“Apa yang membuat engkau senang?”, kesenangan yang kalau mati, habis. Ini gambaran yang penting, kebangkitan membuat kita memilah apa yang kita cari sebagai kesenangan. Karena kita tahu kesenangan sejati akan dibuat makin berlimpah waktu kebangkitan. Kebangkitan memultiplikasi kesenangan sejati, sedangkan kematian menghilangkan kesenangan palsu. Ini gambaran penting, mati membuat kesenangan palsu berakhir, bangkit membuat kesenangan asli dimultiplikasi. Maka yang menjadi pertanyaan, pengalaman senangmu itu pengalaman senang apa? Ini lebih penting daripada menjawab pertanyaan apa yang boleh dan apa yang tidak. Saudara kalau bertanya seperti itu berarti Saudara tidak mengasumsikan bahwa yang Saudara mau pilih itu senang. Saudara mengasumsikan “yang saya pilih itu senang, tapi ada Kekristenan yang menghambat kesenangan”. “Boleh tidak berenang?”, “dosa”, “mengapa?”, “karena manusia diciptakan di darat”, ini contoh, saya tidak mengatakan berenang itu dosa. Cuma kalau orang tanya “berenang itu dosa atau tidak?”, berarti dia sudah punya asumsi berenang itu menyenangkan. “Cuma saya tidak mau menyenangkan tapi masuk neraka, jadi tolong Kekristenan beri tahu boleh tidak berenang?”. Waktu dibilang “boleh”, “puji Tuhan boleh”, yang disenangi bukan bolehnya tapi berenangnya. Tapi dia tidak memikirkan apa yang Kristen dari berenang. Kalau Saudara tanya “apa yang Kristen dari berenang?”, tubuhmu itu Kristen kalau tubuhmu menjadi sehat karena berenang it’s a Christian things to do. Maka kalau orang tanya “ini boleh atau tidak?”, berarti dia tidak mengharapkan ada kenikmatan dari Kekristenan. Kekristenan itu seperti label halal, jadi Kekristenan adalah sesuatu yang dicap untuk membuat kita boleh menikmati, kalau tidak ada cap-nya tidak boleh dinikmati. Tapi Kekristenan tidak sempit seperti itu. Kalau kita mengerti Kekristenan seperti itu, kita akan mengerti Kekristenan sebagai sesuatu yang membosankan dan tidak menyukakan hidup, kita tidak kejar Kekristenan. Kita tidak kejar ibadah, kita tidak kejar baca Kitab Suci, kita tidak kejar apapun. Saya kadang-kadang kalau lihat anak muda, saya lihat anak muda yang malas sama anak muda yang rajin, beda sekali. Saya waktu pertama kali bertobat, saya mau dengar khotbah sebanyak mungkin, saya mau baca buku sebanyak mungkin, saya mau beribadah sesering mungkin, itu tidak ada di dalam diri banyak anak muda. Banyak anak muda cari minimalis, mental sempit. Maka kalau Saudara mengatakan, “Kesenangan yang benar itu kesenangan apa?”, itu bukan pertanyaan baik. “Kesenangan ini boleh atau tidak?”, itu bukan pertanyaan baik. Tapi pertanyaan yang lebih baik adalah kesenangan itu apa? Kalau disoroti dari sisi Kristen senang itu apa? “Hidup Kristen itu apa?”, “pokoknya hidup yang saleh-saleh, nanti masuk surga. Beriman kepada Kristus, bukan karena perbuatan masuk surga.” Iman dan hidup, dan juga kesenangan, dan juga pengharapan ini hal-hal yang banyak dibahas di Alkitab. Dan bukan tanpa alasan, ada alasan mengapa tema-tema ini banyak dibahas. Alasannya adalah karena kita perlu mengerti itu dan kita terlalu bodoh untuk mengerti sendiri. Kita perlu Alkitab untuk memberi tahu apa sebenarnya hidup, apa sebenarnya kesenangan. Maka kita mesti tanya dulu