Tekanan Kitab Kejadian adalah ada indahnya ciptaan dan kamu tidak mau ambil bagian di dalamnya. Ada kelimpahan ciptaan, Tuhan sudah ciptakan semua dengan sangat teratur, dengan penuh keindahan, seluruh cintaNya dicurahkan Tuhan untuk mencipta dan manusia tidak mau ambil bagian. Ini bodohnya luar biasa. Maka sebenarnya kejatuhan manusia adalah kisah terbodoh sepanjang sejarah yang sampai sekarang kita tangisi, “mengapa manusia tidak mau ikut programNya Tuhan?”. Manusia mau reinterpretasi bait ini. Ini sama dengan Saudara berada di dalam rumah sebagai tamu atau mungkin sebagai pembantu, lalu Saudara reinterpretasi rumah itu, tapi itu kan tidak mungkin. Manusia tidak boleh reinterpretasi bumi ini, manusia tidak boleh reinterpretasi hidupnya sendiri, tidak bisa. Tapi tindakan makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat menyimpulkan hal itu. Ini adalah turning point, “kamu mau seenaknya di bumiNya Tuhan? Tidak bisa, kamu tidak bisa hidup kalau begitu”. Ini bukan ancaman Tuhan dengan mengatakan “kalau kamu makan, Aku bunuh”, tidak ada perkataan itu. Tuhan tidak bunuh, tapi otomatis manusia mati, itu yang kita lihat dari kisah penciptaan, sayang kita tidak baca itu. Tapi Kitab Kejadian menjelaskan dengan jelas karena Kitab Kejadian mengatakan Tuhan membentuk manusia dari tanah. Bagi orang Timur Dekat Kuno, membentuk dari tanah itu jelas artinya dan Saudara tidak perlu cari jauh-jauh, Saudara akan tahu artinya dari tanah adalah mati. Tuhan membentuk manusia di dalam keadaan begitu fragile sehingga dia gampang mati. Tuhan membentuk manusia dari tanah dan ketika manusia jatuh dalam dosa, Tuhan mengatakan “kamu akan bekerja mencari makananmu dengan berpeluh tapi semak duri yang akan dihasilkan tanah sampai engkau menjadi tanah karena engkau diambil dari tanah”. Bahasa ini jelas, manusia diambil dari tanah jadi manusia tidak punya kekekalan di dalam dirinya. Lalu bagaimana supaya tidak mati? Makanlah dari pohon kehidupan, ini simbol. Kalau Saudara tidak datang ke Tuhan, Saudara mati. Tuhan tidak menaruh baterai kekal dalam diri kita, Saudara harus interaksi dengan Tuhan, Saudara harus berelasi dengan Tuhan, baru bisa hidup. Maka Tuhan tidak perlu bunuh manusia. Momen manusia terpisah dari Tuhan, dia akan mati. Maka jangan salah melihat Kitab Suci, terutama di dalam Surat Roma ketika Paulus mengatakan penghakiman, Tuhan menjatuhkan hukuman, ini semua adalah untuk keindahan ciptaan. Tuhan tidak pernah menghakimi untuk tujuan lain, tujuannya adalah untuk kebaikan ciptaan, kelimpahan ciptaan dan keindahan ciptaanNya. Tuhan menghakimi untuk membuat ciptaanNya lebih baik. Maka kalau dikatakan Tuhan menghakimi Adam, ini berarti Tuhan memberikan kepada Adam pilihannya dia sendiri, dan pilihannya dia adalah terpisah dari hidup, itu sebabnya dia mati. Makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat bukan hanya sekedar makan, karena ada 3 istilah penting dari penciptaan yang diputar-balikan lewat peristiwa memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Yaitu mengenai standar baik, mengenai pengulangam “sungguh amat baik”, “matinya mati” dan yang ketiga adalah “pada hari”. Pohon ini adalah simbol untuk membuat manusia memilih kamu mau ikut yang mana, ikut lanjut ciptaan yang Tuhan sudah develop, Tuhan sudah kerjakan sebaik mungkin, Tuhan sudah berikan hatiNya di situ, atau kamu mau pilih jalan lain? Dan ini adalah peristiwa menyedihkan, Adam pilih jalan lain. Paulus mengatakan di bagian sebelumnya, bahwa maut berkuasa atas semua, bukan hanya Adam, meskipun orang-orang lain tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti Adam, caranya lain essensinya sama. Caranya bukan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, tapi essensinya sama, yaitu kita pilih jalur sendiri, kita menolak ke-Tuhan-anNya Tuhan, kita menolak The Lordship of The Lord. Kita menolak Tuhan, maka kita mati. Kematian harus ditafsirkan bukan hanya di dalam pribadi Adam, tapi juga di dalam konteks ketika Adam jatuh dalam dosa.
