Itu sebabnya kalau Saudara melihat Roma 5:12, bagian ini akan mengarahkan kita lihat Kitab Kejadian. Dan waktu Saudara melihat Kitab Kejadian, Saudara harus belajar mengenai sungai budaya pada zaman 3.500 tahun yang lalu. Ini tidak mungkin Saudara pelajari sendiri di rumah. Saudara harus rindu, Saudara harus membaca Alkitab di dalam komunitas dan ini menjadi keunggulan membaca dalam komunitas, di dalam gereja. Saudara diberitahu apa yang menjadi latar belakang Kitab Suci, bukan spekulasi liar tapi studi yang ada kesimpulan mainstream-nya, benar-benar bisa diakses. Saya mau tanya, kalau Saudara kembali ke Kitab Kejadian, karena di sini bicara tentang Adam, dosa masuk karena Adam, Saudara mesti tahu setting doktrin penciptaan. Dan kalau kita baca kisah penciptaan, cara kita baca dengan cara orang baca 3.500 tahun yang lalu, pasti beda. Seumpama kita mundur, saya pakai contoh John Walton, dia mengatakan kalau Saudara pindah memakai mesin waktu, seumpama saya memakai mesin waktu untuk pergi ke 3.500 tahun yang lalu, saya juga membawa Alkitab Bahasa Ibrani. Ketika pergi ke 3.500 tahun yang lalu, saya undang orang-orang untuk baca, akhirnya ada orang dari Mesir temani saya, ada orang dari Mesopotamia temani saya. Mereka mengatakan “dahsyat sekali Kitab Sucimu”. Orang zaman dulu akan mengatakan Kejadian 1 itu punya setting membangun kuil. Bahasanya Tuhan sedang membangun kuil. Saudara membangun kuil tidak mungkin hanya dalam satu hari, perlu waktu yang lama. Kita tidak mengerti, tapi orang Mesopotamia mengerti. Maka kalau mereka membaca Kitab Suci orang Israel, mereka akan menemukan teks yang sangat kontroversial, akan bentur dengan pengertian umum pada waktu itu. Tidak ada bangsa yang berpikir bahwa seluruh bumi ini kuil. Semua bangsa akan berpikir “kuil adalah bangunan yang kami buat untuk dewa kami”. Kuil yang paling rumit mungkin zigurat, ini pengertian 3.500-3.800 tahun yang lalu. Zigurat adalah bangunan untuk memikat dewa-dewa untuk datang. Dan zigurat dibangun dalam bentuk tangga, bagian paling atas biasanya ada tempat panggang daging. Aroma dari daging yang dipanggang akan kemana-mana, dan dewa yang sedang lewat akan mencium baunya. Begitu dewa mencium baunya yang enak, dewa akan mampir ke zigurat dan makan. Setelah dia makan dan merasa enak, dia akan turun. Begitu dia turun sudah ada kuil, maka dewa yang tadinya hanya mampir untuk makan, akan turun dan berdiam di kuil. Di dalam setting Kejadian 1, Allah masuk ke Sabat dan dikatakan dihari ke-7 Allah beristirahat. Beristirahat bukan tidur siang, beristirahat berarti berdiam di kuil. Mana kuilnya Allah? Bumi. Allah sedang menyiapkan bumi menjadi kuilNya, menjadi Bait Suci. Gambaran ini tidak ada dalam budaya mana pun. Tapi cultural river-nya mirip, yaitu ada membangun bait, lalu Allah beristirahat atau berdiam di bait, ini yang dibagikan di Kejadian 1 & 2. Paulus mau mengajak kita kembali ke Kejadian 1 & 2, dan kita mesti membaca dalam perspektif mereka. Berarti kalau Saudara membaca dengan cara yang tepat, Saudara harus mengubah cara memandang dunia ini. Saudara harus belajar melihat dunia kita sama seperti kalau Saudara melihat tempat suci. Tempat suci agama mana pun akan diperlakukan dengan spesial, Saudara masuk tempat ibadah, ada batas suci. Jadi Tuhan sedang setting seluruh dunia sebagai bait. Seluruh bumi adalah bait, seluruh bumi adalah tempat Tuhan berdiam, seluruh bumi adalah suci, seluruh bumi tidak boleh dijalani dengan sembarangan. Maka Tuhan ciptakan manusia sebagai gambar Allah, image. Di kuil ada gambar, ada image. Kita salah