Sekarang pertanyaannya, mengapa kasih diekspresikan dengan salib? Saya tidak bisa jawab karena ini terlalu limpah, terlalu dalam, tapi saya bisa memparalelkan dengan Adam. Mengapa Allah menyatakan diri dengan salib? Karena Adam menyatakan diri dengan antitesisnya salib. Adam jatuh dalam dosa karena dia mengerjakan hal yang berlawanan dengan salib. Dari sini kita bisa melihat mengapa kasih dinyatakan lewat salib sebagai satu sudut pandang. Ada banyak hal tentang salib yang bisa dipelajari. N.T. Wright mengatakan Paulus itu tidak pernah bicara tentang salib dengan argumen yang sama, semua beda. Karena salib begitu limpah, sehingga bicara tentang Kristus dan pengorbananNya tidak mungkin dilakukan hanya dengan satu cara saja. Jadi bicara tentang salib itu banyak sekali, dalam bukan main. Tapi sekarang saya mau bagikan satu hal yaitu salib sebagai lawan dari apa yang Adam kerjakan. Kristus adalah the last Adam, manusia sejati. Dia adalah Adam terakhir, Dialah manusia sempurna. Lalu apa yang bisa kita pelajari dari manusia sempurna? Alkitab menawarkan cara yaitu dengan membandingkannya dengan manusia sebelumnya, yaitu kepala kita yang pertama yaitu Adam. Apa bedanya Adam dan Kristus? Bedanya adalah Adam itu anti salib, sedangkan Kristus adalah yang rela disalib. Kita paralelkan apa bedanya, yang pertama dari Filipi 2 dikatakan Yesus rela kemuliaan IlahiNya tidak dianggap. Yesus tidak mengeksploitasi kemuliaan IlahiNya. Allah adalah Allah yang lebih suka menunjukkan cinta kasihNya ketimbang pameran keilahianNya. Kalau Yesus adalah Allah, Dia Allah sejati dan Manusia sejati, mengapa Dia tidak banyak pamerkan keilahianNya? Ketika orang mengatakan “ini benar-benar Anak Allah, Dia bisa melakukan ini”, Yesus langsung pergi meninggalkan mereka. Yesus tidak mau eksploitasi keilahianNya. Ini beda dengan Adam, Adam ingin jadi sama seperti Allah. Adam itu mirip Allah, tapi Adam bukan Allah, namun Adam mau jadi Allah. Ini yang Pak Tong katakan, Adam atau manusia mirip Allah, tapi manusia bukan Allah. Adam tidak cukup merasa dia mirip Allah, dia mau jadi Allah. Yesus yang adalah Allah menganggap kemuliaan IlahiNya sebagai hal yang tidak perlu dieksploitasi. Ketika orang tanya “jadi Engkau adalah Anak Allah”, Yesus mengatakan “engkau mengatakannya”. “Kalau Engkau Anak Allah, Engkau menghujat”, lalu pemimpin agama merobek jubahnya menandakan ada penghujatan besar terjadi. Merobek jubah itu berarti sedih dan marah karena Tuhan dihina. Yesus tidak menghina Tuhan tapi pemimpin agama pikir Dia hina Tuhan, “jadi Engkau adalah Anak Allah?”, “ya, engkau mengatakannya”. Langsung pemimpin agama merobek jubahnya lalu mengatakan “Dia menghujat Allah”. Kalau benar Yesus itu Anak Allah, lalu ada orang mengatakan Dia menghujat Allah, apakah tidak lebih baik Dia pamer sedikit keilahianNya? Kita sudah gelisah, ingin Yesus pamerkan sedikit keilahianNya, turunkan api sedikit saja, buat gosong satu tangan saja, supaya orang itu kapok menghina Yesus, tetapi Yesus tidak melakukan itu. Di dalam salah satu khotbah Natal, Martin Luther mengatakan “kalau aku jadi Tuhan, saya mau panggil setan kesini, di hadapan Tuhan. Setan ke sini”, dan setan kan pasti takut sama Tuhan. Dia akan datang dengan takut “Tuhan, ada apa?”, “sini kamu”. Lalu