Lalu ibukota di mana, di utara atau di selatan? Dia pilih daerah di tengah-tengah, ini menarik, strategi dia sangat bagus. Di tengah-tengah itu ada satu kota benteng yang sangat-sangat ideal, namanya Yerusalem. Yerusalem bukan milik Israel, tadinya milik orang Yebus. Daud melihat kota orang Yebus bagusnya bukan main, dia mengirim mata-mata untuk melihat. Mata-mata itu mengatakan, dialog-dialog ini tambahan sedikit, saya seperti novelis menceritakan tambahan, tapi intinya tetap Kitab Suci, “raja, kami sudah mengamati, temboknya persis di tebing, tidak ada orang bisa menembusnya, ini kuatnya bukan main. Di satu sisi kalau kita rebut, ideal untuk kota utama kita. Di sisi lain, merebutnya setengah mati, bagaimana tuanku?”, Daud mengatakan “perangi”, “tuan yakin? Kota ini sulit sekali ditaklukan”, Daud mengatakan “saya mau kota ini”. Lalu mereka berperang. Waktu mereka kepung Yerusalem, orang Yebus tertawa “mau kepung kami? Kamu tahu tidak sepanjang sejarah kota ini, yang menyerang sudah berapa banyak. Orang Filistin sudah coba menyerang, orang Amori sudah coba menyerang. Kami orang Yebus tetap tenang di kota ini. Sekarang bentengnya”. Kota berbenteng sulit ditaklukan, Yerikho pun tidak bisa ditaklukan. Yerikho itu lebih, kota benteng yang terdiri atas satu pondasi batu yang tinggi. Menjadi pondasi batunya sudah berapa meter, tambah lagi temboknya, mustahil ditaklukan. Waktu Yosua akan perang, Yosua tahu, pertama masuk langsung menghadapi Yerikho. Bagaimana bisa menaklukkan Yerikho? Tapi Tuhan mengatakan “Yerikho akan menjadi perang termudahmu”. Maka kerjaan Yosua memerangi Yerikho cuma keliling. Saudara, orang pertahankan benteng dari dulu itu banyak strategi, kasi bola pakai ter yang dibakar itu ngerinya bukan main. Kalau semua sudah tidak ada karena kepungan sudah lama, manna sudah habis, ter sudah habis, semua batu sudah habis, melempar kotoran, ini yang terakhir. Saudara mau perang pakai strategi Yosua, Saudara akan ditertawakan oleh orang. Yosua sudah keliling, sampai kali ketujuh, mereka bersorak, lalu temboknya runtuh dan herannya Alkitab mengatakan runtuhnya itu membentuk tangga untuk orang Israel bisa memanjat batu yang menjadi pondasi. Menjadi maksudnya menjadi tempat tumpuan untuk orang lain naik. Yerikho hancur karena Tuhan. Maka ketika Daud mau merebut Yerusalem, Daud tahu kalau Tuhan mau memberikan kota ini, pasti Tuhan akan berikan seeprti Tuhan memberikan Yerikho. Tetapi apakah Daud harus mengeliling sampai 7x? Tidak, Daud bukan orang yang membacara Alkitab dengan cara yang ngawur. Banyak orang membaca Alkitab ngawur, “karena Alkitab menulis seperti ini, saya juga jalankan”, itu cara membaca yang sangat-sangat salah. Maka ketika mereka akan perang dengan Yebus, orang Yebus akan teriakan hinaan seperti biasa ada taunting, ada semacam penghinaan dalam perang, “hei kamu, dewamu sudah kalah, kamu masih berani maju? Kamu pegang senjata pun tidak benar”, ada banyak taunting. Saudara kalau baca sejarah dari perang kuno, cara orang menghina orang lain itu lucu-lucu. Di dalam perang peloponesia, salah satu seruan dari orang-orang yang berpihak ke Sparta kepada orang yang berpihak ke Athena atau sebaliknya adalah “kamu pegang perisai seperti bayi”, saya tidak mengerti mengapa begitu, “pegang perisai saja kamu belum benar, mana bisa perang melawan kami”, ini diharapkan menjatuhkan mental orang. Atau salah satu cara adalah barisan “barisanmu ngawur begitu”, atau akan mengatakan “saya sudah lihat barisan perangmu, ada 4 lowongan untuk kami hancurkan”, padahal tidak ada, ini hanya menggertak. Maka waktu orang Yebus melihat Daud perang mengepung mereka, mereka langsung teriak “Daud, tahu tidak kota ini kota yang kuat, tidak mungkin kamu masuk. Maka kami akan tahu orang lumpuh dan orang buta untuk jaga kota ini. Orang