Yang kedua, Taman Eden juga mengisahkan bahwa kematian adalah usaha yang akan menuju kepada mati. Ini yang Tuhan katakan kepada Adam, “karena engkau sudah melakukan ini, engkau akan terusir dari taman ini, dengan berpeluh engkau akan mengusahakan makananmu. Semak duri yang akan dihasilkan oleh tanah dan kamu akan mati, akan kembali kepada tanah. Dari tanah engkau diambil dan kepada tanah engkau akan kembali, sebab engkau diambil dari tanah”. Ini berbicara tentang usaha yang sia-sia. Mati bukan hanya tidak beroperasinya kembali bagian-bagian yang vital dari tubuh kita. Kitab Kejadian tidak memunyai perspektif medis abad 20 atau 21 waktu mencatat tentang mati. Kitab Kejadian punya perspektif mati berarti terbuang dari keindahan hidup. Apa indahnya hidup kalau Saudara meniti karier akhirnya ujung-ujungnya mati, itu kan absurb. Ada cerita Yunani yang mencerminkan tentang kerja manusia, cerita tentang Sisyphus. Dia adalah raja yang hebat, jahat sekali, licik, kaya karena pintar menipu orang. Akhirnya sudah mati pun dia hidup lagi karena dia menipu dewa kematian. Dia menipu dewa kematian sebanyak dua kali, pertama kali sudah tertipu, kedua kalinya juga tertipu. Dewa kematian tertipu dua kali, itu buruk sekali untuk catatan rekor dia sebagai dewa. Maka dewa ini memprovokasi Zeus, sehingga menangkap Sisyphus, dan dia tidak dimatikan karena percuma, begitu dimatikan dia akan hidup lagi terus. Akhirnya dia diberi tugas yaitu untuk mendorong bola ke atas, tapi bola itu akan jatuh lagi, bola itu adalah matahari. Saudara merasa pekerjaan Saudara seperti Sisyphus? Orang yang mati seperti itu, kerjanya sia-sia. Seringkali orang mengatakan “hidup saya tidak sia-sia, hidup saya penuh dengan target demi target”, omong-kosong. Saudara mau pilih karier lalu kejar seperti apa? Kita kerja untuk apa, kita hidup untuk apa? Saya beri tahu satu hal, di luar Tuhan Yesus hanya ada Adam, yang kata Tuhan pekerjaannya adalah mengatur makanan, cari makan di tanah yang gersang, yang hanya menumbuhkan semak duri. Lalu akhirnya ada makanan yang dicari dengan peluh, tapi akhirnya mati, itu yang Tuhan katakan tentang Adam. Apakah kita mengalami itu? Mungkin Saudara mengatakan “saya tidak, pak. Pekerjaan saya tidak menghasilkan semak duri, saya ada di tanah yang subur. Saya bekerja 4 jam, dapatnya 400 juta per minggu”, saya akan mengatakan kalau Saudara tidak bekerja di tanah yang subur. Karena pekerjaan yang dikerjakan lewat Adam yang jatuh adalah pekerjaan yang tidak berkait dengan kekekalan karena berujung pada mati. Frustasi manusia paling besar adalah menjalani hidup yang tidak ada guna. Saudara kalau tidak berguna, Saudara akan rasa hidup itu sia-sia. Dan guna kita seringkali ditafsirkan dengan salah oleh dunia ini. Sehingga banyak orang merasa tidak berguna karena sudah diintimidasi dengan pengertian guna dari dunia ini. Misalnya Saudara tidak dianggap berguna karena penghasilannya kecil, sehingga orang yang penghasilannya kecil bisa sakit hati, bisa merasa diri tidak berguna. Tapi standar dunia itu salah, standarNya Tuhan jauh lebih indah yaitu kamu akan berhasil dalam pekerjaanmu kalau pekerjaanmu adalah pekerjaan yang menantikan kesempurnaan di dalam kebangkitan, ini poin penting di dalam Alkitab. Kerjamu penting kalau yang kamu kerjakan akan mendapatkan kesempurnaan di dalam kebangkitan. Apa yang saya perjuangkan, kalau saya berjuang hanya dalam level hidup yang sementara ini lalu berujung mati, saya sedang tidak menjalani hidup. Manusia harus bekerja, dan manusia bisa bekerja dalam versi Adam, mati, atau versi Kristus. Kristus juga kerja, Dia mengatakan “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun juga bekerja”, kerjaNya Kristus adalah kerja yang akan dikonfirmasi lewat kebangkitan. Kapan Yesus bertahta? Setelah mati. Di Mazmur 2 dikatakan Tuhan sendiri melantik Dia di gunungNya yang kudus, “Engkau adalah AnakKu, AnakKu Engkau. Engkau telah Kuperanakan pada hari ini”, ada hari lagi di situ. Hari apa? Tentu itu adalah hari bertahtaNya Tuhan. Tuhan bertahta, ini adalah hari Sabat. Kapan Tuhan bertahta? Hari Sabat. Kapan Kristus bertahta? Hari Sabat. Kristus bertahta setelah Dia mati di kayu salib, itu sebabnya Dia mati di Hari Jumat. Kalau dihitung ini indah sekali, Dia mati di Hari Jumat, lalu Hari Sabat beres semua, kemudian Hari Minggu adalah the first new day, itu semua teratur. Hari Jumat Dia mati, Hari Sabtu adalah hari perhentian, hari bertahta, dan Hari Minggu adalah the new day. Ini namanya tiga hari, hari kematian, hari bertahta dan hari baru, itu cara hitung harinya. Bukan seperti Jumat sore mati, kemudian Hari Sabtu, dan Minggu pagi bangkit, berarti 1 hari lebih Yesus mati. Itu tidak nyambung. Itu hari baru, Dia bangkitnya harus pagi-pagi sekali. Pagi-pagi sekali murid-murid datang dan Dia sudah bangkit, ini adalah the new day. Kristus mati, baru Dia bertahta. Dia tidak bertahta waktu Dia mati, setelah Dia mati baru Dia bertahta. Tapi Saudara jangan mengatakan “berarti setelah Yesus mati, Dia langsung bertahta”, bukan seperti itu. Sabat itu simbol untuk tahta Kristus. Dan Minggu adalah simbol untuk hari baru. Jumat adalah hari kematian, Sabtu adalah simbol untuk hari tahta, dan Minggu adalah simbol untuk hari yang baru. Kristus menjalankan pekerjaanNya sampai mati dan kesempurnaan dari pekerjaanNya Dia peroleh dalam kebangkitan. Kalau kita kerja dan berharap kesempurnaan kerja kita ada pada kebangkitan, maka kita adalah orang yang kerja mirip Kristus, bukan mirip Adam. Kalau Saudara kerja mirip Adam, Saudara mati, Saudara tidak menikmati hidup. Saudara hanya menikmati nikmat palsu, “saya bisa jalan-jalan, punya rumah, punya mobil”, siapa yang bisa menikmati hidup dengan cara seperti itu? Kalau Saudara melakukan sesuatu, yang Saudara kerjakan itu berefek, itu memberikan kenikmatan lebih dari apa pun.

« 4 of 5 »