Ini tidak diceritakan bahwa pekerjaan yang dicapai dengan versi Adam, itu hanya berujung pada kelelahan dan akhirnya mati, untuk apa? Tapi kalau Saudara mengatakan “saya punya ambisi lebih besar dari pada sekedar juara dunia, saya punya ambisi supaya apa yang saya kerjakan memperbaiki manusia secara umum”, maka Saudara akan menyadari yang Saudara perjuangkan akan menjadi genap pada kebangkitan. Ini contoh simple, ada banyak contoh. Seumpama Saudara seorang dokter, apa yang Saudara kerjakan? Saudara sembuhkan orang, tapi orang itu kan akan mati juga. “mengapa mengobati?”, “supaya manusia bisa menikmati hidup di dalam tubuh yang sehat”, “kapan itu akan terpenuhi?”, Saudara akan jawab karena Saudara orang Kristen “pada hari kebangkitan tubuh, pada waktu itu perjuangan saya sempurna, apa yang saya ingin lakukan akan disempurnakan oleh Tuhan”. Menjadi orang yang bekerja harus punya view seperti itu. Panggilan bukan saya bekerja supaya dapat uang, panggilan itu saya bekerja sampai yang saya kerjakan tuntas, baru saya boleh selesai. Tapi apakah mungkin beres? Tidak mungkin, sebelum kebangkitan, tidak mungkin manusia punya kesempurnaan fisik yang tidak perlu diperbaiki lagi. Saudara akan terus menemukan kelemahan demi kelemahan yang perlu perawatan dari seorang dokter di dalam hidup, sampai nanti kebangkitan tubuh. Waktu itu dokter sudah bisa hidup tenang dan mengatakan “akhirnya yang kuidam-idamkan terjadi, semua orang sehat”, dokter tidak akan stres pada waktu itu. Sama, Saudara melakukan bisnis juga sama. Saudara berbisnis salah satunya adalah untuk membuat bakat orang ada tempat untuk disalurkan. Saudara bisnis sepatu supaya orang-orang yang ahli dalam bidang itu punya tempat. Maka berbisnis itu bukan “saya akan tindas orang, pakai tenaga mereka untuk keuntungan sendiri”, bukan seperti itu. Tapi “saya memberikan tempat untuk orang jalankan bakatnya dan saya jalankan bakat saya yaitu memutarkan modal, memutarkan keuangan, memperhatikan keadilan, menghidupkan orang boleh kerja dengan bidang mereka dan mendapatkan penghidupan, dan saya boleh mendapatkan kestabilan dalam usaha ini”. Tapi apakah itu akan stabil? Tidak, mungkin akan mengalami goncangan keuangan atau kesalahan dalam strategi, atau di dalam kekacauan karena orang-orang yang suka menipu, dan lain-lain, membuat kita tidak bisa melihat bisnis itu menjadi sempurna. Tapi di kebangkitan Saudara akan melihat Allah adalah businessman yang sejati, platformnya adalah bumi yang baru, semua orang akan dimaksimalkan bakatnya di dalam pengaturan Tuhan. Maka orang yang menjalankan bisnis akan mengatakan “saya akan melihat model bisnis yang sempurna nanti pada waktu kebangkitan”. Demikian ketika Saudara melakukan apa pun untuk memberkati hidup manusia, pada akhirnya Saudara mengatakan “yang saya kerjakan tidak pernah mencapai kesempurnaan”, tapi Saudara ingin yang Saudara kerjakan ingin mencapai kesempurnaan, maka keinginan Saudara akan dipuaskan dalam kebangkitan. Lain dengan Adam, Adam kerja mati-matian, cari makan supaya bertahan hidup sampai mati, terus apa gunanya? Kerja untuk hidup sampai mati, aneh. Tapi kalau di dalam Kristus, kerja supaya menjadi berkat sampai mati supaya bisa lihat kebangkitan yang menyempurnakan apa yang saya kerjakan. Kristus mengerjakan pekerjaan Allah dan Dia menikmatinya pada waktu kebangkitan. Saudara mengerjakan pekerjaan Allah dalam setiap bidang karena Saudara tadi sudah mengatakan seluruh bumi milik Tuhan, setiap bidang pun milik Tuhan. Saudara kerjakan semua bidang itu dengan berharap “pada akhirnya aku akan bangkit dan menikmati Tuhan menyempurnakan yang aku usahakan”. Pada saat itu Saudara sadar selama ini sedang hidup. Waktu Saudara sadar yang dikerjakan akan disempurnakan pada kebangkitan, Saudara sadar Saudara sedang jalani hidup bukan jalani kematian, ini hal kedua.