kesenangan itu apa. Dan saya akan menjawab kesenangan adalah apapun yang membuat kita belajar menikmati betapa mulianya Tuhan, apa pun itu. Kesenangan apa pun sebenarnya adalah bagian dari pernyataan Tuhan untuk membuat kita mulai menyenangi Dia. Kesenangan apapun arahnya ke Tuhan. Maka di dalam Kitab Suci ditekankan siapa menikmati kenikmatan palsu, dia menyembah berhala. Siapa menikmati kenikmatan sejati, dia punya Allah yang sejati. Menyembah berhala membuat kamu diperbudak, menyembah Allah yang sejati membuat kamu dibebaskan. Diperbudak dan dibebaskan. Siapa yang diperbudak? Orang yang berdosa. Apa itu berdosa? Menyenangi kesenangan yang tidak berkait ke Tuhan. Kalau begitu kesenangan itu sempit. Yang berkait ke Tuhan berarti datang ke gereja, baca Alkitab, menyanyi lagu rohani, bukan itu saja. Tentu itu kesenangan, tapi kesenangan yang Tuhan mau adalah kesenangan yang ditafsirkan secara seluruh hidup. Semua hal yang engkau nikmati dalam hidup adalah cara Tuhan untuk menarik kamu untuk menikmati Tuhan. Dosa mendistorsi kesenangan sejati menjadi palsu. Kesenangan sejati dilakukan dengan cara yang membuat engkau melihat Tuhan di dalam bagian itu. Kalau Saudara menyenangi pekerjaan kantor, mengapa? “Karena saya lihat ada Tuhan di pekerjaan kantor saya”. Kalau Saudara menikmati relasi dengan keluarga, karena Saudara tahu ada Tuhan di balik relasi dengan keluarga. Ini membuat kita jadi orang Kristen yang melihat hidup dengan sangat bebas. Saudara tidak mudah mengotakkan Kekristenan di dalam kotak kecil. Kadang-kadang orang salah mengerti Kekristenan dengan kesalehan yang salah tempat. Pendekatan yang lebih tepat adalah pendekatan menikmati Tuhan di dalam realita yang kita bisa jumpa. Maka kalau ditanya “nonton film ini boleh atau tidak?”, saya cenderung menjawab “lebih baik kamu renungkan apa yang membawa kamu merenungkan tentang Tuhan di situ”. Tentu ada batasannya, ada hal yang jelas-jelas tidak boleh, kalau Saudara tanya “boleh tidak aku merenungkan tentang Tuhan sambil nonton film porno?”, jelas tidak bisa. Itu eksploitasi murni, itu dosa murni kalau mau dibilang, tidak ada keindahan di dalamnya. Maka kalau Saudara mengatakan “saya mau menikmati nonton film, boleh atau tidak?” masalah boleh atau tidak itu masalah kedua. Yang lebih penting lagi adalah apa yang akan kamu dapat dari keindahan Tuhan di situ? Apa yang terlalu agung tentang Tuhanmu, yang engkau nikmati di situ?” Kita menikmati hidup dengan cara membuat kita semakin berjumpa dengan Tuhan, semakin menyadari ternyata Tuhan itu mulia, agung besar dan hebat. Dan ini kita dapatkan lewat pengalaman kita sehari-hari. Memahami doktrin penciptaan itu penting. Penciptaan bukan cuma sekadar Tuhan membuat dunia. Penciptaan berarti Tuhan mengomunikasikan diriNya lewat dunia. Ciptaan adalah sarana komunikasi Tuhan tentang diriNya. Maka Saudara menikmati hidup, Saudara sedang menikmati Tuhan. Kalau kenikmatannya benar, Saudara makin menikmati makin ingin Tuhan. Dan Saudara makin ingin menikmati kebangkitan. Saya beri contoh, Saudara menikmati bergumul, menikmati pengharapan ditengah kesulitan, Saudara lihat orang sakit, Saudara tanya “apa yang mulia dari Tuhan lihat penyakit?”