lumpuh dan orang buta yang akan berperang, kami pesta”, ini hinaan. Daud tidak akan bisa masuk, ini yang terus mereka keluarkan, “orang buta dan orang lumpuh akan menjaga kota ini, orang buta dan orang lumpuh akan menjaga kota ini”. Lalu Daud mengatakan “saya sudah selidiki kota ini”, dan menemukan dari mata-matanya, “tuan, kota ini lemah di satu titik, di saluran air”. Maka dia perintahkan tentara masuk lewat saluran air dan hancurkan orang buta dan orang lumpuh, karena mereka sendiri yang mengaku “kami adalah orang yang pakai orang buta dan orang lumpuh”. Maka pasukan Daud masuk lewat saluran air lalu menghancurkan kota itu sama sekali. Kemudian Daud mengatakan, atau ada pepatah mengatakan “orang lumpuh dan orang buta dilarang masuk rumah”, ini ada. Kalau Saudara belum pernah baca, kita baca sebentar ini menjadi fondasi penting untuk pengertian tentang buta. 2 Samuel 5: 8, “Daud telah berkata pada waktu itu, siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus haruslah ia masuk melalui saluran air itu. Hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta, sebab itu orang berkata: orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk Bait Suci”. Ada kalimat yang lebih baik untuk menerjemahkan ini “Daud telah berkata pada waktu itu, siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu”. Kalimat berikutnya menyatakan “hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta”, bukan kalimat yang lebih tepat mengatakan begini “siapa yang hendak memukul kalau orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu. Hancurkanlah kebencian hatiku”. Menjadi maksudnya hancur karena kebencian hati orang-orang Yebus, bukan karena orang buta dan orang timpang. Mengapa orang buta dan orang timpang disebut? Karena orang Yebus sendiri yang bilang, “kami akan pakai orang buta dan orang timpang untuk menjaga tembok kota ini”. Maka ini menjadi sindiran baliknya Daud. Daud mengatakan “kamu sindir kami tidak bisa masuk, sekarang kami sudah masuk”. Maka orang buta dan orang timpang yaitu orang Yebus dikalahkan sama sekali. Kemudian ada slogan “orang buta dan orang timpang tidak boleh masuk bait”. Kata bait ini artinya adalah rumah, “orang buta dan orang timpang tidak boleh masuk rumah”. Walter Bruegemann menafsirkan bagian ini dan menemukan tradisi Qumran, tradisi Yahudi di abad ke-2 sebelum Masehi sampai abad ke-2 Masehi, salah satu tradisinya, tradisi second temple, salah satu bagian kecilnya itu Qumran. Tradisi Qumran mengatakan orang buta dan orang timpang dari golongan imam tidak boleh masuk Bait Suci, menjadi yang buta dan timpang tidak boleh melayani di Bait Suci. Tapi Walter Bruegemann mengatakan orang Qumran salah baca karena kalau kita lihat konteks ayat delapan, konteksnya itu adalah keluarga Daud. Saudara bisa lihat di dalam ayat yang ke 11 sampai ayat yang ke 14, judul yang diberikan oleh LAI itu tepat “istana dan rumah tangga Daud”. Menjadi Daud sedang menyatakan “Yerusalem sekarang milik Daud dan tidak ada orang buta dan orang timpang maksudnya orang Yebus. Tidak ada orang buta dan orang timpang yaitu orang Yebus boleh ada di rumahku” rumahnya itu Yerusalem. Ada yang menafsirkan bukan Yerusalem tapi the household of David. Daud mengatakan “orang buta dan orang timpang tidak boleh masuk sini”, sehingga mereka dikeluarkan, mereka diusir, mereka dibasmi, Yerusalem menjadi milik Daud. Lalu Daud mengambil kota berkubunya dan mengatakan “ini sekarang disebut Kota Daud”. Menjadi ada the city of David, ada Yerusalem dan di dalam lingkup sedikit di luar, ada Bait Suci. Inilah yang menjadi tempat utama dari Israel, tempat utama di mana dikatakan Daud sudah mendirikan kekuatan dinastinya di situ. Dimulai pemerintahan Daud atas seluruh Israel secara sah di Yerusalem. Kalau mau Yerusalem menjadi tempat yang sah, Kemah