mengerti lagi, karena cultural river yang berbeda, bagi kita gambar adalah 2 dimensi, seperti gambar-gambar yang kita lihat saat ini. Tapi zaman dulu tidak mengerti gambar saat ini. Ketika dikatakan manusia adalah gambar Allah, itu bukan berarti manusia menjadi gambar di atas kertas seperti ini. Zaman dulu gambar itu patung, tidak ada gambar bentuk 2 dimensi, gambar adalah patung. Manusia adalah patungnya Tuhan. Patung berhala ditaruh dimana? Di kuil. Patungnya Tuhan ditaruh di mana? Di kuil, yaitu seluruh bumi. Sehingga kalau ditanya “Bait Suci dimana?”, Saudara akan mengatakan “seluruh bumi adalah Bait Suci”. Kalau seluruh bumi adalah Bait Suci, apa peran manusia di sini? Perannya adalah manusia menjadi gambar Allah, manusia itu gambar Allah, manusia harus belajar hidup sebagai imam. Imam melayani di bait, di dalam kuil, manusia melayani di bumi, di dalam kuil. Jadi Kejadian 1 memberikan satu-satunya gambaran bahwa seluruh bumi adalah BaitNya Tuhan dan manusia adalah imamNya Tuhan sekaligus imageNya Tuhan di bumiNya Tuhan. Sehingga apa pun yang kita lakukan adalah sebagai image dan sebagai imam. Apa yang kita kerjakan harus kudus, karena kita berada di dalam bumi yang adalah BaitNya Tuhan. Bumi adalah BaitNya Tuhan, manusia adalah gambar Allah, manusia adalah imam, lalu apa yang dikerjakan di dalam kuil? Salah satunya beribadah, hal lain adalah memelihara kuil. Imam di kuil memelihara kuil dan beribadah, manusia di bumi memelihara bumi dan beribadah. Ini yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Tapi Kejadian 3 menggambarkan kejatuhan. Mengapa bisa ada kejatuhan? Karena manusia memutuskan untuk menjadikan hidupnya miliknya sendiri, dimulai dengan menentukan mana baik dan mana jahat. Ini penting untuk kita ketahui, di dalam Kitab Suci, kata baik di Kejadian 1, 2 dan 3 itu berkait dengan kepantasan untuk menjadi bait. Tuhan melihat ciptaan dan mengatakan baik. Apa arti baik? Baik ini bukan sekedar hanya pengertian moral, bukan sekedar baik dalam pengertian berfungsi. Baik berarti dalam bagian ini pantas dijadikan bagian dari tempat suciNya Tuhan. Waktu Tuhan melihat segala sesuatu dan mengatakan “sungguh amat baik”, berarti segala sesuatu yang diciptakan di bumi oleh Tuhan, pantas untuk masuk dan berbagian ke dalam tempat suciNya Tuhan. Maka pohon yang baik dan jahat punya pengertian ke situ. Jadi ini bukan hanya berbicara tentang moral, ini bukan hanya berbicara mana perbuatan baik dan mana perbuatan jahat. Dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat menunjukan bahwa standar pantas atau tidak pantas hanya dari Tuhan, bukan dari manusia. Manusia boleh menamai binatang, manusia boleh menamai bintang-bintang di langit, benda-benda langit dinamai oleh manusia. Tapi menentukan mana pantas masuk ke dalam tempat suci dan mana yang tidak, hanya Tuhan yang berhak. Maka yang ditawarkan oleh ular kepada Adam adalah keputusan Adam untuk menjadikan seluruh bumi menjadi netral, ini bahaya. Seluruh bumi menjadi netral, bukan kuil lagi, bukan Bait Suci. Seluruh bumi menjadi netral, lalu manusia memulai program yang Allah sudah selesaikan yaitu membangun bait lagi. Manusia ditawari oleh ular bukan hanya makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, tapi ada sesuatu yang terkandung dibaliknya, yaitu manusia akan menentukan kembali mana baik mana jahat. Itu berarti mundur ke proses penciptaan yang Tuhan sudah bereskan. Tuhan sudah menyelesaikan penciptaan untuk menentukan mana baik mana jahat, dan Tuhan mengatakan semua baik. Sekarang manusia berada di dalam keadaan