekali, dia langsung lari menuju papanya, dia ambil robot-robotannya, dia taruh di meja, lalu dia peluk papanya dan dia mengatakan “papa, jangan pergi lagi ke Australia, sudah di sini saja, mengapa pergi terus?”, itu anaknya. Lalu setelah dengan keluarga ngobrol-ngobrol, dia ingat, “saya juga belikan satu robot untuk temanmu si tetangga”. Maka papanya pergi ke rumah tetangganya lalu bilang ke anak tetangganya “nak, ini ada robot-robotan dari Australia”, anak tetangganya senang, dia langsung lari ambil robotnya dan peluk robotnya, lalu dia lihat orang itu dan mengatakan “om, kapan om ke Australia lagi? Kalau ke Australi lagi jangan lupa membelikan saya hadiah lagi”. Ini bedanya, si anak ambil robot-robotnya lalu dia taruh di meja dan dia peluk papanya. Saudara bisa begitu tidak?Terima berkat Tuhan lalu taruh di meja, “Tuhan, ini boleh ada boleh tidak, saya taruh di meja nanti saya mainin, tapi kalau Tuhan mau ambil lagi tidak apa-apa.Tapi Tuhan jangan pergi lagi ya”. Lalu Saudara peluk Tuhan, itu yang benar. Kita berani melakukan itu tidak? Karena kita sadar kita bobrok kita minta dicintai Tuhan. Orang yang sedang kacau hatinya perlu dicintai. Ini menjadi prinsip yang di zaman post modern mulai disadari orang. Levinas misalnya mengatakan bahwa cinta kasih dan pengampunan itu kebutuhan terdasar yang dihilangkan di dalam zaman modern. Orang modern pikir kita perlu uang, salah. Saudara yang masih beranggapan uang bisa memberikan ketenangan, salah. Ketenangan didapat karena dicintai. Pendeta Eko pernah mengatakan kalimat yang mengharukan, dia bilang hal yang paling menyenangkan dia adalah duduk makan di meja sederhana dengan makanan sederhana, ditemani anak istrinya, ini menyenangkan sekali bagi dia. Dan ini tidak bisa digantikan oleh apapun. Manusia perlu cinta kasih, manusia perlu dicintai. Dan Saudara tidak bisa mengalami cinta Tuhan kalau Saudara memusuhi Dia. Ciri orang yang memusuhi Dia adalah terima berkat Dia lalu abaikan Dia, itu memusuhi. Terima berkat Dia dan abaikan Dia, permusuhan dengan Allah dimulai dari situ, “saya terima berkatMu Tuhan, tapi cuma sampai sini. Tuhannya boleh ada, boleh tidak”. Itu sebabnya pengenalan akan diri yang bobrok membuat orang perlu dicintai. Rentan dan rapuh karena tidak ada cinta kasih itulah manusia. Dan jadi kuat dan teguh karena dicintai. Kadang-kadang orang berpikir bahwa dia perlu cinta dari sesamanya, dari teman, dari orang dan lain-lain. Tidak bisa, Saudara perlu dua-duanya, perlu Tuhan dan komunitas. Saudara tidak bisa hidup tanpa komunitas, tapi tidak mungkin berkomunitas tanpa Tuhan. Itu sebabnya cinta Tuhan menjadi sangat dasar untuk kita merasa diterima, ini yang diserukan oleh para reformator. Kalau kamu sadar dirimu bobrok, maka kebutuhan terbesarmu adalah diterima, karena kebobrokan itu membuat kamu terusir. Saudara lihat di dalam Taurat, Tuhan sudah menyatakan begitu, jika kamu punya kusta kamu menyingkir dulu dari perkemahan, kamu tidak bisa berkomunitas. Jika kamu sudah berdosa, kamu harus disingkirkan dari perkemahan, kamu tidak bisa berkomunitas. Maka orang bobrok kurang cinta kasih. Satu-satunya cara untuk perbaiki bobroknya dia adalah kembali dicintai oleh cinta yang tulus. Cinta yang tulus dari mana? Orang bobrok mau dicintai sesamanya, sulit. Zakeus bisa dicintai sesamanya? Tidak, karena orang sudah cap dia sebagai penipu, penjilat Romawi, mengambil harta rakyat, mereka benci orang-orang seperti dia, tetapi Tuhan Yesus mencintai dia. Waktu Yesus mengundang dia ke rumah dia, ini unik, Tuhan undang Zakeus ke rumah Zakeus. Tuhan mengatakan “hai Zakeus, turunlah, Aku mau makan di rumahmu. Engkau Aku undang pesta dan tuan rumahnya adalah Aku, tapi tempatnya rumahmu”. Tuhan mengundang Zakeus seperti ini, membuat Zakeus penuh sukacita. Dia melakukan tindakan kasih karena dia sadar dia sudah diterima oleh Tuhan. Inilah yang diperkenalkan oleh salib, tahukah engkau apa yang kau perlukan? dicintai Tuhan. Tahukah kamu, kamu bobrok? “Iya”,“apa upah kebobrokan?”, salib. Kamu bobrok harusnya dibuang oleh Tuhan. Dibuang oleh Tuhan dan dibuang oleh manusia. Kalau kita tidak sampai pengertian ini, kita akan terus merasa diri kita berhak, berhak dicintai, berhak diberikan berkat, berhak diberikan anugerah karena kita tidak sadar harusnya kita dibuang oleh surga dan bumi. “Kalau saya dibuang oleh surga dan bumi, tempat paling cocok di mana?”