Lalu kalau Allah itu Allah, mengapa Dia jadi manusia? Pertanyaannya bukan mengapa Dia jadi manusia, pertanyaannya adalah apa yang harus saya kagumi tentang Allah yang menjadi manusia? Apa yang harus saya kagumi tentang Allah yang rela jadi manusia? Injil memberikan jawaban yang harus kamu kagumi adalah bahwa cinta Tuhan adalah cinta yang diwujudkan secara real. Cinta Tuhan adalah cinta yang termanifestasikan dalam tubuh. Tidak ada cinta yang tidak menyentuh aspek tubuh. Saudara mengasihi orang, Saudara pasti akan menyatakan kasih dengan sentuhan, ada aspek fisik. Orang tua kepada anak akan menyentuh, membelai, menguatkan, menepuk pundak atau apapun sebagai ekspresi kasih. Orang melihat orang lapar, dia akan beri makan, ada aspek tubuh. Saya mengasihi, saya memperhatikan aspek tubuh dari orang lain. Saya mengasihi, saya mempunyai komunikasi yang tidak tanpa tubuh, komunikasi yang dengan keterlibatan tubuh. Sekarang kita punya konsep agama yang salah, kalau kita bukan Kristen, karena kita akan mengatakan “Tuhan tidak bertubuh”, memang Tuhan tidak bertubuh, “kalau begitu pernyataan cinta Tuhan tidak bertubuh”, ini yang agama Kristen tidak setuju. Pernyataan cinta Tuhan pun pada akhirnya dinyatakan dengan Sang Pribadi Kedua dari Tritunggal menjadi manusia yang bertubuh seperti kita. Dia menjadi manusia dan cinta Tuhan sekarang berwujud. Cinta Tuhan dinyatakan dengan cara yang bisa kita lihat, cinta Tuhan dinyatakan dengan cara yang bisa kita pegang, cinta Tuhan dinyatakan dengan cara yang sangat dekat dengan kita. Yohanes pasal 1 mengatakan Firman menjadi manusia dan Dialah penggenapan kasih setia dan kebenaran Allah. Di dalam Filipi pun sama, di dalam Filipi pasal 2 Paulus mengatakan “teladanilah Allah di dalam diri Kristus”. Kita tidak bisa teladani Allah yang bukan sama dengan kita. Allah kan bukan manusia, bagaimana bisa teladani? Kalau aku meneladani Tuhan tidak mungkin, Allah bahwa kuasa, Allah Maha hadir, Allah tidak terbatas oleh lokasi, Allah tidak diikat oleh waktu, Allah tidak mempunyai keterbatasan fisik, bagaimana aku teladani Dia? Tapi heran, dari awal Tuhan menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Kalau manusia gambar dan rupa Allah, bagaimana manusia bisa menggambarkan Allah yang tidak bertubuh itu? Tapi Tuhan sudah merancang sesuatu yang sangat indah, pada akhirnya akan ada the true image, akan ada gambar yang sejati yaitu Kristus. Kristuslah gambar Allah yang sejati dan Dia datang menjadi manusia. Dia menjadi manusia dan Dia menjadi gambar Allah yang sejati. Dan orang-orang mengatakan “inikah gambar Allah yang sejati? Berarti sekarang aku bisa belajar meneladani Allah melalui meneladani Kristus”. Mengapa? Karena Allah ternyata adalah Allah yang rela membatasi diri, Allah yang rela melakukan ekspresi cinta kasih paling ekstrem yang pernah diketahui manusia, yaitu Dia menjadi manusia dan mati bagi kita. Itu sebabnya setiap tindakan Allah yang dinyatakan lewat Kristus menggambarkan isi hati Allah yang paling dalam. Di abad 20 ada tulisan dari seorang bernama Jurgen Moltmann, dia menulis tentang Tritunggal. Dan dia mengatakan di dalam inti dari Tritunggal adalah salib. Ini satu penerobosan karena di dalam sejarah gereja orang bicara tentang substansi dari Allah, Allah itu tiga Pribadi satu substansi. Apa substansi Allah? Biasanya orang mengatakan Maha kuasa, Maha ada, Esa, Maha Adil, Maha Kasih dan segala yang besar. Tapi Moltmann mengatakan “tambahkan satu yang paling penting, esensi dari Allah digambarkan oleh salib”. Apa yang ada pada esensi Allah? Salib. Mengapa salibkan? Ini sifat terdalam dari Allah. Saudara punya sifat banyak sekali ragam, Saudara punya