Maka di dalam Roma 12: 2 diingatkan jangan jadi sama dengan dunia. Mengapa? Karena kamu sudah diperbarui pikirannya. Dalam hal apa pikiranku diperbarui? Di dalam kamu mengetahui bahwa semua milik Tuhan. Kalau semua milik Tuhan, ada cara Tuhan yang mesti kita pikirkan dan mesti kita jalankan. Cara Tuhan dan bukan cara saya. Tapi apa itu cara Tuhan? Kita tidak mau jadi orang Kristen yang cuma tempelkan stiker “cara Tuhan” tapi sebenarnya kita sedang melakukan cara kita juga. Cara berpikir tidak berubah, tapi sekarang ditambah tempelan. Tempelan itu tidak penting, Saudara pakai baju merk apa tidak menentukan diri Saudara. Ini sama dengan orang yang cuma tempelkan label Kristen lalu menganggap dirinya sudah Kristen, tidak bisa. Kita mesti punya komitmen dasar yang berubah. Komitmen dasar yang seperti apa yang harus berubah? Roma 12: 2 mengatakan dengan kita mempunyai bijaksana untuk ingin menjalankan apa yang berkenan kepada Allah. “Saya mau jalankan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang saya mau. Dan saya tahu karena Tuhan mencintai saya, yang Tuhan mau tidak mungkin buruk bagi saya”. Ini satu posisi yang penting karena kita sudah diperbarui pikirannya, kita sadar pentingnya posisi ini. “Saya mau jadi orang yang benar-benar ada di dalam kondisi ini takut akan Tuhan dan merindukan apa yang Tuhan mau jadi”. Kalimat doa “jadilah kehendakMu”, ini jadi kalimat yang sangat penting untuk diperjuangkan. Saudara tidak bisa hanya mengatakan “jadilah kehendakMu”, tanpa benar-benar ingin menjalankannya. Saya kadang-kadang melihat orang Kristen yang drive-nya itu untuk Tuhan, sangat luar biasa. Dia kerjakan apa pun baik, di dalam dunia pekerjaan atau pelayanan di gereja atau di dalam hal apapun dengan sangat baik. Mengapa bisa baik? Dia bisa jalankan dengan baik karena dia mempunyai kegigihan untuk kerjakan bagi Tuhan. Kegigihan untuk kerjakan bagi Tuhan ini beda. Tidak mungkin ada pada orang dunia, orang dunia bisa sukses, bisa maju kariernya, bisa menjadi orang yang sangat sukses di dalam menghasilkan uang. Tapi dia tidak pernah memahami apa itu enaknya jadi manusia, dia tidak tahu kelimpahan, damai sejahtera, sukacita, pengharapan ataupun kemampuan meratap di dalam kesedihan yang dimiliki oleh orang Kristen. Orang Kristen memiliki kemungkinan untuk menjadi manusia yang utuh di dalam rancangan Tuhan, dan ini tidak mungkin diperoleh di luar Kristus. Maka sejak kita sudah mempunyai Mesias, kita tahu ada Juru selamat, maka kita berubah di dalam cara berpikir. Cara berpikir yang diubah dan dengan sekarang mendeteksi atau menyadari bahwa segala sesuatu milik Tuhan dan Tuhan berhak untuk atur segala sesuatu berdasarkan yang Dia mau. Tetapi Tuhan bukan Allah yang kejam, Allah yang arbitrer, Allah yang mengerjakan segala sesuatu demi kepentingan Dia tanpa memikirkan apa yang kita perlukan, tidak. Allah kita adalah Bapa yang baik, ini yang ditekankan di dalam Kitab Suci. Allah adalah Bapa yang baik. Dia kerjakan segala hal untuk kepentingan umatNya juga. Maka kalau umat mengenal Tuhan, dia tidak akan merasa,Tuhan punya strategi atau punya rencana atau punya keinginan yang bentur dengan keinginan Dia menjadi manusia yang baik, tidak mungkin. Orang yang beriman percaya hal ini, Allah