. Tidak ada yang mulia dari Tuhan lihat penyakit, jika Saudara punya teologi sukses atau teologia kemuliaan diri. Kalau kamu cuma punya teologi sukses kamu tidak bisa lihat Tuhan di dalam penyakit. Tapi kalau kamu punya teologi salib, kamu bisa bergumul tentang penyakit seperti Ayub bergumul. Dan Ayub mendapatkan kelimpahan pengenalan akan Tuhan sebelum dia disembuhkan. Dia menikmati itu waktu dia masih sakit. Saudara bisa merenungkan menikmati Tuhan bahkan di dalam penyakit. Merenungkan menikmati pengharapan di dalam melihat kesulitan dan kesengsaraan, ini theologia salib. Saudara menikmati pengharapan kebangkitan bahkan ketika engkau melihat kematian. Ketika saya berduka karena kematian mama, lalu setelah itu papa, ada satu hal yang sangat menyukakan, saya bisa dengan yakin mengatakan pada waktu kita bertemu kembali, saya akan melihat orang tua saya di dalam kemuliaan yang jauh lebih besar dari sekarang, saya akan melihat pekerjaan pengudusan dari Roh Kudus sempurna dalam diri mereka pada waktu kami bertemu nanti. Fanny Crosby, ketika ditanya “mengapa tidak minta Tuhan untuk sembuhkan matamu?”, menjawab “sudah, tapi tidak diberi. Akhirnya saya belajar minta: Tuhan, kalau memang Engkau tidak sembuhkan, tidak apa-apa, saya menikmati satu hal bahwa pertama kali saya bisa melihat adalah saat kebangkitan dan yang pertama saya lihat ada wajah Kristus. Mataku nanti akan melihat dan hal pertama yang saya lihat adalah Kristus, ini pengharapan dan sukacita. Fanny Crosby bisa menikmati hal yang hanya bisa dikaitkan dengan kebangkitan. Rugi bagi orang yang punya mata tapi tidak melihat. Ini mungkin sindiran dari Yohanes, kamu punya mata tapi engkau tidak mengharapkan melihat Kristus. Engkau mengharap lihat hal yang dosa, engkau mengharap yang paling cemar untuk apa? Tapi kalau engkau mengharap melihat Kristus, kesenanganmu akan menjadi kesenangan yang besar di dunia ini dan akan menjadi limpah dan sempurna nanti. Jadi Kekristenan itu bukan menderita dulu baru senang nanti, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Kekristenan itu adalah belajar menikmati senang sekarang dan belajar menikmati kesempurnaannya nanti. Sekarang kita sedang dilatih Tuhan untuk belajar senang, tapi orang tidak mau. Belajar senang supaya nanti mendapat kesenangan sejati pada kebangkitan. Hal-hal ini yang kita lihat menjadi sorotan dari teologi Paulus mengenai etika dan kesenangan. Mengapa kamu hidup suci? Karena itu menyenangkan. Mengapa kamu menguasai diri? Karena itu menyenangkan. Mengapa kamu tidak melampiaskan hawa nafsu? Karena itu menyenangkan. Menyenangkan bagaimana? Menyenangkan karena membuat saya merenungkan tentang Tuhan. Saudara menikmati relasi dengan pasangan, nikmati ada baik buruk, kadang ada duri kadang ada mawarnya, kasihan kalau pernikahan mawar saja, itu tidak realistis. Kasihan juga kalau pernikahan hanya duri saja, itu bukan pernikahan Kristen. Waktu Saudara menikmati keindahan pernikahan, Saudara sadar suatu hari saya akan menikmati relasi yang jauh lebih indah dengan Kristus. Dan suatu saat nanti saya akan lihat pasangan saya yang sempurna. Tuhan memberikan pengharapan, “nanti pada kebangkitan kamu akan menikmati lebih lagi”. Kebangkitan adalah alasan mengapa kita menikmati hidup, karena yang kita