Ayat 12 ada beberapa hal yang perlu kita pahami dengan benar. Pertama adalah dosa masuk ke dalam dunia. Mengapa dosa bisa masuk ke dalam dunia? Lewat kejatuhan Adam. Ini sesuatu yang harus kita tafsirkan dengan pemahaman yang sama dengan Paulus. John Walten, seorang ahli Perjanjian Lama mengatakan bahwa di dalam setiap zaman ada sungai budaya, ada cultural river. Sungai budaya berarti sesuatu yang sangat kuat mempengaruhi seluruh budaya yang kecil pada zaman itu. Saat ini kita punya sungai budaya sendiri. Dan sungai budaya yang kita pahami adalah sungai budaya yang besar mempengaruhi budaya dimana-mana, di Amerika, di Afrika, di Indonesia, di mana pun. Salah satu sungai budaya di zaman kita adalah internet, Saudara akan mengatakan Google dan orang Amerika tahu apa itu Google. Hanya sedikit orang yang tidak mengerti apa itu Google. Sains juga adalah sungai budaya zaman sekarang. Scientific mind, cara berpikir saintifik ini pun dari sunga budaya saat ini. Tapi 1.000 tahun yang lalu sungai budayanya lain. Waktu kita mencoba tafsirkan Alkitab memakai sungai budaya kita, kebiasaan budaya kita, kita akan salah tafsir. Maka hal yang diperlukan adalah kita gali apa yang menjadi sungai budaya pada waktu zaman Alkitab itu ditulis. Apakah mungkin memahami sungai budaya yang sudah lewat 3.500 tahun yang lalu? Saya hidup di abad 21, Injil ditulis di abad pertama, ada gap yang jauh. Apakah mungkin kita menyelidiki sungai budaya atau budaya umum. Kalau kita mengatakan sungai budaya atau budaya umum, ini istilah sosiologi, berarti Saudara memahami sebuah budaya akan ditarik oleh banyak budaya yang lain. Budaya Indonesia berbeda dengan budaya Amerika, tapi baik budaya Indonesia dan budaya Amerika ambil dari sungai budaya yang sama, jadi mainstream budaya. Demikian juga pada abad pertama, 3.500 tahun yang lalu, ada sungai budaya yang darinya kebudayaan Mesopotamia, kebudayaan Mesir, kebudayaan Israel, kebudayaan Het, atau kebudayaan Ugarit itu berkembang. Kalau sudah lewat 3.500 tahun yang lalu apakah masih mungkin kita gali dan selidiki? Ini pertanyaan yang biasanya dipakai orang untuk meragukan Alkitab, membuat kita meragukan Kitab Suci. Coba Saudara pikir apakah mungkin kita ketahui peristiwa 2.000 tahun yang lalu. Jangankan 2.000 tahun yang lalu, saya tanya Saudara apa yang terjadi 20 tahun lalu pun, Saudara tidak bisa punya kepastian detail. Ini yang biasanya dilemparkan oleh orang skeptis yang membuat kita meragukan Alkitab. Saudara tidak bisa tahu apa yang terjadi 20 tahun sebelumnya, bagaimana Saudara mengetahui apa yang terjadi 2.000 tahun sebelumnya. Yang membuat peristiwa 2.000 tahun yang lalu, yang tercatat dalam Kitab Suci kita, begitu mudah diakses adalah karena banyak diteratur. Tanpa literatur membuat zaman sulit diakses. Mengapa Eropa pada 1.500 tahun yang lalu dapat dengan mudah kita ketahui, sedangkan apa yang terjadi di Indonesia pada 1.500 tahun yang lalu sulit sekali diketahui dengan pasti? Salah satunya adalah karena jomplangnya catatan. Catatan yang diperoleh oleh kita dari sejarah Indonesia jauh lebih sedikit, meskipun banyak, jauh lebih sedikit dibandingkan catatan di Eropa. Jadi jangan pikir kejadian tidak bisa diakses karena sudah 3.500 tahun yang lalu. Maka akses ke sana ada, dan pemahaman itu akan