perspektif hidup yang limpah. Dan tiap kali menangani setiap aspek hidup, Saudara akan memberikan pernyataan diri atau emosi yang beda-beda. Saudara menghadapi orang yang sangat bandel membuat emosi Saudara memuncak, marah kepada dia. Saudara berurusan dengan orang yang sangat baik dan sangat helpful, Saudara punya emosi beda kepada dia. Saudara berurusan dengan hal menakutkan, ekspresi Saudara adalah takut. Berurusan dengan hal yang mengharukan, ekspresi kita adalah terharu. Jadi kita bisa punya banyak hal dalam hidup yang membuat kita bisa mengekspresikan diri dengan cara yang berbeda-beda. Tapi kalau ditanya hal paling dasar yang kamu milikih lepas dari setiap konteks itu apa? Apakah kamu orang berani? Orang berani bukan berarti tidak pernah takut, dia pasti pernah takut, tapi kebanyakan waktu most of the time saya berani. Jadi kita mengatakan yang paling utama dalam diri saya adalah keberanian. Ada yang mungkin sadar, yang paling utama dari saya adalah saya terlalu gampang dibuat takut. “Memang ada saat saya berani, tapi kebanyakan takut. Mungkin kalau ketemu kucing kecil, saya berani, tapi ketemu kecoa, takut. Saya lihat apapun gampang takut, maka gampang takut jadi ciri saya yang paling menonjol”. Ada orang yang ciri menonjol adalah gampang marah, ada yang gampang nangis, segala hal yang utama dalam diri kita itu pasti ada. Sekarang kalau kita tanya “Allahku, hal apa yang paling utama dalam diriMu? Hal apa yang paling penting dan paling inti dalam diriMu?”, Allah akan mengatakan kasih. Allah adalah kasih. Lalu kita bertanya bagaimana ekspresi kasih itu kita terima? Moltmann mengatakan salib adalah jawabannya. Itu sebabnya dia menawarkan pengertian yang memberikan sumbangsih penting dalam doktrin Tritunggal. Doktirn Tritunggal adalah doktrin yang sangat limpah di dalam Kekristenan. Saya tidak mengerti kalau ada orang mengatakan “saya tidak mau jadi Kristen karena saya menolak Doktrin Tritunggal”, sebenarnya itu kalimat bodoh, karena Saudara menolak sesuatu yang belum pernah Saudara pelajari. Saudara kalau tanya sama saya lalu saya mengatakan “saya menolak teori tentang subatomic part, karena bagi saya tidak masuk akal”, “apakah kamu pernah mempelajarinya?”, “belum, saya tidak mau terima kalau ada bagian yang lebih kecil dari atom, saya tidak terima”. Kamu tidak bisa terima sebelum kamu pelajari dulu, belajar dulu baik-baik, tahu dulu teorinya, lalu menemukan cacat-cacat dalam teori. Setelah menemukan cacat, buktikan bahwa temuan itu benar-benar bisa dipegang orang lain, buat penelitian di laboratorium. Saudara tidak bisa meniadakan sains hanya karena itu tidak cocok dengan pikiran Saudara, itu tindakan bodoh. Tapi banyak orang melakukan itu tentang Tritunggal, “saya tidak mau jadi Kristen karena saya tidak setuju Doktrin Tritunggal”, literatur tentang Tritunggal kalau ditumpuk itu tinggi, banyak sekali, yang mana yang kamu pelajari? Kalau literatur tentang Tritunggal begitu banyak, paling tidak pelajari literatur utama, pelajari bapa Cappadocia, pelajari Agustinus, pelajari para teolog yang digolongkan para bapa gereja, karena sumbangsih mereka tentang Tritunggal memberikan pengaruh dari cara berpikir manusia sampai modern. Saudara bisa tahu mengapa kita mempunyai cara berpikir tentang zat atau tentang substance yang berbeda dengan Aristoteles dan Plato, ini saya tidak bisa jelaskan sekarang. Tapi Saudara punya konsep tentang substansi, tentang natur itu lain dengan yang Aristoteles ajarkan. Mengapa kita bisa beda dengan Aristoteles yang sangat berpengaruh? Karena di tengah-tengah antara Aristoteles dan kita ada para bapa gereja. Dan salah satu yang membuat konsep tentang substansi