Suci juga harus di sini. Maka dia pindahkan Tabut Perjanjian dia masukkan ke Kemah Sucinya. Setelah itu kata timpang dan kata buta menjadi permainan kata di dalam kitab ini. Ini yang orang Yahudi kemudian menjadikan tradisi, orang timpang dan orang buta tidak mungkin menjadi bagian dari rumahnya Daud. Maksudnya kiranya tahta Daud yang membuat Tuhan berdiam di Yerusalem kekal selamanya dan orang timpang dan orang buta tidak akan masuk rumah ini, itu slogannya. Tentu kita bisa pahami dari extra biblical source, Walter Bruegemann menyelidiki dan mengatakan inilah yang dimaksud orang buta dan orang timpang tidak boleh masuk rumah Daud. Bukan rumah Allah, bukan Bait Suci, ini sedang tidak membicarakan Bait Suci. Menjadi siapa buta, siapa timpang tidak akan menjadi bagian dari household of David. Maksudnya kiranya tahta Daud kekal. Karena kalau raja timpang dan raja buta, tidak mungkin menjadi raja. Dulu raja tidak sama dengan sekarang, sekarang raja di istana lalu putuskan “perang”, kemudian yang lain perang. Dulu raja tidak begitu, raja harus ikut perang. Mana bisa raja lumpuh berperang, tidak bisa. Maka siapa timpang siapa buta tidak mungkin terpilih menjadi raja. Itu sebabnya dikatakan di dalam rumah Daud tidak akan ada orang timpang dan orang buta. Tapi Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja memberikan twist, ada plot twistnya. Yang pertama adalah waktu Daud sudah menjadi raja, dia bertanya “adakah keturunan Yonatan yang masih hidup?”, orang bilang “ada tuan, namanya Mefiboset”, “bawa dia tinggal di rumah saya”. Pemimpin-pemimpin di bawah Daud, militer-militer marah pasti mereka tidak setuju, ini potensi pemberontakan. Tapi Daud tidak peduli, ketika dipanggil ternyata Mefiboset timpang, lumpuh. Karena dia lumpuh, dia bisa tinggal di istana Daud. Dia bisa tinggal di istana Daud karena tentara-tentara Daud akan mengatakan “orangnya lumpuh, aman, tidak mungkin memberontak”. Menjadi Mefiboset ini aman secara politis. Maka ketika Daud mengatakan “saya mau mengasihani orang dari keturunan Yonatan, apakah masih ada yang hidup?”, “ada tuan, namanya Mefiboset”, “saya anggap dia menjadi anakku”, maka Mefiboset masuk rumah Daud. Orang lumpuh bisa masuk rumah Daud, ini semacam sindiran. Di dalam Kitab Raja-raja ada yang lebih sadis lagi, orang buta bagian dari rumah Daud. Ini tercatat di dalam 2 Raja-raja ketika Babel menyerang Israel Yehuda, Yerusalem dikepung, Yerusalem dihancurkan. Waktu itu yang menjadi raja adalah Raja Zedekia. Raja Zedekia dikalahkan, dia ditangkap, dia diikat, lalu anak-anaknya dibariskan di depan dia, ini oleh orang-orang Babel, kejamnya bukan main. Zedekia disuruh berlutut, matanya dipaksa dibuka lihat anak-anaknya dijajarkan satu per satu disembelih di depan mata dia oleh orang Babel. Zedekia teriak-teriak nangis “anakku, anakku”, satu per satu dimatikan. Setelah itu orang Babel cungkil matanya. Menjadi pemandangan terakhir yang dia lihat waktu dia masih bisa melihat adalah anak-anaknya disembelih seperti sapi dikorbankan, setelah itu matanya dibutakan. Raja ini adalah raja yang dibutakan. Setelah peristiwa itu tahta Daud hancur, tidak ada raja lagi. Raja terakhir yang memimpin tahta Daud, buta, lalu kerajaan itu berakhir. Maka kalimat ini menjadi kalimat yang sangat-sangat menyakitkan hati. Kalimat yang tadinya menjadi seruan kemenangan “tidak ada orang buta dan orang timpang di dalam household of David”. Household of David, keturunan Daud, tahta Daud, rumah Daud tidak akan ada orang buta dan orang timpang. Kali pertama orang timpang langsung masuk dan kali terakhir tahta Daud masih ada, rajanya dibutakan. Setelah itu tidak ada lagi tahta Daud. Maka kebutaan itu identik dengan kegagalan tahta Daud. Orang buta tidak boleh menjadi bagian dari tahta Daud. Faktanya raja terakhirnya buta.