adalah Allah yang baik, dan apa yang Dia rancang adalah demi kebaikan manusia. Sedangkan godaan dari iblis adalah membuat kita ragu, “benarkah Allah itu baik? Kalau Dia baik, mengapa begini? Kalau Dia baik, mengapa Dia tidak kerjakan A? Mengapa Dia kerjakan B? kalau Dia baik mengapa hidupku seperti ini?”, ini godaan untuk membuat kita tidak pernah mengalami ketenangan hati karena memiliki Allah yang baik. Kadang-kadang kita berpikir bahwa dunia kita tidak ideal, tapi kalau ditanya dunia ideal seperti apa, kita tidak punya ide. Kita tidak mengerti apa itu dunia ideal. Ada orang mengatakan “saya punya hidup sangat menderita”. Mengapa? “Karena kurang uang”, apakah hidup yang baik itu karena kelimpahan uang? “Itu kah pengertian idealmu?”. Kita tidak mengerti, kadang-kadang kita pikir “kalau saya punya sebuah keadaan yang diubah. Kalau tadinya keadaan saya begini lalu berubah jadi begitu. Tadinya miskin jadi kaya, tadinya jelek jadi ganteng, tadinya sendirian sekarang punya pasangan, nanti saya akan bahagia”, itu yang kita pikir. Tapi kita sedang mendesain sebuah dunia ideal versi kita sendiri. Dan ketika kita jalankan, ternyata dunia ideal itu tidak seperti yang kita pikir. Kita menjadi kehilangan pengharapan. Jadi seringkali kita tidak tahu bahwa kita sepanjang hidup akan bergerak dalam keadaan non ideal ke non ideal yang lain. Saudara tidak bergerak ke dalam keadaan yang makin baik. Saudara bergerak dari satu keadaan bergumul ke keadaan bergumul yang lain, ini yang kita kita tidak sadari. Sehingga kita mulai menganggap Tuhan tidak baik. Mengapa Tuhan tidak dianggap baik? “Karena Dia tidak memberikan dunia idealku”, tapi dunia idealmu itu kamu pikir berdasarkan apa? Kadang-kadang saya pikir manusia itu terlalu percaya diri, over confident, kebangetan. Waktu Saudara mengatakan “perasaan ini baik”, ketika ternyata tidak baik, Saudara bisa lari, “ini kan cuma perasaan, saya tidak bisa bertanggung jawab untuk ini baik, ini cuma perasaanku”. Ini sesuatu yang tidak benar. Makin Saudara mengharapkan dunia ideal versi Saudara, makin Saudara jauh dari janji Tuhan. Kita seringkali berpikir bahwa mengetahui kehendak Tuhan itu berarti mengetahui perintah Tuhan untuk saya jalankan. Tapi kita lupa di dalam kehendak Tuhan juga ada janji. Tuhan berikan janji dan itu yang kita juga mau tahu. “Tuhan janji apa, saya ingin menikmatinya. Apa yang Kau janjikan kepada manusia yang percaya kepadaMu? Akankah Engkau memberikan sukacita, kebaikan, damai yang seperti apa, aku ingin tahu”. Jadi kita datang sebagai murid, datang kepada Tuhan lalu mengatakan “Tuhan, aku ingin tahu bagaimana menikmati menjadi manusia, karena saya sudah pakai teori-teori yang saya tahu dari dunia, semua kontradiksi satu sama lain, semua bentur dan semua tidak punya fondasi yang jelas karena bukan dikatakan oleh Allah yang mencipta. Aku ingin tahu Engkau yang sudah mencipta segala sesuatu, apakah yang Engkau ingin lakukan kepada apa yang Kau sudah ciptakan ini? Bumi ini mau dijadikan apa? Seluruh surga mau dijadikan apa, saya mau dijadikan apa, tolong beritahu Tuhan. Supaya saya bisa menikmati apa yang Tuhan akan kerjakan ini”. Ini bagaikan kita melihat seorang pelukis yang sangat ahli ketika dia mulai goreskan kuasnya, dia