Kedua yang kita pelajari, kalau Allah mewariskan kerajaan kepada Anak, berarti Allah kehilangan kerajaan? Tidak, karena dalam pengertian Allah Tritunggal, memberi adalah tanda relasi, memberi tidak membuat sang pemberi kehilangan. Saya pikir konsep memberi adalah konsep teologis yang sangat dalam, yang tidak banyak orang sadari dan pahami. Saudara belum tahu apa itu memberi, kecuali Saudara mengerti pengertian memberi di dalam Allah Tritunggal. Karena Allah Tritunggal mempunyai relasi, Mereka mempunyai cinta kasih. Dan karena Mereka mempunyai cinta kasih, Mereka mempunyai pemberian yang diberikan. Bapa memberikan kepada Sang Anak seluruh kerajaan, Bapa tidak kehilangan kerajaan. Bapa memberikan Roh Kudus kepada Anak, Bapa tidak kehilangan Roh Kudus. Pemberian tidak membuat yang memberi kehilangan. Ini indah sekali. Di dalam kekekalan, di dalam rencana total Tuhan, memberi tidak akan membuat sang pemberi kehilangan apa yang diberikan. Lalu Bapa memberikan Roh Kudus kepada Anak, Anak memberikan Roh Kudus kepada kita, orang percaya. Apakah Anak kehilangan Roh Kudus? Tidak, apakah Bapa kehilangan Roh Kudus? Tidak. Maka memberi di dalam totalitas Tuhan, tidak membuat dia yang memberi kehilangan berkat yang Tuhan siapkan untuk dia. Ini pengertian memberi yang harus kita ketahui. Saya benar-benar berharap orang Kristen punya bijaksana hidup. Banyak orang Kristen payah dalam hidup karena tidak mengerti doktrin penting dari Alkitab. Harap kita bukan menjadi orang Kristen seperti itu. Ketika Sang Bapa memberi Roh kepada Anak, Sang Bapa tidak kehilangan Roh. Ketika Sang Bapa memberikan kerajaan kepada Anak, Sang Bapa tidak kehilangan kerajaan. Mengapa begitu? Dalam pengertian para bapa Kapadokia, karena Allah bukan manusia yang perlu menyingkirkan yang lain demi menempati sebuah tempat atau memiliki sebuah kepemilikan. Allah tidak menyingkirkan yang lain, Allah melibatkan yang lain. Ini dikenal dengan istilah perikoresis yang sudah ditemukan oleh para bapa Kapadokia dan digunakan berkali-kali oleh para teolog selanjutnya. Ada yang mengatakan istilah perikoresis bukan dari para bapa Kapadokia, tapi konsepnya iya, perikoresis diucapkan oleh teolog berikutnya. Tapi yang mana pun itu tidak penting. Yang dimaksudkan oleh para bapa Kapadokia adalah Allah bukan manusia sehingga harus menyingkirkan pribadi lain untuk menempati satu tempat atau memiliki satu kepemilikan. Kalau Saudara duduk di kursi yang hanya muat untuk satu orang, Saudara tidak mungkin duduk bersamaan dengan orang lain. Saudara harus singkirkan orang lain untuk duduk di kursi itu. Tapi Allah bukan manusia. Allah adalah yang mencipta ruang, bukan yang menempati ruang. Allah adalah alasan mengapa ada ruang. Jadi Saudara tidak punya alasan “Allah tinggal dimana?”, ini ditemukan oleh Pak Stephen Tong dan ini menurut saya sangat jenius, “Allah bukan dimana tapi dimana itu dari Allah, Allah bukan dari mana tapi dari mana itu dari Allah”, ini menarik. Allah bukan perlu tempat, Allah adalah Pencipta tempat. Karena Allah adalah Pencipta tempat, Allah tidak perlu kehilangan sesuatu waktu Dia membaginya dengan orang lain. Ini menarik sekali. Saudara sulit memahami ini, tapi seorang bernama Jeremy Begbie mengatakan musik bisa menolong kita untuk mengerti hal ini. Kalau Saudara dengar nada piano yang ditekan bersamaan, nada-nada itu tidak saling bertarung untuk berebut tempat. Waktu satu nada mau masuk ke telinga Saudara, dia tidak mengatakan “saya duluan”, lalu dia singkirkan nada lain, tapi ketiganya bisa bersamaan masuk ke telinga Saudara. Bersamaan menempati seluruh ruangan ini. Doktrin Tritunggal mengandung banyak sekali keindahan. Jeremy Begbie mengatakan “kamu harus belajar doktrin Tritunggal, supaya senang. Karena begitu engkau mempelajari dan merenungkan, engkau akan kagum”. Waktu Saudara mempelajari doktrin Tritunggal, Saudara tidak berurusan dengan tema yang rumit, Saudara sedang menikmati tema indah. Tapi keindahan perlu dipelajari, keindahan bisa rumit di awal tapi bisa menjadi indah di belakang. Semakin Saudara tahu, semakin indah “ternyata seperti ini”. Coba bayangkan Bapa, Anak, Roh Kudus, di mana tempat Bapa? Seluruhnya, Allah itu Maha hadir. Kalau Bapa Maha hadir, di mana tempat