nikmati sekarang akan dilimpahkan nanti, itu yang benar. Tapi yang salah itu apa? Yang salah adalah kalau Saudara menikmati kenikmatan tapi tidak ada tujuannya. Kenikmatan dinikmati di dalam dirinya sendiri. Kalau ditanya apa nikmatnya menjadi kaya? Tidak ada, menjadi kaya itu menjadi kaya di dalam dirinya sendiri. Menjadi kaya nikmat karena apa? Mungkin karena bisa pamer. Jadi pamer itu menjadi tujuan di dalam dirinya sendiri. Mengapa perlu pamer? Pamer itu menyenangkan. Mengapa pamer menyenangkan? “Karena orang akan mengagumi saya”. Jadi kamu ingi dikagumi? “ya, saya ingin dikagumi”. Mengapa menyengakan dikagumi? “Karena dikagumi itu membuat saya merasa hebat”. Apakah merasa hebat itu akan kekal? Tidak, karena ketika kebangkitan Saudara tidak rasa diri hebat. Saudara terlalu sibuk menikmati Pribadi lain yang lebih hebat yaitu Kristus, dan lebih sibuk menikmati Bapa yang sempurna itu. Jadi kalau diri Saudara jadi terlalu hebat, Saudara tidak bisa menikmati Tuhan. Maka kalau orang mengatakan “saya mau kaya”, “mengapa kaya?”, “karena saya mau dikagumi”. Dikagumi itu bukan sesuatu yang akan Saudara nikmati pada waktu kebangkitan. Pada waktu kebangkitan tidak ada orang kumpul untuk mengagumi wajahmu, tidak ada yang akan menjadikan kamu bintangnya. Di dalam kebangkitan, bintangnya adalah Allah Tritunggal dan seluruh umat tebusan saling memuji satu sama lain. Kalau Saudara cari pengagungan diri, tidak ada tempat di kebangkitan. Maka pengaguman diri adalah kecemaran yang salah, bukan kesenangan yang benar. Karena pengaguman tidak ada tempat di kebangkitan. Jadi kalau tujuan hidup saya jadi kaya adalah untuk membuat diri dikagumi, selamat engkau sedang menyiksa diri dengan bencana dan kesedihan. Maka jangan mengatakan jadi kaya itu salah, itu pertanyaan atau jawaban yang terlalu menyimpulkan dengan sederhana kasusnya. Menjadi kaya tidak berdosa, tapi tujuan jadi kaya yang sering membuat orang dosa. Di tahun 2008 lembaga keuangan super hancur, karena krisis keuangan yang terjadi. Mengapa krisis bisa menghancurkan lembaga dengan kekuatan keuangan, kekuatan finansial begitu besar? Karena tidak ada yang bisa dipertahankan di dalam hal kekayaan. Jadi kalau Saudara mau kaya supaya hidupnya tenang, percuma, tidak akan tenang. Kamu tidak bisa tenang karena uangmu banyak, kamu hanya bisa tenang karena tahu Tuhan pelihara. Dan Tuhan pelihara itu akan menjadi sempurna pada waktu kebangkitan. Maka boleh kaya atau tidak? Tidak apa-apa kaya, cuma buat apa kaya? Itu yang lebih penting. Pengelolaan keuangan adalah tugas untuk orang kaya, kekayaan itu tugas, bukan kenikmatan. Jadi kalau Saudara melihat kekayaan sebagai tugas, Saudara tidak akan bangga jadi orang kaya. Dan Saudara tidak akan menjilat orang kaya. Mengapa mesti menjilat orang kaya? Mereka punya tugas besar dalam hal keuangan. Saudara punya uang berapa di bank, kelola dan Tuhan akan minta pertanggung-jawaban. Kelola dan Tuhan akan tanya “sudah berapa yang kamu kelola? Sudah menolong berapa banyak orang? Ini penting karena kita tahu kekayaan tidak dosa dalam dirinya sendiri. Tetapi apa yang dituju dari kekayaan itu yang cemar. Maka itu adalah hal yang cemar. Ambisi kaya dengan cara yang salah, itu hal cemar.

« 3 of 5 »