Hal pertama mimbar yang rusak, hal kedua musik yang kacau, hal ketiga adalah orang-orang yang tidak sehati. Gereja dirusak oleh orang-orang yang tidak sehati. sehati bukan berarti kita mesti kompak sehati, tidak ada perbedaan, tidak ada pertengkaran, bukan seperti itu. Tapi sehati berarti semua sama-sama mau berkorban untuk Tuhan, ini pengertian simple untuk kata sehati. Apa itu sehati? sehati berarti Saudara punya gairah dan dedikasi untuk hati Saudara kepada sumber yang sama, “hatiku kuberikan kepada person yang sama”. Semua orang di dalam gereja mengatakan “saya mau memberikan hatiku kepada Kristus”, ini akan menjadikan gereja itu sehati. “Jika aku dedikasikan hatiku untuk Kristus, aku dedikasikan hatiku untuk Tuhan, maka saya akan sehati dengan orang-orang”. sehati tidak selalu berarti sama pendapat, sehati tidak berarti sama dalam segala hal. sehati bisa jalan meskipun bisa ada beda pendapat, bisa ada perbedaan yang bisa membuat orang bertengkar, bisa ada perbedaan yang bahkan bisa membuat perpecahan sekalipun. Saudara mungkin berpikir “apakah mungkin sehati itu bisa pecah?”. Di dalam kasus-kasus yang terjadi dalam sejarah gereja kadang ada perbedaan yang membuat pecah. Barnabas dan Paulus harus ambil jalan mereka masing-masing karena mereka tidak menemukan jalan tengah untuk perbedaan mereka. Ada perbedaan pendapat yang membuat mereka mengatakan “kami tidak bisa sama-sama”. Siapa yang salah? Alkitab tidak memberi tahu tapi fakta bahwa Paulus dan Barnabas tidak sama-sama lagi, ini fakta yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Apakah mereka lakukan itu karena dosa? Mungkin, tapi Alkitab tidak memberi tahu dosa apa, ada salah pendapat apa dari salah satu dari mereka. Tapi Alkitab memberitahu kita bahwa kedua orang ini adalah orang yang hatinya untuk Tuhan. Paulus hatinya untuk Tuhan, Barnabas hatinya untuk Tuhan. Dua-duanya cinta Tuhan, dua-duanya rela mati bagi Tuhan, ini namanya sehati. Tapi sehati tidak mungkin terjadi kalau yang satu cinta Tuhan yang satu cinta diri, yang satu cinta Tuhan yang satu cinta uang, yang satu cinta Tuhan yang satu cinta kemuliaan diri, yang satu cinta Tuhan yang satu cinta keamanan diri. Orang yang cuma tahu cari aman, cari kaya, cari sukses, cari sejahtera bagi diri, sulit sehati dengan orang yang cinta Tuhan. Itu sebabnya jika di dalam gereja tidak ada kesehatian, gereja sulit untuk bertumbuh, kesehatian sangat penting. San Paulus tahu di Filipi ada perbedaan pendapat, di Filipi ada dua orang yang bertengkar. Apakah mereka bertengkar karena salah satu sudah meninggalkan Tuhan, apakah mereka bertengkar karena tidak ada kesehatian? Ini yang Paulus mau tahu. Kalau dua orang yang cinta Tuhan bertengkar, keduanya salah mengerti satu sama lain, dua-dua terlalu bodoh berelasi, tapi dua-dua tulus hatinya bagi Tuhan, maka mereka berdua tetap milik Tuhan dan tetap sehati, tetapi perlu didamaikan. Itu sebabnya Paulus mengatakan “saya mau kirim orang untuk melihat keadaanmu, tapi saya tidak bisa kirim orang yang pikirannya kacau, yang hanya mementingkan diri, karena mereka akan membuat kamu tambah rusak”. Maka Paulus mengatakan “saya ingin datang, tapi saya di penjara, apa boleh buat? Saya tidak bisa lari, karena saya dipenjara. Tapi saya akan kirim orang yang sangat sehati dengan saya”. Siapa? Yang pertama dia mau kirim adalah Timotius, Paulus mengatakan “tidak ada yang sekarang ada pada saya, yang bisa saya ajak bicara, yang bisa saya utus untuk bertemu kamu, yang sehati sepikir dengan saya”. Timotius sehati berpikir dengan Paulus, sama-sama cinta Tuhan, sama-sama ingin hidup bagi Tuhan. Maka Paulus mengatakan “Timotius akan saya utus supaya dia perhatikan kamu. Kalau ada masalah di dalam kamu, biar dia lihat dan dengan segala keterbatasan tetapi dengan segala ketulusan, dia bisa memberikan masukan kepada kamu. Terimalah dia seperti kamu terima aku”, di sini Paulus mengatakan “saya akan kirim Timotius”, dan Paulus memperlakukan Timotius sebagai utusan. Utusan lain dengan suruhan. Suruhan itu tidak ada otoritas, Saudara minta pembantu Saudara pergi beli sesuatu, waktu