Dan itu yang Paulus katakan “hari sudah jauh malam sudah mau siang, mari tanggalkan perbuatan kegelapan”. Apa itu perbuatan kegelapan? Gairah jadi kaya untuk hal yang salah, itu perbuatan kegelapan. Menyenangi kesenangan-kesenangan brutal, itu hal yang salah. Menyenangi kehidupan seksual tapi tidak menikmati kesetiaan pernikahan, itujuga hal yang salah. Dalam kehidupan manusia, dalam budaya mana pun, selalu perayaan yang bersifat seksual itu merajalela. Di mana-mana hal ini terjadi, orang begitu membanggakan menonjolkan sisi seksualitas dirinya. Saudara lihat mode berpakaian, mode berpakaian adalah mode berpakaian yang menunjukkan keanggunan dan kesopanan? Tidak. Kadang-kadang kita perlu tegur cara orang Kristen berpakaian karena menonjolkan bahwa kamu adalah objek seksual. Kadang-kadang kita menikmati budaya yang terlalu menekankan kesenangan seksual, sehingga hiburan yang paling bagus adalah hiburan yang ada unsur seksnya. Maka ketika Saudara melihat budaya yang terlalu banyak menekankan seksualitas, Saudara tidak harus langsung setuju dengan kebudayaan itu. Menonjolkan seksualitas menunjukkan dia punya problem menikmati seks. Orang yang menikmati seks adalah orang yang berpuas dengan cinta kasih dan komitmen pasangannya di dalam pernikahan. Dia tidak perlu cari yang lain karena dia puas, seksualitasnya puas, kehidupan seksnya lengkap di dalam pernikahan. Orang yang masih cari perempuan lain, masih akses pornografi, masih cari yang lain, dia sedang punya problem menikmati seks. Kamu gagal menikmati seks karena seks yang sejati akan justru makin dinikmati ketika kebangkitan. Seks menunjukkan kesetiaan perjanjian dan kesetiaan perjanjian itu yang jadi utama nanti. Maka meskipun nanti tidak ada pernikahan di langit dan bumi yang baru, namun kenikmatan dicintai, kenikmatan mempunyai pasangan yang setia yaitu Tuhan, kenikmatan disukakan oleh pasangan itu akan ada dan sempurna, jauh lebih indah daripada yang sekarang. Hal-hal yang cemar di dalam seks akan hilang dan hal-hal indah yang mulia dari relasi perjanjian akan dilimpahkan. Orang yang tidak mengendalikan diri justru tidak menikmati kehidupan seks. Maka kebudayaan yang menonjolkan kekayaan adalah kebudayaan yang harus kita sikapi dengan kritis. Banyak orang Kristen terlalu membeo, dunia mengatakan apa langsung ikut, lalu balik protes ke gereja “masa ini saja tidak boleh? Gereja terluka kaku.” “Bukan kita yang terlalu kaku, kamu yang pengecut karena kamu tidak punya pendirian, kamu tidak berani mengatakan di sini saya berdiri dan saya akan ekspresikan apa yang saya imani”. Mengapa tidak begitu, mengapa orang Kristen tidak mengatakan “pendirianku tentang sains adalah ini, pendirianku tentang kekayaan adalah ini. Gereja bisa menyimpang tetapi saya kembali ke firman. Dunia bisa menyimpang tapi saya kembali ke firman”. Kalau ini kita miliki, Saudara akan cari kesenangan yang sejati, bukan kesenangan palsu. Saya sedih lihat orang Kristen terlalu membeo apa pun yang dikatakan dunia, lalu mengkritik gereja dengan mengatakan “mengapa ini dilarang, itu dilarang?” bukan dilarang, tapi kalau kamu terlalu bodoh untuk menikmati kesenangan sejati, kamu akan hancur. Hal yang menyimpang dibuat normal, itu kebiasaan di dalam dunia kita. Laki-laki menikah dengan laki-laki, apakah itu normal? Sama sekali tidak, tapi dibuat normal oleh budaya kita. Budaya kita menormalkan perasaan yang dimiliki meskipun perasaan itu menyimpang. Carl Trueman mengatakan sekarang Tuhan masih beranugerah, orang masih menganggap orang dewasa berhubungan seks dengan anak kecil itu jahat sekali. Tapi saya tidak tahu, kata Carl Trueman, mungkin 10 tahun lagi ada perubahan, mungkin 20 tahun lagi orang mengatakan “harus lindungi haknya pedofilia”, gila. Kalau kita tidak kembali ke Alkitab, apapun dari hidup kita yang kacau, dari hidup di dunia yang kacau, kita adopsi ke dalam, jadi kacau. Itu sebabnya mari pikirkan baik-baik kesenangan apa yang kamu kejar, karena ada yang lain di luar itu cuma kesenangan palsu. Kesenangan palsu yang tidak ada guna, kesenangan palsu yang membodohkan kita dan membuat kita cari hal yang membuat kita mati. Ini yang kedua, seksualitas.