kata Luther, “saya akan pencet hidungnya keras-keras, lalu saya akan banting mukanya ke tanah. Lalu saya akan kalahkan dia, karena saya Tuhan”. Tapi itu bukan Tuhan yang sejati, kata Martin Luther Tuhan yang sejati datang menjadi manusia, menjadi bayi tidak berdaya, dibungkus kain lampin, cuma tahu menangis. Berbaring tanpa ada kekuatan apa-apa dan neraka seluruhnya gemetar, ini Tuhan sejati. Tuhan sejati kata Luther bukan Martin Luther. Martin Luther pakai power, “setan mau apa saya hancurkan dengan power”, tapi Tuhan yang sejati menunjukkan kelemahanNya sebagai bayi dan iblis dikalahkan, ini baru Tuhan. Menunjukkan kekuatan dan menang, itu biasa. Tapi Saudara pakai kelemahan dan menang, ini baru benar, ini baru mulia. Ini kemuliaan yang tidak pernah bisa disamai oleh apapun. Saudara adu kekuatan dan akhirnya yang lebih kuat menang, itu biasa, di mana pun terjadi. Ini juga terjadi di antara persaingan Amerika dan Rusia dari dulu setelah Perang Dunia ke-2. Setelah Perang Dunia kedua selesai, Amerika seperti tidak mau lepas Eropa. Uni Soviet mengatakan “kami yang mau Eropa”. Lalu akhirnya didirikan Pakta Pertahanan untuk melindungi Eropa dari Rusia. Lalu Rusia pikir Amerika itu ancaman, mereka membuat nuklir, Amerika membuat nuklir, mereka membuat senjata mutakhir, Amerika membuat senjata mutakhir, semua adu senjata karena mereka percaya siapa paling kuat akan menang. Tetapi penguasa paling tinggi tidak perlu pakai kekuatan, Penguasa tertinggi yaitu Allah kita pakai kelemahan Dia untuk menghancurkan yang paling kuat dari musuhNya. Dia jadi bayi dan iblis kalah. Maka Martin Luther mengatakan “saya baru mengerti jadi Allah melampaui pikiran saya. Saya pakai kekuatan, Allah pakai bayi. Saya pakai kehebatan yang melampaui musuh, Allah menjadi rentan di hancurkan musuh”. Bahkan Yesus mati dimatikan, bukankah ini tanda Dia kalah? Tidak, ini tanda Dia menang karena Dia mencintai Bapa. Yesus mencintai sesama manusia dan rela mati di atas kayu salib. Itu sebabnya kita melihat di dalam gambaran dari Filipi, Adam mau jadi Allah karena dia pikir power, menjadi mirip Allah itu yang paling menyenangkan. Tetapi Yesus Kristus rela kehilangan kemuliaan keilahianNya demi cinta kasihNya. Ini hal pertama. Paulus sedang mau mengatakan kamu orang Kristen, kamu mau jadi seperti yang mana? Kamu mau meneladani Adam, mau menunjukkan kamu hebat atau kamu mau seperti Kristus, mau mengabaikan hal kurang penting demi hal lebih penting. Kemuliaan Ilahi tidak sepenting mencintai, keagungan dan kehebatan tidak sepenting menjadi berkat bagi orang lain, keinginan diri dan hawa nafsu tidak sepenting menghabiskan diri demi orang lain. Dunia menganggap bodoh tindakan orang yang mengorbankan diri, tapi Allah kita seperti itu. Maka siapa yang beriman, pahamilah ini, siapa punya telinga untuk mendengar, dengarlah ini. Sebab tidak semua bisa dengar dan terima ini, semua yang dari dunia akan hina salib. Tapi semua yang dari surga akan mengagumi salib. Ini hal pertama, Adam mau jadi seperti Allah. Kristus rela kehilangan kemuliaan Ilahi demi hal yang lebih penting. Hal apa lebih penting dari kemuliaan Ilahi? Kasih Ilahi lebih penting dari kemuliaan Ilahi. Bagi Allah menyatakan kasih lebih penting daripada memamerkan kemuliaan. 

« 4 of 6 »