Lalu dikatakan siapa memberi pimpinan atau memberi teladan, memberi contoh, memberi pendampingan hendaklah ia melakukannya dengan tekun. Ketekunan, kerelaan untuk bertekun dengan orang lain, ini sulit. Saudara memberi pimpinan, itu hal yang sulit. Di dalam pengertian yang dimaksudkan Roma 12: 8 memberi pimpinan berarti Saudara juga mendampingi, dengan serius mau menjadi berkat bagi orang lain, dengan menjadi contoh. Saudara jadi contoh bagi orang lain belajar, jadi contoh untuk hidup yang baik. “Mana bisa begitu? Saya sendiri belum jadi contoh”, kalau kamu belum jadi contoh, berusaha jadi contoh, berusaha hidup beres. Berusaha hidup beres karena ada orang lain akan melihat kepadamu dan belajar kepadamu. Orang Kristen mesti tahu ini, Saudara jadi Kristen makin lama jadi Kristen makin Tuhan percayakan jadi contoh. Yang sudah lama Kristen masih juga belum menjadi contoh, itu karena tidak ada dorongan keseriusan untuk jadikan diri contoh. Saya pernah mengatakan kepada satu orang yang jadi ketua pemuda di sini, waktu saya masih awal-awal datang. Saya tidak pernah pilih siapa yang menjadi ketua pemuda, saya minta penginjil dan juga para pemuda yang lain yang pilih. Lalu mereka pilih siapa? Setelah ada satu orang terpilih, dia datang ke saya dan mengatakan “Saya belum bisa jadi contoh, dalam beberapa hal saya masih sangat lemah”, lalu saya katakan “Ubah itu”, “Tunggulah, saya berubah dulu baru nanti saya jadi pemimpin.” “Tidak bisa, kan kamu sudah dipilih, bukan saya juga yang pilih, bukan kamu yang mau juga, mereka minta kamu. Kalau mereka yang minta kamu, bertindaklah sebagai pemimpin”. “Saya belum layak”, “Belum layak atau sudah layak bukan tergantung hatimu. Ini komunitas yang minta”. Saya katakan ke dia, “kamu tidak mau, tidak rela, belum merasa waktunya, tapi gereja merasa kamu sudah waktunya. Mari belajar taat”. Dia mengatakan “Kalau taat mesti melakukan apa? Saya belum layak, saya belum bisa menjadi contoh.” “Poin apa yang kamu belum bisa jadi contoh? Bertobat sekarang. Tidak bisa terus-menerus menunggu. Jangan tunggu hatimu, hatimu harus dibentuk dengan desakan”. Jadi Paulus mengatakan “Yang harus jadi contoh, jadi contoh”. Jadi contoh dalam segala hal. Siapa yang memberi pimpinan, siapa yang memberi teladan, lakukan dengan tekun, ubah hidupmu dengan tekun. Kamu sudah seharusnya menjadi teladan. Lalu siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Menunjukkan kemurahan bukan dengan antisipasi kebaikan orang di masa depan. “Saya bermurah hati kepada kamu dengan harapan kamu bermurah hati kepada saya”, tidak seperti itu. “Saya bermurah hati kepada semua orang supaya saya diajar untuk mempunyai sukacita”. Hatimu bersukacita? “Tidak”, mengapa? “Karena lingkunganku begitu buruk”, salah. Kamu tidak bersukacita karena kamu tidak tekun bermurah hati, ini Alkitab. Ini cara bersukacita yang jelas ada di Roma 12, kita tidak peka lihat ayat-ayat seperti ini. “Hidup saya banyak parahnya, berat”, mengapa berat? bisnisnya sulit, hidupnya sulit, pasanganku sulit, piaraanku pun sulit”, semua sulit, luar biasa.” “Jadi saya sulit bersukacita”. Tapi di sini dikatakan jika engkau menunjukkan kemurahan, sukacita akan terbentuk. Hendaklah kamu melakukannya dengan sukacita. Ingat, ada tindakan lalu pembentukan menyusul. Lakukanlah kemurahan, nanti sukacita menyusul. Hendaklah kamu melakukannya dengan sukacita. Jadi orang yang bermurah hati belum tentu sukacita. Tapi Paulus mengatakan “Kamu terus lakukan, sukacita akan muncul”. Itu sebabnya Kitab Suci sering membagikan perspektif yang kita tidak sadar. Banyak orang sulit bermurah hati karena dia merasa hidupnya kurang diberikan kemurahan hati. Tapi Tuhan menyatakan 2 aspek lewat Tuhan Yesus. Tuhan menyatakan bahwa setiap tindakan murah hati yang kamu lakukan adalah karena kamu sudah diberi kemurahan dari Allah. Itu perkataan Tuhan Yesus lewat Tuhan Yesus. Tapi perkataan Tuhan Yesus lewat Paulus, jangan lupa Paulus juga mengatakan kalimat Tuhan Yesus, perkataan Tuhan Yesus lewat Paulus adalah Paulus mengatakan bahwa “Kalau kamu mau belajar sukacita, kamu belajar murah hati”. Jangan pelit, jangan cuma pikir diri, jangan egois. Makin egois, makin tidak sukacita. Semua salah kecuali saya, semua orang jahat kecuali saya, semua orang adalah penjahat kecuali saya. Tapi Paulus mengatakan “Kamu tidak sukacita karena tidak ada ketekunan melakukan kemurahan. Lakukan kemurahan dan hendaklah sukacita akan muncul”.
