Ini sesuatu yang sangat penting di dalam pikiran Paulus, jika orang Yahudi ngotot tetap mengatakan tidak makan, maka mereka terus lemah iman. Ini yang Paulus terus tekankan, kalau kamu mengatakan “oke sekarang saya mau belajar untuk bersekutu dengan saudara-saudaraku, saya akan makan apapun”, dia bertumbuh. Kalau kita tanya Paulus bagaimana, Paulus dalam kehidupan pelayanannya makan babi tidak? Saya pakai contoh babi meskipun yang tidak halal banyak sekali. Paulus dalam kehidupan pelayanan, dia pergi ke Yunani makan babi tidak? Paulus mengatakan dia tidak pernah makan. “Berarti Paulus lemah iman”, bukan, dia tidak masalah makan tetapi dia tahu satu hal “kalau saya orang Yahudi makan, saya akan dikucilkan dari komunitas saya dan saya tidak bisa kunjungi mereka”. Saudara jangankan makan, duduk semeja dengan orang non-Yahudi pun sudah membuat Paulus dimusuhi. Paulus bicara dengan orang separuh Yahudi, lalu setelah itu Paulus masuk tempat ibadah, Paulus dianggap membawa orang kafir masuk ke Bait Suci, ini di Kisah Para Rasul kita baca. Jadi dia bicara dengan orang separuh Yahudi, Timotius, lalu dia pergi ke Bait Allah, dia dianggap membawa Timotius meskipun dia tidak membawa Timotius, tidak membawa Titus masuk ke tempat ibadah ke Bait Susi, karena orang Yahudi sangat ketata “tidak boleh bawa orang kafir masuk komplek sini, ada tempatnya sendiri bagi orang non-Yahudi”. Jadi Paulus lakukan itu supaya diterima oleh orang Yahudi. Jadi Paulus mengatakan dia makan makanan yang disahkan oleh tradisi Yahudi sepanjang umurnya, bukan karena dia tidak boleh makan, tapi karena dia ingin memenangkan orang Yahudi. Kemana Paulus pergi dia selalu jangkau 2, orang Yahudi dan non-Yahudi. Mengapa dua? Itu tugas yang Tuhan berikan kepada Paulus. Waktu Paulus diutus di dalam Kisah Rasul pasal yang ke-13 ditekankan bahwa dia diutus untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi, kepada bangsa lain dan kepada raja-raja dan pemimpin-pemimpin. Empat golongan ini Yahudi, non-Yahudi, raja-raja dan pemimpin-pemimpin, dan dia penuhi itu semua. Dia khotbah dan memenangkan pemimpin namanya Sergius Paulus, dia menangkan orang-orang kafir menjadi Kristen, dia menangkan orang Yahudi jadi Kristen. Dan dia menangkan Raja Agripa, mungkin tidak menangkan tapi dia Injili Raja Agripa, sehingga Raja Agripa mengatakan “hampir-hampir kamu meyakinkan saya jadi Kristen, Paulus”, dan Paulus mengatakan “saya sangat ingin kamu sama dengan saya”. Jadi Paulus tidak anggap diri tidak boleh makan, tapi Paulus kekang diri tidak makan. Itu yang kita bisa lihat, jadi Paulus mengatakan “yang tidak makan akan terus lemah iman kalau terus tidak makan. Kamu sekali-kali harus lihat bahwa tradisi Kristen yang Tuhan mau bukan lagi tradisi yang mengekalkan Judaisme”. Kebiasaan makan, bahkan kebiasaan ke Bait Suci itu sudah tidak lagi dilakukan. Orang Kristen tidak lagi harus ke Bait Suci, orang Kristen tidak harus dipenuhi hari-hari tertentu, orang Kristen tidak harus ikuti tradisi Yahudi, ada tradisi baru yang sedang muncul. Saudara kalau pelajari Paulus, tulisan dia sangat menekankan Injil di satu sisi, tapi sangat menekankan liturgi ibadah di sisi lain. Paulus sedang memberikan kerangka berpikir tentang worship dan liturgi bukan dari tema Yudaisme, bukan dengan membawa diri ke Bait Suci, tapi dengan senantiasa membawa Bait Suci ke dalam diri saya. Bait Suci ke dalam diri di bawa dengan cara apa? Dengan senantiasa membawa Kristus di dalam diri saya. Ini pengertian teologis yang dalam sekali tapi penting, Paulus sedang membuat satu fondasi untuk kebiasaan agama yang baru, yang bukan dari