berubah adalah dari sumbangsih mereka, dari pikiran tentang Tritunggal. Kalau begitu pikiran tentang Tritunggal mempengaruhi dunia filosofi. Dan filsafat juga ada bidang yang nanti masuk ke dalam filsafat ilmu. Dan filsafat ilmu mempengaruhi sains. Kalau begitu Doktrin Tritunggal bukan isapan jempol yang palsu, bukan ungkapan iman tanpa argumen, bukan sama sekali. Siapa mau tolak Tritunggal, pelajari dulu, setelah pelajari buat tulisan ilmiah yang menyanggah. Lalu tulisan sudah dimasukkan ke dalam jurnal yang akan ada reviewer, lalu orang mereview, mungkin mentertawakan pekerjaan Saudara. Baru nanti kalau orang tidak tertawakan, orang mengatakan “argumenmu bagus, kita akan publish”, Saudara menjadi terkenal sebagai orang yang meruntuhkan Doktrin Tritunggal, tapi belum pernah melakukan itu. Banyak yang melakukan itu dengan publikasi buku-buku yang, banyak yang membuat pidato-pidato menolak Tritunggal. Tapi tidak menangani argumen yang jelas dibagikan, lalu membantahnya dengan argumen yang bagus, ini belum pernah terjadi. Maka bagi saya kalau orang mengatakan “Doktrin Tritunggal tidak masuk akal”, saya balikan, “yang melawan Doktrin Tritunggal belum ada”, belum ada yang secara sah diakui, belum ada akhirnya mengubah pendirian orang Kristen. Kalau begitu kita masih mengatakan tidak percaya Tritunggal lebih tidak masuk akal, karena belum ada fakta. Ini sama dengan orang mengatakan “saya tidak percaya sub-atomic part”, “kamu sudah melakukan penelitian di laboratorium? Kamu sudah baca publikasi ilmiah sebelumnya?”, “belum, tapi saya tidak mau percaya karena kurang cocok sama saya”. Kurang cocok sama kamu itu tidak berarti apa-apa. Saya pernah diskusi dengan satu orang, saya coba menginjili dia, dia mengatakan “saya tidak percaya Tritunggal, buat saya mengerti Tritunggal, baru saya mau jadi Kristen”, saya mengatakan “susah, karena kamu masuk ke laut yang dalam, tapi kamu pikirin cuma kubangan. Kamu mengatakan ajarin saya dalamnya laut, tapi kamu dalam pikiran tidak tahu dalamnya laut, kamu pikir dalamnya laut sedalam selokan. Maka kamu minta saya hanya di dalam waktu berapa menit jelaskan tentang Tritunggal, lalu kamu akan putuskan mau percaya atau tidak”, itu tindakan bodoh. Kalau orang mau jadi Kristen atau orang mau menolak Kristen, dia mesti tahu dulu apa yang dia terima atau apa yang dia tolak, itu besar sekali. Dan dia mungkin akan pakai waktu hidupnya untuk pelajari dengan lebih dalam. Itu sebabnya waktu kita bicara soal Tritunggal, tulisan dari para bapa gereja luar biasa limpah, luar biasa baik dan luar biasa akurat di dalam penggunaan istilah dan di dalam penjelasan. Itu sebabnya saya tidak setuju kalau dikatakan penjelasan tentang Tritunggal itu melawan logika, karena seluruh karya dari para bapa gereja justru membuktikan jika engkau pakai logikamu dengan teliti, maka doktrin Tritunggal tidak punya cacat secara logis. Terus setelah mereka kembangkan hanya di dalam waktu 400 tahun sejak Kekristenan ada, itu waktu yang singkat untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa monumental. 400 Tahun tulisan-tulisan mereka menjadi fondasi penting bagi pemikiran Tritunggal sampai abad 20. Dan tidak pernah ada perkembangan yang signifikan di tengah-tengah, bahkan para reformator pun tidak memberikan sumbangsih tentang Doktrin Tritunggal yang membuat kita menambah satu pengertian yang lebih penting. Ada orang mengatakan Calvin mempunyainya, tapi saya belum dalami dan banyak artikel yang masih sedang selidiki, hal apa tentang Tritunggal Calvin yang sebenarnya memberikan sumbangsih penting. Rekan saya, salah seorang pendeta sedang selidiki ini. Beliau sangat optimis bahwa dia akan