. Di tengah-tengah surga dan bumi, tergantung, bukan di bumi juga bukan di surga, tergantung di atas kayu salib. Di atas kayu salib itu tempat saya, ini karena saya bobrok, tapi saya juga perlu diterima. Saya tidak mau bobrok terus mati. Bagaimana saya bisa diterima kembali? Pengampunan datang dari mana? Juga datang dari Dia yang ambil tempat kita di atas kayu salib. Maka yang Saudara lihat di atas kayu salib itu bukan argumen rasional mengapa kita perlu ditebus atau bagaimana penebusan dilangsungkan, tapi di atas kayu salib Saudara mendapatkan seruan kasih dari Tuhan, bahwa Tuhan mau bersama dengan engkau karena Dia mencintai engkau. Saudara ketika lihat tempat di mana Saudara seharusnya berada yaitu di salib dan yang Saudara lihat adalah Kristus, Saudara sadar “mengapa Dia mau ada di tempat saya?”. Dan Tuhan menjawab, “karena kamu bobrok dan Aku mencintai engkau”, ini jawaban yang kita perlukan. Tapi Saudara ketika kita mengatakan “saya dicintai, tapi saya tidak bobrok”, salib itu bukan tempat kita, salib itu tempatnya orang yang sudah tidak ada harapan. Maka kalau kita masih rasa diri kita berpengharapan, diri kita masih oke, diri kita masih baik, diri kita masih berhak menerima ini itu, menerima cinta, menerima komunitas, menerima apapun, kita tidak akan lihat salib. Salib hanya akan dipandang oleh orang yang sadar dirinya adalah orang yang hopeless, tidak punya pengharapan. Itulah yang ditekankan Calvin, kita mempertentangkan anugerah Tuhan  dengan berkatNya.

Ada satu kutipan yang sangat bagus dari Janet Soskice, dia seorang teolog yang merupakan ahli di dalam bidang eskatologi, doktrin akhir zaman. Dia mengatakan kita kadang-kadang bisa melihat keindahan yang begitu besar dari kehidupan kita sekarang. Tapi kita tahu keindahan itu mengajarkan kita untuk mencari the future of God, masa depan di dalam rancangan Tuhan. Dan dari situ kita sadar kemanusiaan sejati bisa digali darinya. Jadi menurut Janet Soskice, kalau Saudara tahu apa yang Tuhan rancang untuk manusia di dalam keadaan final, di situ Saudara sadar sekarang pun kita bisa cari itu. Keadaan final manusia seperti apa, sekarang kita perjuangkan. Dan Soskice mengingatkan keadaan final yang paling penting dari manusia adalah menikmati dicintai. Sekarang kita menikmati dicintai Tuhan, tapi kita masih kabur, belum melihat kalau Tuhan mencintai itu sebesar apa dan sejelas apa. Nanti kita akan lihat cinta Tuhan di dalam kesempurnaanNya. Namun sekarang Saudara diizinkan untuk mempraktekkannya, trying to discover what is truly fully being human means, menjadi manusia itu artinya apa, sekarang kita sedang perjuangkan. Maka Saudara kalau kita lihat kembali di dalam Roma pasal yang ke-11 tadi, mengenai Injil mereka adalah seteru Allah karena kamu, mengapa mereka bisa seteru dengan Tuhan? Karena mereka memutuskan anugerah Tuhan cukup dan saya tidak perlu menggali kepada kebobrokanku untuk datang ke Tuhan. Namun Injil mengatakan kamu adalah seteru Allah, kamu memusuhi Dia dalam hatimu. Kita sadar kita begitu bobrok dan kita datang ke Tuhan dan kita menjadi kekasih Tuhan. Itu yang ditekankan di dalam Roma 11: 28 yang saya kaitkan dengan tema Reformasi, kiranya Tuhan memberkati, memimpin dan menguatkan kita di dalam firmanNya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4