Yang ketiga adalah kemabukan. Ini kita lihat di dalam ayat yang ke-13, “mari hidup dengan sopan seperti pada siang hari”, mari hidup sopan. Saudara, kata yang menjelaskan hidup sopan itu bagus sekali, mari hidup dengan dignitas. Ketika engkau dilihat orang, orang akan tahu kemanusiaan itu bagus. Jangan membuat orang lihat engkau dan mengatakan kemanusiaan itu remeh. Saudara adalah manusia, kita manusia tapi manusia di dalam gambaran Tuhan itu tinggi sekali. Engkau adalah gambar Allah, manusia dicipta dari debu tanah tapi diberikan kemuliaan dan hormat, dia lebih tinggi dari seluruh ciptaan di bumi. Dia diberikan kekuasaan atas apa yang Tuhan jadikan di dalam 6 hari. Tuhan menempatkan manusia sangat tinggi, tapi manusia dalam dosa meremehkan diriNya. Maka Saudara jangan jadi orang Kristen yang membuat orang kehilangan kepercayaan akan kemanusiaan. Maka Paulus mengatakan hidup dengan dignitas, hidup dengan menunjukkan manusia itu ada wibawanya. Tuhan ciptakan manusia tidak remeh. Manusia itu bukan makhluk yang cuma ikuti kesenangan, manusia adalah makhluk yang mengikuti apa yang pantas di dalam Tuhan. Manusia bukan makhluk yang cuma eksploitasi kesenangan diri, manusia adalah makhluk yang tahu kesenangan yang akan membahagiakan orang lain juga. Kalau kita mengerti hal ini, kita akan mengerti dignitasnya manusia harus dipamerkan seperti orang agung yang hidup pada waktu dia ada di depan publik. Maksudnya Paulus adalah hiduplah seolah-olah kamu jadi tontonan dunia untuk membuat dunia punya standar tentang siapa itu manusia, hidup dengan menjadi semacam standard. Maka kalau kita hidup, kita akan menjalani hidup dengan kesadaran, “kalau engkau lihat hidup kami, engkau akan tahu manusia itu agung”. Bisakah ini terjadi dalam hidup Saudara? Atau makin orang kenal Saudara, orang akan mengatakan “apa agungnya manusia? Manusia penipu, tukang tipu, manusia tidak jujur. Manusia manusia cuma tahu kesenangan”, ini semua hal buruk yang membuat kita menghancurkan keindahan menjadi manusia. Mari kita menjadi orang Kristen yang menunjukkan standard hidup yang membuat kemanusiaan kembali dihargai. Paulus mengatakan “jangan seperti pada malam hari di dalam pesta pora dan kemabukan”. Pesta pora dan kemabukan, ketidak-mampuan untuk mengekang diri demi Tuhan, itu bukan kesenangan. Melampiaskan diri itu bukan kesenangan, karena ketika Saudara melampiaskan diri, efek yang Saudara alami adalah kemanusiaan Saudara makin merosot. Saudara pasti punya tendensi dosa, saya juga punya, semua ada. Tapi tendensi itu mesti dibungkam, mesti dihentikan, mesti dimatikan. Tendensi dosa mesti dihentikan, kalau tidak tendensi itu akan merusak engkau. Maka Paulus mengingatkan “mari hidup dengan sopan seperti siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu”, mabuk dan hawa nafsu. Kemabukan itu gaya hidup. Saya tidak mengatakan tidak boleh minum alkohol, yang dimaksudkan disini adalah gaya hidup, di mana ketidaksadaran adalah cara bersenang-senang. Benarkah lepas kontrol menyenangkan? Saudara, lepas kontrol menyenangkan kalau saatnya tepat. Kapan lepas kontrol itu menyenangkan? Ketika Tuhan hadir. Waktu Tuhan hadir, Saudara tidak bisa mengendalikan diri, Saudara akan ditaklukan oleh kesenangan yang berlebihan, oleh sukacita, oleh kegentaran, oleh perasaan kemuliaan. Ketika Tuhan hadir, seluruh lutut sujud, bukan karena sudah diatur mau sujud, tapi tidak kuat lagi berdiri. Waktu Paulus melihat kemuliaan Tuhan, dia tidak bisa kuasai dirinya, dia langsung rebah. Ketika Musa melihat wajah Tuhan, dia tidak bisa kuasai perasaan kagumnya. Maka tidak bisa menguasai diri tepat di dalam tempat yang tepat. Kapan tempat yang tepat? Di dalam kebangkitan. Sebelum bangkit, sense seperti mau lepas kuasa, lepas kontrol itu sering ada, tapi tidak boleh dituruti. Saudara tetap harus bisa mengendalikan diri. George Whitefield itu satu contoh yang sangat sering ditaklukan oleh perasaan emosi yang haru. Waktu dia berkotbah, dia sering bisa menangis sampai belasan menit. Dia mengagumi salib Kristus, dia nangis terus sampai dia bisa kendalikan diri langsung dia khotbah lagi. Mengapa dia harus kendalikan diri? Supaya bisa berkhotbah lagi karena sekarang bukan saatnya untuk lepas di dalam perasaan trans untuk mengagumi Tuhan, nanti ketika Tuhan datang, itu akan dilakukan. Maka hidup dengan tepat itu menyenangkan, hidup dengan pengendalian diri itu menyenangkan, hidup tidak harus dijalankan dengan kesenangan lepas kontrol. Kenikmatan yang sejati selalu akan ada kontrol diri menyertai. Saudara bisa marah? Bisa, tapi marah yang agung, yang anggun adalah marah yang tidak lepas kontrol. Marah tapi tetap menahan diri, marah dengan tegas, bahkan dengan keras, tapi tidak lepas kontrol, itu yang anggun. Demikian juga perasaan apapun yang dikontrol dengan baik, itu memberikan kesenangan. Kesenangan di dalam penantian. Orang pacaran tidak bisa lepas kontrol justru di situ bahagia. Itu sebabnya Paulus mengingatkan jangan menikmati kesenangan di dalam bentuk pesta-pora dan kemabukan, percabulan dan hawa nafsu.

« 4 of 5 »