Lalu ayat yang ke-9 merangkum yang tadi semua, hendaklah kasih itu jangan pura-pura. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. “Saya tidak mengerti mengasihi itu apa”, jauhi yang jahat dan lakukanlah yang baik. “Saya tidak merasakan aku mampu mengasihi”, Tuhan tidak minta kamu merasa kasih, Tuhan minta kamu lakukan yang baik. Jangan jadi orang jahat sama orang lain, lakukan yang baik. Mengapa lakukan yang baik? Supaya kasihmu muncul dengan sejati tidak pura-pura. Jangan punya kasih yang pura-pura, miliki kasih yang tulus. Bagaimana punya kasih yang tulus? Lakukan yang baik, memberi hormat dan biarlah kamu tekun melakukannya. Banyak definisi kasih yang kita coba susun dengan spektakuler, pakai pengertian Agustinus, pakai pengertian Kierkegaard. Tapi Alkitab mengatakan hal yang sangat simpel, kamu mau belajar punya kasih yang tulus? Jangan jahat sama orang, lakukan yang baik, hormati orang lain. Kita sering anggap remeh orang, menghina orang lain, kepahitan kepada orang lain. Saya ingatkan, Saudara merasa pahit sama orang lain, mungkin alasannya adalah Saudara sangat tidak menghormati orang itu, tidak hargai dia sebagai orang yang sedang dibentuk oleh Tuhan. Kalau Saudara sulit menghargai orang lain sebagai orang yang sedang dibentuk oleh Tuhan, Saudara juga sulit menghargai diri sebagai orang yang menerima belas kasihan Tuhan. Hati-hati, sering kali kita meremehkan orang lain, merendahkan orang lain. Itu jalan yang paling gampang untuk memiliki hati yang dingin, tidak ada kasih sama sekali. Tuhan mengatakan kamu harus saling mengasihi, ini perintah utama. Kasihilah Tuhan dan sesamamu, bagaimana aku mencintai sesama? Lakukan yang baik, hargai orang dan lakukan terus. Saudara bisa lakukan ini, Saudara bisa bertindak dan dibentuk hatinya. Mengapa? Karena Saudara sudah punya pembenaran oleh iman. Hanya anak Tuhan yang bisa alami ini, hanya orang yang sudah diselamatkan, yang sudah di dalam Tuhan yang bisa membentuk hati melalui tindakan. “Saya terus bertindak baik sama orang lain dan kasih mulai muncul dalam diri saya. Mengapa bisa begitu? Karena kamu sudah dibenarkan. Tindakan Tuhan menguduskan engkau adalah tindakan menuntut engkau berbuat dengan tekun, penuh kemurahan, berbuat baik, memberi dan juga melakukannya dengan tekun. Itulah tanda engkau sudah di dalam Tuhan. Kiranya Tuhan pimpin kita bertindak dengan tepat di dalam persekutuan, maka kita akan makin mampu untuk hidup di dalam cara yang Tuhan mau. Itulah yang akan membuat kita bertumbuh dan menjadi seperti Kristus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)