Yahudi. Ini kalau orang Yahudi lihat, mereka bisa marah sekali sama Paulus, tapi ini yang dia lakukan. Maka Paulus tidak setuju kalau orang Kristen terus terpecah dua, ada yang tidak makan tidak bisa bersekutu dengan yang makan, tapi Paulus mau selama yang tidak makan masih ada, yang makan rela tidak makan dulu. Akankah ada saat dimana orang Kristen, baik Yahudi maupun non-Yahudi sudah mulai terbiasa dengan memahami bahwa makanan tidak lagi diberikan sebagai tanda haram dan halal? Akan ada saatnya tapi belum sekarang. Selama saat itu belum tiba, yang bukan Yahudi terima dulu Saudaramu yang Yahudi. Yang Yahudi belajar terima saudaramu yang bukan Yahudi sampai bahkan kamu pun rela bersekutu dengan mereka di dalam makan makanan mereka juga, ini yang Palu sarapan terjadi. Paulus sendiri siap kalau dia harus makan dengan orang tidak percaya makan makanan yang diharamkan oleh orang Yahudi, tetapi dia tidak lakukan itu karena saudara-saudara Yahudinya, ini yang harus kita pahami dengan jelas. Tapi kamu harus belajar bahwa apa yang kamu pegang sebagai kepercayaan Kristen adalah hal yang kamu harus koreksi, pikirkan dan renungkan melalui Kitab Suci. Jangan terus pegang tradisi tanpa ada sifat koreksi tradisi dari Kitab Suci, ini penekanan penting sekali. Siapa yang tidak makan belajar melihat zaman apa sekarang kamu hidup, zaman penantian atau zaman penggenapan. Jika kamu hidup di dalam zaman penggenapan, nikmatilah zaman itu. Mengapa masih hidup membelenggu diri? Ini ditekankan dengan sangat.

Lalu bagaimana aplikasinya untuk kita sekarang? Tadi sudah ada aplikasi bagi orang yang makan terima yang tidak makan dengan rela tidak makan. Aplikasinya untuk kita, Saudara yang punya kenikmatan tertentu di dalam Kekristenan rela tinggalkan kenikmatan itu demi orang lain, demi orang lain dimenangkan. Lalu bagaimana aplikasi yang kedua? Orang yang tidak makan jangan menghakimi orang yang makan. Ini adalah untuk kita yang punya tradisi ibadah dan Kekristenan yang sangat ketat dan sangat keras dipegang, perlu untuk terus adakan reformasi dari apa yang kamu pegang. Salah satu tradisi atau dua tradisi besar di dalam Kekristenan itu adalah Katolik dan Ortodoks Timur, masing-masing keras bukan main di dalam tradisi ibadah. Ortodoks Timur sangat memegang kuat tradisi bapa-bapa gereja mereka.  Bapa-bapa gereja mereka tidak hanya terkurung di dalam abad yang ke-2 sampai abad ke-6 atau ke-7, tapi mereka punya nama-nama yang terus sampai abad ke-16 dijadikan bapa-bapa gereja. Mereka pegang tradisi mereka, mereka mengatakan “inilah Kekristenan, Kekristenan harusnya seperti ini, Kekristenan harus dijalankan seperti ini. Ada orang-orang suci, ada liturgi ibadah yang jelas, ada pegangan terhadap sesuatu yang harus dipegang dengan jelas”, siapkah mereka mereformasi diri? Sulit, karena apa yang mereka pegang mereka pegang dengan ngotot tanpa melihat bahwa apa yang mereka pegang tetap ada lowong, tetap ada lubang, tetap ada kesalahan tafsir Alkitab. Mereka menjalankan sesuatu yang bukan dipahami secara Alkitabiah dengan pemikiran yang bertanggungjawab, ini tradisi-tradisi Kristen. Saudara lihat orang Ortodoks Timur, Saudara lihat orang Katolik, haruskah kita mengatakan bahwa “saya terima kamu maka saya taruh patung-patung di gereja saya. Saya mau terima kamu maka saya seperti kamu”, tidak. Hal ini hal yang penting untuk kita berikan batasan. Saudara tidak harus mengakomodasi tradisi Ortodoks Timur dan Katolik. Sebaliknya peringatan Paulus justru ada bagi mereka, “kamu yang punya tradisi yang kamu anggap lebih baik, jangan menilai rendah orang yang tidak”. Perhatikan