memutuskan kembali, menginterpretasi ulang, memulai kembali proyek yang Tuhan sudah bereskan. Tapi kalau manusia mulai lagi proyek, maka manusia membuat bumi menjadi tempat yang asing bagi kemuliaan Tuhan, tapi akrab dengan pendapat manusia sendiri. Mana baik dan mana jahat menurut manusia. Makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat menandakan manusia akan melakukan tindakan mana pantas dan mana yang tidak, bukan lagi untuk Tuhan tapi untuk dirinya. Sehingga yang terkandung di dalam tawaran ular untuk makan adalah tawaran untuk membangun dunia yang baru, membangun bumi yang baru dengan tawaran standar baik dan jahat dari manusia, bukan dari Tuhan, ini problemnya. Dan itu yang Adam lakukan, itu yang Saudara dan saya lakukan. Kita membangun kembali kehidupan kita untuk kita. Kalau Saudara membangun hidup Saudara bukan sebagai ibadah kepada Tuhan, Saudara tidak membangun hidup Saudara untuk Tuhan, Saudara sedang membangun hidup Saudara yang bukan Tuhan. Berarti Saudara bukan membangun kuil untuk Tuhan, bukan membangun bait untuk Tuhan, Saudara sedang membangun kuil untuk berhala. Jadi sama jahatnya orang Filistin membangun kuil untuk Dagon, demikian jahatnya kalau kita bangun hidup kita tapi kita tidak isi untuk kemuliaan Tuhan. Dan ini problem besar, Adam melakukan itu dan kita sekarang kita lakukan itu. Kalau kita ditanya dengan jujur “kamu menikah untuk apa, kamu kerja untuk apa, kamu studi untuk apa, kamu menghasilkan uang untuk apa, kamu meniti karier untuk apa, kamu pikirkan pekerjaan untuk apa”, jawabannya adalah “untuk membangun hidup saya. Saya membangun hidup dimana saya adalah allahnya. Manusia jadi tuhan yang membuat mikrokosmos, manusia membangun dunianya sendiri yang mau pisah dari dunianya Tuhan, ini problemnya Adam. Maka kita tidak bisa membaca Kejadian 3 hanya dengan pendapat kita sekarang. Mengapa maut datang karena Adam salah makan buah? Karena Saudara gagal membaca dari sudut pandang orang 3.500 tahun yang lalu. Mengapa orang zaman dulu tidak punya pemikiran kalau seluruh bumi adalah bait? Karena mereka tidak punya satu Allah, mereka punya banyak ilah. Masing-masing ilah perlu baitnya sendiri, perlu kuilnya sendiri, maka tidak ada allah yang mengatakan “seluruh bumi adalah kuilku”. Hanya Allah sejati yang mengatakan itu, hanya Yahweh, Allah Abraham, Ishak, Yakub mengatakan “seluruh bumi adalah baitKu. Aku mau bertahta di situ dan seluruh kemuliaanKu akan penuhi bumi”, ini yang Tuhan mau nyatakan. Tapi manusia menjadi berhala karena manusia membangun di buminya Tuhan, bait bagi dirinya sendiri, rumah bagi dirinya sendiri, bangun keturunan, cari nama bagi diri sendiri, cari kekayaan, memuaskan hawa nafsu, segala hal yang ditujukan untuk diri itu yang dibangun, ini kesalahan yang terjadi. Ketika manusia sudah salah, manusia tidak menjadi imam bagi Tuhan, manusia tidak menjadi gambar Allah di bumiNya Tuhan, maka manusia seharusnya disingkirkan, karena ini kuil, ini tempat suci. Di tempat suci tidak boleh ada yang tidak baik, yang jahat mesti disingkirkan. Kalau begitu manusia yang sudah memberontak, seharusnya disingkirkan? Iya, manusia tidak berhak dapat tempat di bumi ini lagi. Tapi mengapa manusia masih dibiarkan Tuhan tinggal di bumi ini? Karena mau ada penebusan. Penebusan itu untuk membalikan kita dari keadaan hidup untuk diri menjadi kembali hidup untuk Tuhan, ini penting. Dosa adalah ketika manusia mengabaikan Tuhan, hidup untuk diri. Waktu saya hidup untuk Tuhan, baru saya berfungsi sebagai gambar Allah, sebagai image of God, sebagai imam di bumiNya Tuhan.