Di ayat 23 dikatakan “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”. Kesadaran bahwa saya satu dengan Kristus membuat Kristus rela mati, membuat Kristus harus dan rela mati. Tapi kesatuan kita dengan Kristus membuat kita harus belajar rela hidup mirip Kristus. Itu sebabnya Kristus mati karena harusnya kita mati supaya kita bisa hidup seperti Kristus harusnya hidup. Ini logika teologi Paulus yang sangat sederhana. Mengapa Kristus mati? Karena kesatuan dengan kita. Mengapa kita hidup? Karena kesatuan dengan Dia. Berarti saya bukan lagi saya yang hidup, saya harus hidup seolah-olah Kristus yang hidup di dalam saya. Dan ini namanya iman. Iman bukan hanya sekedar mengaku “aku percaya Kristus”, tapi iman itu berarti saya belajar untuk meniadakan diri saya demi menghidupkan sifat-sifat Kristus dalam hidup saya. Dan ini berbanding terbalik dengan pembenaran lewat menjalankan Taurat. “Mengapa kamu rasa kamu benar?”, “karena saya sudah menjalankan Taurat”. Sedangkan sekarang “mengapa kamu rasa kamu benar?”, “karena Kristus punya kebenaran yang dibagikan kepada saya”. His righteousness, kebenaran Dia yang jadi milik saya. Mengapa kamu bisa dapat? Karena Dia yang rela. Mengapa Dia rela? Tidak tahu. Saudara kalau tanya ke saya “mengapa Kristus rela mati bagimu?”, saya juga tidak tahu jawabannya. Dan kalau kita tanya diri kita masing-masing, “kok Tuhan mau mati buat orang seperti kamu?”, Saudara akan menjawab “saya juga tidak mengerti, kalau saya jadi Kristus pun saya tidak akan rela mati untuk saya”.  Inilah pesan dari Kitab Suci, Yesus rela satu dengan kita karena Dia bukan karena kita. Sehingga dari sini kita belajar untuk menyadari berapa agungnya Kristus dalam hidup kita. Mengapa Kristus begitu agung? Karena Dia rela. Dan inilah pengertian Injil yang indah, Saudara dan saya mengagumi Tuhan bukan karena kuat dan hebatnya Dia lakukan ini dan itu, tapi karena kerelaan Dia bersama saya. Kerelaan Dia untuk bersama dengan saya adalah hal yang saya kagumi dari Tuhan. Ini teologi salib dari Martin Luther. “Mengapa engkau mengagumi Tuhan?”, “karena Dia sanggup belah laut, karena Dia mampu sembuhkan orang sakit, karena Dia bisa memberi makan 5.000 orang”, semua mujizat kita kagumi tapi Saudara mesti sadar satu hal, mujizat tidak menyentuh hati sebesar kerelaan untuk satu dengan kita. Kalau saya bisa sembuhkan Saudara tapi saya tidak mencintai Saudara, Saudara tidak ingin juga berelasi dengan saya. Bukan itu yang paling indah dari Tuhan, yang paling indah dari Tuhan adalah Tuhan rela satu dengan saya. Kristus rela satu dengan kita.