ini, orang yang tidak makan dalam pandangan orang makan adalah orang yang ketatnya salah. Tapi bagi orang yang makan, orang yang ketatnya salah mesti dimaklumi. Sekarang dari sudut pandang yang lain, orang yang ketat didalam makanan adalah orang yang ketat didalam menjalankan agama, mereka akan cenderung memandang rendah orang yang tidak lakukan apa yang mereka lakukan. Ini dalam tradisi Ortodoks Timur dan juga di dalam tradisi Katolik sangat keras dipegang, “kamu tidak jalankan yang jadi kebiasaan kami, kamu bukan Kristen”, ini teguran Paulus bagi mereka adalah jangan menghina orang tidak lakukan cara kamu, jangan hina orang yang tidak melakukan dengan cara kamu, mengapa? Karena cara mereka adalah cara yang mereka temukan dengan sungguh-sungguh dari Kitab Suci. Maka ini kita tidak bisa harus terapkan ke Karismatik atau Pentakosta di dalam liturgi ibadah, bahkan mereka tidak ada liturgi. Ketika Saudara mengatakan “kita kan harus memaklumi mereka”, saya tanya “mana ayatnya?”, “Roma 14, yang tidak makan jangan menghakimi orang yang makan. Kamu Reformed jangan hakimi orang Karismatik”. Tapi saya mau tanya, apakah orang Karismatik menjalankan ibadah mereka dengan keketatan mau kembali ke Alkitab? Kalau tidak berarti ada yang salah yang harus dikoreksi. Ini yang harus kita pahami, mengoreksi adalah bagian dari penerimaan, “saya terima tapi saya koreksi”. Jika engkau mengatakan “ibadah kami sudah oke”, itu tidak bisa diterima. Sama dengan Ortodoks Timur mengatakan ke Reformed “ibadahmu tidak oke”, kita akan tanya “yang tidak oke di mana? Biar kita koreksi”, kita mau koreksi. Di dalam tradisi Calvin ada keketatan untuk melihat hari-hari yang dipertahankan. Lutheran mempertahankan Lent, Calvinis tidak. Calvin di dalam awal sangat keras menentang ini, di dalam tradisi reformasi kedua, mereka menganggap Luther masih kurang di dalam reformasi, ini halfway reformation. Halfway reformation dari tradisi Inggris sebenarnya. Tapi Reformed Swiss mengatakan Luther kurang sungguh-sungguh, banyak hal yang dari Katolik masih diambil. Tapi tidak ada dasar Alkitab untuk jalankan “mana dasar Alkitab untuk jalankan yang engkau harus jalankan itu? Apakah itu diperintahkan secara ibadah atau kamu tebang pilih, kamu ambil yang satu lalu terapkan di dalam liturgi gereja, yang lain kamu tidak ambil”, ini jadi satu koreksi bagi tradisi Lutheran. Tapi Reformed juga memberikan diri untuk dikoreksi berdasarkan Kitab Suci, seperti yang Luther katakan “jika ada yang saya pahami dan ajarkan tidak sesuai Kitab Suci, tolong nyatakan ke saya. Tapi jangan pakai tradisimu karena saya tidak bisa diikat oleh tradisimu. Hati saya diikat oleh Kitab Suci”, ini jadi peringatan untuk mereka yang ketat di dalam beribadah. Pertanyaannya adalah keketatanmu beribadah apakah keketatan yang mau kembali ke tafsiran Kitab Suci yang sehat? Jika iya bagus. Dan kalau kamu hakimi orang lain, harap engkau belajar satu hal dulu, apakah orang lain sudah lakukan itu di dalam keketatan mau kembali ke Kitab Suci atau belum? Jika belum nasehati dia, nasehati apapun, kamu belum sesuai Kitab Suci karena kamu masih begini. Tapi kalau orang lain melakukan dengan dasar dari Kitab Suci juga, mengapa engkau anggap dia rendah? Karena Paulus mengatakan di dalam ayat 4, “siapa kamu sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entah kah ia berdiri, entah kah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. Kamu tidak boleh menghakimi hamba orang lain. Jika orang itu belum menjadi hamba Tuhan, belum percaya Tuhan, belum tunduk kepada Tuhan, silakan Injili dia. Jika orang itu hamba Tuhan lalu dia mempunyai