Maka ada 3 hal yang hilang bisa kita tafsirkan sebagai mati. Pertama, mati adalah terusir dari hadirat Tuhan, itu yang jelas sekali. Jika bumi ini adalah baitNya Tuhan, lalu manusia memilih untuk menjalani versinya sendiri dari bait ini, maka dia mati. Dia mati karena dia terusir dari hadapan Tuhan dan Tuhan tidak akan menyerah terhadap bumi ini. Ini yang bentur dan membuat manusia tersingkir. Tuhan menciptakan seluruh bumi dan Tuhan tidak berhenti untuk mengklaim bumi ini menjadi milikNya. Waktu manusia jatuh dalam dosa, Tuhan tidak mengatakan “bumi sudah gagal, Aku akan membuat planet lain jadi bumi yang baru”. Tuhan mengatakan “bumi ini akan Aku bersihkan, bumi ini yang akan Aku buat sempurna”. Tuhan akan berdiam di sini sebagai baitNya dan berjuang untuk bumi ini menjadi milik Dia lagi. Dan ini berita buruk bagi orang-orang yang tidak mau ikut Tuhan karena berarti tidak ada tempat bagi mereka dibumi ini, itu mati. Kita menikmati hidup yang sementara ini dan akhirnya kita mati, “kamu adalah tanah dan dari situ kamu akan kembali”, itu kalimat jelas sekali. Tuhan tidak menghukum mati manusia, Tuhan cuma biarkan manusia menjadi apa adanya dia tanpa Tuhan. Dan tanpa Tuhan, manusia adanya mati. Kematian menjadi tidak terhindarkan, menjadi bagian dalam hidup kita, karena kita terpisah dari Tuhan. Lalu tanda kita terpisah dari Tuhan adalah bukan hanya karena Adam makan buah itu, lalu kita otomatis terpisah meskipun kita baik. Tidak seperti itu, kita pun lakukan hal yang sama secara essensi. Kita terpisah dari Tuhan, kita hidup tanpa Tuhan, kita jalankan hidup tanpa pedulikan Tuhan. Seringkali kita salah mengerti tentang kehendak Tuhan, Pak Jadi membahas bahwa kesalahan kita mengerti kehendak Tuhan adalah bahwa kita tidak tahu Tuhan menginginkan kita dengan lepas dan bebas pilih alternatif yang ada, tapi dengan diikat oleh kecintaan kepada Tuhan dan sesama, itu mengerti kehendak Tuhan. Seringkali kita salah apa itu mengerti kehendak Tuhan, “berarti saya harus ke universitas ini atau itu? Cari kehendak Tuhan, Tuhan kira-kira ingin kita ke kiri atau ke kanan?”. Pak Jadi banyak menyindir dengan mengatakan “ketakutan kita bukan ketakutan mendukakan hati Tuhan, ketakutan kita adalah hidup kita lebih parah kalau salah pilih”. Jadi waktu kita mengatakan “Tuhan, mana kehendakMu?”, sebenarnya dibalik itu, “Tuhan, saya tidak mau repot, mana jalan yang benar supaya tidak repot.” Itu bukan mencari kehendak Tuhan, itu namanya mencari ketidak-repotan. Dan Tuhan tidak mau peduli kepada orang-orang yang concern utamanya tidak mau repot. Kalau Saudara mengatakan “saya ingin tahu kehendak Tuhan”, kehendak Tuhan itu lebih repot karena kehendak Tuhan adalah mematikan diri, mencintai Tuhan dan mencintai sesama. Maka, Pak Jadi mengingatkan kehendak Tuhan adalah engkau mencintai Tuhan dan melakukan apa yang perlu untuk membuktikan cinta itu, apa pun itu. Seringkali orang yang tidak mau repot justru diberikan kerepotan yang extra repot. Ini bukan nubuat, tapi kalau Saudara tidak suka repot, selamat datang di dunia repot yang Saudara tidak bisa hindari. Kehendak Tuhan adalah Saudara menjalankan kecintaan kepada Tuhan supaya dunia tahu bumi ini milik Tuhan, itu prinsip penting untuk mengerti hidup di hadapan Tuhan.