mulai melukis, Saudara bukan ingin nasehati dia kan? “Coba pakai warna ini, coba membuat ini”, tidak. Saudara mau nonton, ingin tahu dia lukis apa. Nanti ketika sudah jadi, Saudara dengan perasaan kagum mengatakan “wah lukisanmu bagus sekali. Ini yang saya tahu kamu akan buat dari awal, tapi saya tetap tidak tahu sebagus apa. Saya cuma tahu pasti bagus. Tapi bagusnya seperti apa saya tidak tahu, makanya saya mau nunggu, saya mau lihat engkau melukis sampai jadi, sehingga saya mendapatkan sebuah pemandangan indah dari lukisan yang kau hasilkan ini”. Ini yang harusnya kita miliki waktu datang ke Tuhan. “Tuhan, apakah yang Kau ingin kerjakan? Apa yang Kau ingin buat?”. Lalu kita juga boleh tanya, “lalu saya bagaimana, apa yang Kau ingin buat dalam diri saya? Saya ini mau dijadikan apa oleh Tuhan? Saya sangat ingin tahu karena yang saya tahu tentang diri saya, diri saya buruk, diri saya tidak punya harapan, diri saya sangat kecil, diri saya sangat tidak berarti. Tapi Tuhan berniat kerjakan sesuatu yang sangat indah. Maka saya ingin tahu apa yang Engkau ingin kerjakan, ya Tuhan?”. Ini yang harus kita sama-sama cari. Maka ayat 2 mengatakan “jangan sama seperti dunia, dunia ini penuh spekulasi yang tidak ada akhir tentang tujuan manusia, tetapi berubahlah oleh pembaruan pikiran. Sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah, apa yang baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Yang baik yang Tuhan mau adalah sempurna. Saudara tidak akan dapat level hidup lebih tinggi dari level hidup yang Tuhan desainkan bagi kita. Andai Saudara mengerti limpahnya teologi mengumulkan tema ini, Saudara akan jadi orang yang kecanduan belajar teologi. Mengapa kecanduan belajar teologi? Karena Saudara akan lihat bagaimana teologi dengan kaya membagikan banyak sudut pandang dari Kitab Suci, semua dari Kitab Suci.Yang memberikan kita pengertian ternyata ada begitu banyak aspek dari kehidupan manusia dan semuanya itu bisa jadi makin baik andai kita tunduk kepada Kitab Suci. Saudara, tahukah bahwa di dalam pemikiran Alkitab segala aspek dari hidup manusia itu akan Tuhan perbaiki? Bukan cuma satu aspek. Kita tidak bisa mengharapkan janji Tuhan hanya di dalam aspek eskatologis misalnya, “nanti akhir zaman saya akan dapat kesempurnaan”. Tapi apa kesempurnaan itu? Lalu bagaimana kita menikmatinya sekarang ini? Perlu kita tahu bagaimana saya menikmati Tuhan sekarang. Apa yang akan Tuhan lakukan sekarang yang nanti akan jadi sempurna di dalam waktu yang akan datang? Itu sebabnya kita sama-sama ingin tahu bagaimana hidup bagi Tuhan, bagaimana mengetahui kehendak Tuhan, bagaimana mentaatiNya, demi apa? Demi saya belajar dan mengejar kesempurnaan jadi manusia yang Tuhan tawarkan, ini harus kita miliki. Saudara pertama-tama harus tahu dulu manusia itu bagus kalau apa, manusia baik kalau apa? Ini akan kita kejar. Manusia baik kalau, seperti yang Tuhan nyatakan, kalau engkau belajar engkau dicintai Tuhan. Kalau engkau sadar, engkau harus mencintai Tuhan. Kalau engkau sadar, engkau harus mencintai satu sama lain. Ketika Saudara menyadari ini adalah panggilan Tuhan, maka Saudara akan mengejar itu. Semua manusia di dalam dunia ini kalau tidak mengejar apa-apa, dia akan kosong hidupnya, depresi.