Anak? Seluruhnya, karena Anak juga Allah yang adalah Maha hadir. Kalau Anak Maha hadir mengapa bisa hadir bersamaan di seluruh segala sesuatu bersamaan dengan Bapa? Karena baik Bapa dan Anak tidak perlu saling menyingkirkan yang lain untuk mendapatkan tempat. Allah bukan seperti itu. Allah menampung yang lain, Allah bersama Pribadi pertama, Pribadi kedua, Pribadi ketiga memenuhi segala sesuatu, hadir dimana-mana, Maha hadir. KehadiranNya tidak menyingkirkan yang lain, tema ini pun sudah sangat spiritual. Mengapa kalau manusia hadir harus menyingkirkan yang lain? Ini menjadi pertanyaan. Kalau engkau mirip Allah Tritunggal maka kehadiranmu seharusnya tidak menyingkirkan orang lain. Harusnya kehadiran menampung orang lain, bukan menyingkirkan orang lain. Tindakanmu, hidupmu, geliatmu di bumi harus menampung orang lain. Kalau kita tidak melakukan itu berarti kita bukan orang Kristen yang mengenal Allah. Jadi Pribadi Pertama, Kedua, Ketiga saling menempati ruang bersama-sama. Dengan demikian ketika Allah menyerahkan kerajaan kepada Sang Anak, tidak terjadi perebutan dan tidak terjadi perpindahan. Kerajaan tetap menjadi milik Allah Bapa, Allah Bapa memberikan kepada Allah Anak, Allah Anak memberikan kepada semua orang yang dipimpin Roh Kudus. Dan baik Bapa, Anak, Roh Kudus dan orang yang ada di dalam Roh, menikmati memimpin kerajaan ini bersama-sama. Inilah keindahan diwariskan. Ini juga sama dengan pengertian memberi. Mengapa Allah mewariskan kerajaanNya? Karena Allah mengasihi. Apa tanda kasih? Tanda kasih adalah ada perkataan, Allah mengatakan “Aku mengasihimu”. Tanda kasih adalah ada tindakan, Allah menebus kita. Tanda kasih adalah ada pemberian, Allah memberikan pemberian-pemberian. Di dalam Efesus, Paulus mengatakan ini “Allah memberikan pemberian-pemberian”. Lalu di dalam Kitab Suci bagian yang lain, di dalam Surat Yakobus dikatakan bahwa semua pemberian yang baik datangnya dari Allah, dari atas. Allah adalah yang suka memberi. Allah memberi karena Dia mengasihi. Kasih sama pemberian. Ini sesuatu yang Allah nyatakan di dalam kasihNya. Allah mengasihi kita maka Dia bertindak bagi kita dan memberi kepada kita. Mengasihi berarti memberi, harap Saudara ingat hal ini. “Mengapa harus memberi? Apakah ini cuma semacam trik murahan dari pendeta untuk kita memberi persembahan kepada gereja?”. Itu bukan trik murahan. Mengapa mau melakukan itu? normal, memberi untuk pekerjaan Tuhan adalah suatu hal normal, tidak ada yang perlu dibanggakan. Sudah berapa yang engkau beri, sudah berapa banyak kau beri untuk orang yang kau cintai, sudah berapa banyak kau beri untuk melakukan pekerjaan Tuhan, apakah engkau tahu cinta kasih? Saudara kalau tahu cinta kasih, harus dihitung nilai berapa banyak engkau sudah memberi, kalau tidak hanya omong kosong. Hanya omong kosong kalau orang terus mengatakan “cinta, cinta, cinta, kasih, kasih, kasihilah”, tapi dia sendiri tidak pernah keluar apa pun untuk memberi kepada orang lain. Saya sangat menekankan ini, Saudara mengaku cinta Tuhan, saya akan hitung berdasarkan berapa banyak kamu rela memberi untuk orang yang kurang, orang yang miskin, orang yang kamu kasihi, untuk pekerjaan Tuhan. Kalau tidak, itu hanya omong kosong. Hamba Tuhan yang terus bicara kasih Tuhan, tapi tidak pernah tahu apa itu memberi, berkorban dan memberi, hamba Tuhan seperti itu tidak perlu didengar, dia tidak mungkin dipakai Tuhan. Dia tidak dipakai Tuhan untuk Tuhan. Itu syarat penting. Mau jadi hamba Tuhan, mau jadi anak Tuhan, mau jadi orang yang dipakai Tuhan, satu syarat yaitu memberi karena Allah kita adalah Allah yang memberi. Bapa memberi kerajaanNya, Anak menerima kerajaan, memberi kerajaanNya kepada manusia, orang percaya. Apakah Bapa dan Anak kehilangan kerajaan? Tidak. Saudara memberi, apakah Saudara kehilangan berkat Tuhan? Tidak sama sekali. Apakah saya jadi kekurangan kalau memberi? Tidak. Saya sangat heran, Tuhan berkati dengan cara yang heran sekali. Saya tidak pernah memberi dengan harapan akan diberi lagi. Tapi saya bukan cuma tidak kurang tapi selalu Tuhan cukupkan segala hal dengan cara yang heran sekali. Ini sesuatu yang kita perlu pelajari. Dalam totalitas rencana Tuhan, berkat untuk kita tidak akan pernah kurang, tidak akan hilang.