Maka dikatakan di dalam ayat 24 “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”. Ayat 25-26 “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus”. Maksud Paulus adalah ketika Tuhan sabar memberikan Taurat membongkar dosa orang, tapi belum murka kepada orang, bukankah itu tidak tepat? Kalau saya menunjukan dosa saya, tapi itu tidak terjadi, bukankah itu tidak adil? Maka Paulus mengatakan jika Tuhan menyatakan Taurat dan Taurat dengan sangat keras mengatakan “kamu harusnya dihakimi”, maka tidak mungkin tidak ada penghukuman. Kalau begitu bagaimana orang bisa diselamatkan? Dengan satu dengan Kristus. Dimana penghukuman bagi orang-orang ini? Di dalam Kristus yang rela satu dengan dia, dengan orang-oran gitu. Maka dikatakan untuk menunjukan keadilanNya di masa ini, bahwa Ia membenarkan orang dan Dia sendiri benar yaitu dengan Dia menyatakan Taurat, dan Taurat itu menyatakan kita harus dihukum dan Kristus menyatakan “di dalam Aku orang beriman sudah mendapatkan hukuman”. Dan kalau Saudara bertanya “kok bisa satu orang mewakili banyak orang?” bisa, karena Kristus menggenapi kepala dari Perjanjian Lama. Tadi kita ambil contoh Musa, Daud, para hakim, para nabi, mereka itu satu mewakili seluruh bangsa. Ketika Daud bersalah, seluruh bangsa kena. Ini pengertian yang harus kita tahu. Ketika Musa melayani Israel, berdoa bagi Israel. Karena doa Musa, Tuhan mengampuni Israel. Satu orang mempengaruhi semua, ini ada dalam Perjanjian Lama. Kalau Kristus menggenapi tokoho-tokoh ini, satu orang yaitu Kristus akan mempengaruhi semua orang percaya dalam keberadaan Dia. Dia satu dengan kita, kita boleh mendapatkan kebenaranNya. Dia satu dengan kita dan Dia rela menanggung murka Tuhan dan maut yang harusnya kita dapat. Kita satu dengan Dia, maka kita berusaha untuk hidup seolah-olah Kristus yang hidup dan saya. Bagaimana hidup seolah-olah Kristus yang hidup dan bukan saya? Dengan menjalankan apa yang Tuhan ingin kita jalankan lewat Taurat. Ini hal penting dari Calvin, di satu sisi Taurat adalah yang membongkar dosa kita, tapi Taurat juga menyediakan jalan keluar. Taurat mengatakan “kamu berdosa, tapi kamu juga harus melakukan ini”. Kalau orang hanya menyatakan dosa Saudara, bobroknya Saudara, Saudara akan menjadi orang yang tidak ada nilai. Tapi ketika perkataan atau aturan yang sama menyatakan dosa Saudara sekaligus menyatakan pengharapan bagi Saudara, di situ ada kehidupan. Ada kehidupan karena saya tahu saya bisa keluar dari keadaan buruk ini. Dan itu yang dilakukan Taurat, Taurat tidak hanya menyatakan “Israel kamu mati”, tapi Taurat juga mengatakan “Israel kamu harus jadi contoh bagi bangsa-bangsa lain, Israel kamu harus menjadi contoh untuk pernikahan yang baik, Israel kamu harus jadi contoh untuk keadilan sosial, Israel kamu harus jadi contoh untuk belas kasihan, Israel kamu harus jadi contoh di dalam menjalankan ibadah yang benar kepada Tuhan”. Dan ini yang Tuhan mau digenapi di dalam Kristus. Kristus adalah Israel yang sejati. Ini penting untuk kita pahami, karena di dalam Kitab Suci apa yang Tuhan nyatakan bagi Israel, misalnya di dalam Matius, itu juga diparalelkan dengan Yesus. Berarti sama seperti Tuhan menuntut Israel untuk benar, Tuhan menuntut Kristus untuk benar. Dan karena kita satu dengan Kristus, Tuhan pun menuntut kita untuk benar. Bagaimana hidup benar? dengan menjalankan apa yang Tuhan mau berdasarkan kasih kepada Dia. Dan karena kasih Saudara tidak akan merasa bangga kecuali kebanggaan karena diterima oleh Tuhan. Seorang suami tidak akan sombong karena sudah mengasihi istrinya, tapi dia senang karena kasih kepada istrinya direspon oleh istrinya dengan kasih lagi. Demikian juga kita menjadi orang Kristen yang sejati jika mengerti bagaimana Kristus yang satu dengan kita dinyatakan dalam hidup kita. Menjalankan hidup yang menjadi tuntutan Tuhan bagi Israel. Biarlah kita menjalankan ini dengan penuh kesetiaan. Dan Saudara akan menikmati limpahnya menjadi Kristen di dalam menjalankan kebenaran yang Tuhan sudah berikan.

« 6 of 6