Hal terakhir, dalam Kitab Kejadian kematian juga disimbolkan atau dicerminkan melalui kekacauan relasi. Adam tidak tahan kalau ada Hawa, tapi juga tidak bisa tanpa Hawa. Ini membingungkan, dan ini relasi kita, kita sulit dengan adanya orang lain, tapi kita juga sulit kalau tidak ada orang lain. Yang lebih parah akhirnya berujung pada gangguan terhadap kehadiran sesama. Bahkan muncul konflik, perang, saling membunuh. Mengapa Kain membunuh Habel? Karena kematian. Tapi bukannya mereka hidup? Mereka hidup dalam kematian, paling tidak Kain membunuh Habel. Mengapa Kain membenci Habel? Di dalam Kitab Kejadian, tafsiran yang diberikan adalah tafsiran yang berguna untuk Israel, orang fasik selalu membenci orang benar. Dan yang menandakan seorang fasik adalah dia tidak mampu mengalahkan kebenciannya. Saudara kalau tidak sanggup mengalahkan kebencian, berarti Saudara orang fasik. Kitab Kejadian tidak terlalu membahas tentang detail yang penting, mengapa Kain membunuh Habel? Jawabannya adalah karena Kain membenci Habel. Dia merasa Habel gangguan, mengapa persembahan Habel diterima sedangkan persembahannya tidak diterima? Alasannya tidak ditulis, karena bukan itu isunya. Ini bukan masalah memberi persembahan harus seperti apa, karena Alkitab tidak memberi tahu persembahan harus seperti apa. Kalau Saudara lihat di dalam Kitab Suci, persembahan yang dipakai oleh Kain dan Habel, keduanya ada di Imamat. Kain ditolak persembahannya bukan karena alasan yang jelas, Tuhan tidak memberitahu alasannya. Alkitab sengaja tidak memberi tahu supaya Saudara fokus ke hal yang Alkitab mau beri tahu. Tapi kita terbalik, kita cari tahu apa yang Alkitab tidak beri tahu, akhirnya kita tidak fokus ke berita yang Alkitab mau beritakan. Interprate the bible not kepo-in the bible. Kain itu fasik dan dia mati, bukan karena dia dibunuh baru mati, tapi karena dia membunuh maka dia mati. Ketika Kain mengatakan “jangan suruh aku untuk pergi, nanti aku dibunuh oleh orang lain”. Tuhan beri tanda, Tuhan mau memberi tahu sekalipun dia tidak dibunuh, sekarang dia sudah mati, kamu sedang tidak hidup, tidak perlu takut dibunuh, sekarang kamu sedang tidak hidup. Alkitab sedang menyatakan karena manusia jatuh dalam dosa manusia tidak mengerti apa komunitas, dan karena itu manusia mati. Manusia sibuk melihat dirinya lalu bawa dirinya ke komunitas, akhirnya rusak semua. Tapi itu di dalam Adam. Di dalam Kristus lain, Kristus memberi diri bagi yang lain. Dia membentuk komunitas yang saling mencintai. Kristus membentuk komunitas yang dikacaukan oleh Adam. Inilah hidup, hidup di dalam komunitas, hidup di dalam kasih, hidup di dalam kerelaan untuk menjadi berkat bagi yang lain. Tiga hal ini sangat penting, apa itu mati? Mati itu terbuang dari Allah, tidak menyadari bahwa bumi ini milik Allah. Mati berarti Saudara kerja tapi akhirnya mati. Mati berarti Saudara terbuang dari sesama, tidak bisa menikmati hidup dalam kasih dengan sesama. Tapi di dalam Kristus, kita kembali dibawa ke hadapan Tuhan, menikmati Tuhan sebagai Allah atas dunia ini. Di dalam Kristus kita akan dibawa ke pekerjaan yang tidak sia-sia karena ada kebangkitan. Di dalam Kristus kita dibawa dalam satu komunitas yang mengasihi di dalam gerejaNya. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)