kesalahan, silakan terima dia. Dan harap apa yang kamu miliki bisa mengubah dia. Tapi jangan tolak, tapi kalau kamu pisahkan dirimu dari mereka, kamu sudah menghakimi”. Jadi Saudara harus pahami bahwa menghakimi di sini adalah menganggap “kelompok saya tidak layak dihadiri oleh kelompokmu, kamu tidak boleh ada di dalam komunitas saya”, itu menghakimi. Yang dimaksudkan dengan menghakimi di Roma 14 adalah perasaan enggan menerima orang lain sebagai bagian dari saya. Saya ingat Pak Ivan pernah memberi nasihat “kalau kamu mau pimpin KKR di kebaktian yang bersifat Karismatik, jangan ikut loncat-loncat dari nari-nari”. Ada yang suruh, katanya waktu Pak Ivan mau khotbah kebaktian, suruh nyanyi tentang lagu yang saya tidak mengerti artinya, lalu disuruh gerak-gerak, Pak Ivan tidak mau gerak sama sekali. Waktu dia jelaskan alasannya, “bayangkan saya gerak-gerak seperti itu, joget-joget nyanyi, setelah itu berkhotbah bertobatlah kamu”, ini tidak cocok. Orang yang melihat mengatakan “ini kan yang tadi joget-joget”, tadi joget-joget, sekarang “bertobatlah kamu”, tidak cocok. Jadi dia mesti pelihara itu. Orang harus pakai suasana di mana dia menghormati seorang hamba Tuhan yang sedang siap menyatakan pertobatan. Coba pikir Yohanes Pembaptis, sebelum khotbah “bertobatlah kamu Kerajaan Allah sudah dekat”, dia joget-joget dulu, itu tidak bisa. Jadi ini sangat penting untuk kita pahami, Saudara dan saya adalah orang-orang yang harus kembali ke Alkitab untuk diperbaiki. Apakah Reformed sudah oke? “Belum, koreksi kami, ibadah kami masih perlu dikoreksi, teologi kami masih perlu diperbaiki, cara hidup kami masih perlu diperbaiki. Tolong kasihi kami dengan tegur kami”. Tapi jangan pakai teguran yang mengatakan “kamu tidak mirip tradisi kami”, karena hati nurani kami tidak diikat oleh tradisimu. Hati nurani kami untuk Kristus, kita hidup untuk Dia, Dialah Tuan kami dan kami hambaNya. Kami mengikat diri kepada Dia, kami hidup untuk Dia, kami mati untuk Dia. Jadi kalau kami hidup untuk Dia dan kami mati untuk Dia, koreksi kami dengan menunjukkan kamu pun hidup untuk Dia dan mati untuk Dia, ini namanya jangan menghakimi. Siapa kamu sehingga kamu menghakimi orang lain? Orang itu sudah mengikat dirinya bagi Kristus, kasihi dia, tegur dia tapi jangan usir dia. Di dalam ayat yang ke-6 dikatakan “siapa yang berpegang pada hari tertentu atau siapa yang makan atau siapa yang tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan dan ia bersyukur kepada Allah”. Ayat 7 “tidak seorang pun di antara kita hidup untuk diri sendiri dan tidak ada seorangpun mati untuk diri sendiri”. Ayat 8, ini perlu digarisbawahi, “sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan. Jika kita mati, kita mati untuk Tuhan”. “Mengapa engkau makan?”, “karena saya hidup dan mati untuk Tuhan. Aku ekspresikan dengan makanku. Jadi kalau ada orang tersandung dengan makanku, saya mau makan lagi”. Ada orang tersandung karena minum wine, “saya tidak akan minum wine lagi”. “Karena saya hidup untuk Tuhan”. Saudara beribadah, mengapa pilih musik ini? “Karena saya hidup untuk Tuhan”. Maka ayat 8 mengatakan “jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan. Jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati kita adalah milik Tuhan”. Mari kembali ke hal yang esensial. Apakah kamu memeriksa dirimu dengan standar ini? Jalan yang kamu jalani, kebiasaan yang kamu lakukan, ibadah yang kamu susun, semua yang kamu kerjakan untuk Tuhan atau bukan? Jika untuk Tuhan, maka kamu diterima sebagai bagian kami, sebab kamu hamba Tuhan. Kami menghormatimu yang kerjakan ini untuk Tuhan.

« 3 of 4 »