menjadi school of thought, menjadi aliran studi yang mainstream. Saya perlu tekankan ini, aliran studi yang mainstream ini berlawanan dengan pseudo science. Ilmu itu ada ilmu mainstream dan ada ilmu yang diragukan. Kalau Saudara belajar kedokteran, Saudara tahu bahwa antibiotik bisa membunuh bakteri, ini studi mainstream, antibiotik membunuh bakteri. Tapi kalau misalnya jeruk nipis bisa membunuh virus corona, itu ilmu mainstream atau pseudo science atau apa? Saudara mengatakan “itu hoax”, ini bahkan bukan pseudo science. Saudara tahu ini adalah studi yang tidak bisa dipegang. “Saya minum jeruk nipis, korona hilang”, itu berurutan tapi tidak berkaitan, itu namanya bukan sains. Ada ilmu sejarah yang baku, yang mainstream, ada ilmu sejarah yang kerjanya hanya mengganggu mainstream. Penafsiran Perjanjian Baru ada studi dan kesimpulan mainstreamnya. Kesimpulan mainstream salah satunya adalah di surat pertama dari Paulus, dianggap surat awal di Perjanjian Baru, sampai tulisan terakhir, masih ada perdebatan tapi banyak yang mengatakan Yohanes dan Wahyu itu kitab yang terakhir, seluruh kitab ini adalah kanon yang dianggap firman oleh gereja di abad pertama, ini mainstream. Kalau Saudara menolak ini, Saudara akan bermain dengan spekulasi yang tidak ada bukti yang jelas. Ini problem dari banyak orang yang mengkritik Alkitab. Banyak orang termasuk ahli Perjanjian Baru dari Princeton, yaitu Bart Erhman. Tapi kalau Saudara baca argumen dia, baca apa yang dia simpulkan, beda dengan mainstream. Kalau Saudara mengatakan “beda dengan mainstream tidak tentu salah”, kesimpulannya dia beda dengan mainstream. Untuk teologi menjadi mainstream, menjadi arus utama di dalam dunia teologi, dia perlu diback-up dengan argumen kuat. Sayang banyak orang awam membaca Bart Erhman lalu terpukau, itu tidak mainstream karena argumennya tidak kuat. Kalau Saudara melihat Perjanjian Baru membahasakan ketaatan kepada Kristus, ini pakai logika bukan pakai iman, Saudara akan melihat bahwa penulis Perjanjian Baru menekankan Yesus adalah Allah. Entah Saudara setuju atau tidak, entah Saudara suka atau tidak, tapi Perjanjian Baru menyatakan demikian. Bahkan orang yang diragukan Kekristenannya, mereka menafsirkan bahwa penulis Perjanjian Baru ada dalam sepakat, satu suara mengatakan Yesus adalah Allah, itu bukan masalah. Tapi dia tidak percaya Perjanjian Baru.

Saudara akan heran bahwa tulisan yang banyak di dalam zaman PL dan PB itu paralel dengan tulisan Kitab Suci pada zamannya. Jadi Saudara tidak kesulitan untuk mencari latar belakang PL atau pun latar belakang PB, ini bukan ilmu spekulasi yang datanya cuma sedikit. Bahkan Ben Witherington pernah mengatakan catatan mengenai Julius Caesar jauh lebih sedikit dibandingkan catatan mengenai Yesus, bandingannya jauh sekali. Tapi kita percaya Julius Caesar kehidupannya bisa direkontruksi, bisa dipahami apa yang terjadi pada dia, apa yang dicatat pada waktu dia masih senator sampai dia mati, ada catatannya, kita bisa membuat biografi tentang dia. Dari catatan yang sangat sedikit. Sedangkan Perjanjian Baru banyak menulis mengenai Paulus atau mengenai Yesus. Ada cultural river, ada sungai budaya yang bisa kita tafsirkan bukan dengan spekulasi, tapi dengan catatan yang berlimpah sesuai dengan zaman itu.

« 2 of 5 »