menemukan pengertian tentang Tritunggal Calvin, menambah banyak pengertian dari Tritunggal di dalam 400 tahun pertama dari bapa-bapa gereja. Jurgen Moltmann, di abad ke-20 menambahkan hal yang para bapa gereja belum terlalu banyak gali dari Alkitab. Apa substansi dari Tritunggal? Moltmann mengatakan salib. Apa yang sama pada Bapa, Anak dan Roh Kudus? Salib. Bukankah yang disalib cuma Anak? Betul secara fisik, tapi secara makna salib ini ada pada Bapa, pada Anak dan pada Roh Kudus karena ini adalah substansi dari Allah. Allah adalah Allah yang rela berkorban, Allah adalah Allah yang rela kosongkan diri, Allah adalah Allah yang rela membiarkan diriNya dihina demi kemuliaan dari keselamatan manusia tiba kepada manusia. Di dalam Surat Paulus, Paulus mengatakan bahwa dia tidak akan dipermalukan, maksudnya adalah pada akhirnya Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya. Tetapi di tengah-tengah zaman saat ini, Tuhan seperti membiarkan kemuliaan-Nya dihina orang. Sekarang mana ada orang menghina Tuhan, tiba-tiba langsung mati. Mana ada orang menghina Tuhan, langsung Tuhan kirim petir hancurkan dia. Satu kali ada satu orang atheis berdebat dengan seorang teolog, dia mengatakan “saya mau tantang Tuhanmu, saya mau tantang Dia, hantam saya dengan petir. Kalau Dia benar ada, Dia akan hantam saya dengan petir, dan saya akan percaya Tuhan. Tapi kalau saya tantang Dia dan petir tidak turun, maka seluruh pendengar ini harus menolak Tuhan”. Lalu teolog itu dengan tenang mengatakan “terserah anda”. Lalu orang itu mulai “Tuhan, hantam saya dengan petir”, tidak ada petir. Dia dengan senyum mengatakan “lihatlah, tidak ada petir, berarti Tuhan tidak ada”. Teolog itu dengan santai mengatakan kepada orang atheis ini, “maaf, kalau engkau suruh Tuhan untuk menghantar dengan petir dan Dia benar hantam dengan petir, kami akan percaya Tuhan karena itu?”, Orang atheis mengatakan “iya, karena kalau Tuhan benar ada, saya akan dihantam dengan petir. Lalu teolog itu mengatakan, “saya kurang setuju karena kalau benar engkau dihantam dengan petir, maka engkaulah Tuhan kami”, “mengapa saya Tuhanmu?”, karena engkau bisa perintah Tuhan, berarti engkau lebih tinggi dari Tuhan, kalau begitu kami akan menyembah engkau, tapi engkau sudah mati karena kesambar petir”. Jadi kalau orang atheis mengatakan “kalau benar Tuhan ada, hantam saya dengan petir”, langsung ada petir, lalu seorang mengatakan “engkaulah Allah karena Allah pun taat sama kamu. Kamu suruh Dia hantam pakai petir, Dia benar akan hantam pakai petir. Tapi kalau sama yang sudah mati, sudah gosong, bagaimana bisa disembah?”. Akhirnya teolog itu mengatakan “kami semua jadi atheis, karena tuhan sudah mati, yaitu kamu itu. Jadi karena Tuhan tidak mau taat kamu, dia Tuhan”, orang atheis ini bingung “kamu terlalu ngotot dengan Ketuhananmu”, teolog itu balas “kamu terlalu ngotot dalam keatheisanmu”. Maka kalau kita mengatakan “aku mau kenal Tuhan, aku mau tahu Dia”, lalu Saudara menganggap Dia adalah Allah yang terus membela kemuliaan-Nya menunjukkan Dia hebat, tidak, Tuhan tidak seperti itu. Tuhan adalah Allah yang gigih menunjukkan bahwa Dia mencintai. Allah adalah Allah yang gigih menyatakan diriNya sebagai Allah yang mencintai. Itu sebabnya ketika Moltmann mengatakan “saya menambahkan pengertian tentang substansi Allah, Allah di dalam center dari keberadaanNya adalah salib”. Maka Tritunggal, tiga pribadi dan satu substansi, apa yang ada di dalam satu substansi Allah selain kita mengerti sebagai Maha kuasa, Maha kekal, Maha adil dan semua yang agung, taruh salib di situ. Karena Allah menyatakan diriNya sebagai kasih. Dan kasih diekspresikan dengan salib. 

« 3 of 6 »