dia lihat di toko sesuatu yang Saudara minta sudah habis, adanya merk lain, dia akan tanya dulu, mungkin dia telepon Saudara “pak atau bu, yang engkau cari merknya sudah tidak ada, ada merk ini, boleh atau tidak?”, ini namanya suruhan. Dia tidak punya hak untuk memutuskan, dia tidak punya hak untuk mengambil keputusan di lapangan. Tapi utusan itu lain, utusan mempunyai hak untuk mengambil keputusan. Maka waktu Paulus kirim Timotius, Timotius tidak harus selalu tanya lagi kepada Paulus. Dia pergi ke Filipi, “ada apa?”, “ini sama ini tidak cocok, mesti bagaimana?”, “sebentar ya, saya tanya dulu sama Paulus”. Dia balik lagi tanya sama Paulus “Paulus ternyata terjadi ini, bagaimana?”, “katakan begini kepada mereka”, Timotius pergi lagi mengatakan yang Paulus katakan. Lalu mereka mengatakan “Paulus mengatakan kami harus jabat tangan, tapi salah satu mau, salah satu tidak, bagaimana kira-kira?”. Timotius tanya lagi sama Paulus, pergi lagi dari Filipi ke penjara, lalu tanya “Paulus, ini bagaimana, satu mau damai tapi yang satu tidak mau?”, “begini saja”, dia balik lagi, tidak begitu. Timotius harus tangani dengan bijaksana yang dia miliki, karena dia utusannya Paulus. Utusan berarti ada wewenang untuk memutuskan. Ini penting untuk kita pahami. Timotius akan datang ke Filipi dan Timotius akan selidiki yang terjadi. Dan Timotius akan menjadi berkat dengan masukan, dengan hikmat, dan dengan cinta kasih yang dia miliki. Paulus mengatakan “saya mengutus Timotius yang pertama dia sehati sepikir dengan saya. Tidak ada orang yang sehati sepikir lebih daripada dia untuk saya”. Sangat menyenangkan jika Saudara punya teman yang sehati sepikir, punya pasangan, punya sahabat, atau kelompok yang sehati sepikir melayani Tuhan. Gereja ini mesti belajar sehati sepikir, gereja ini mesti belajar mempunyai kesamaan visi, mesti belajar mengesampingkan semua ego, semua kesombongan, dan mulai belajar satu sama lain dan belajar sehati. Tanpa kesehatian gereja tidak bisa berkembang. Kadang-kadang kita terlalu berfokus ke organisasi, nanti siapa yang jadi ketua, siapa yang jadi wakil, siapa yang jadi tim ini, siapa yang jadi tim itu? Tapi yang jauh lebih penting adalah orang yang sehati berkoordinasi. Banyak kejadian dimana keputusan paling penting tidak dibuat di dalam rapat formal. Saya dengar dari Pak Stephen Tong kalau Alexander Agung tidak pernah putuskan strategi perang di dalam rapat bersama Jenderal. Dia berkuda bersama dengan jenderalnya, lalu bicara-bicara dengan orang sehati, setelah dapat pendapat langsung dia putuskan “kita akan lakukan ini”. Kadang-kadang menemukan orang yang sehati jauh lebih penting. Saudara bisa berbicara, Saudara bisa dikoreksi, Saudara bisa dapat memasukkan dan Saudara tahu “inilah orang yang sehati sepikir dengan saya”. Apa syarat sehati sepikir? Saudara punya orang yang sehati sepikir berarti Saudara mau memberikan sesuatu untuk mengoreksi orang ini dan dia terima. Dan orang ini mau memberikan sesuatu untuk mengoreksi Saudara dan Saudara terima. Jika kita tidak suka diperbaiki cara berpikirnya oleh orang yang kita anggap dekat, maka orang itu tidak kita anggap sehati dengan kita. Tapi siapa yang punya partner, atau teman, atau sahabat, atau pasangan yang sehati, berbahagialah dia. Dia akan dapat kekuatan dan dia akan dapat kritikan. Dia akan dapat arahan dan juga akan dapat dorongan. Dia akan dapat dukungan dan dia juga akan dapat masukan. Orang yang tidak punya rekan yang sehati, akan sangat sulit untuk melayani. Orang sebesar Paulus perlu orang yang sehati dengan dia. Dia mengatakan “Timotius sehati dengan saya karena kami pikirkan kerajaan Tuhan. Kami tidak pikirkan diri, kami tidak peduli tentang diri, kami tidak peduli diri kami akan berakhir di mana. Yang kami pikirkan adalah bagaimana Tuhan paling dipermuliakan, bagaimana Tuhan paling ditinggikan, bagaimana jemaat Tuhan paling dapat berkat, bagaimana cinta kami kepada Tuhan dinyatakan dengan perkembangan jemaat. Dedikasi cinta kasih dan kerelaan untuk memberi diri bagi jemaat ini harus ada pada orang yang sehati. Maka Paulus mengatakan “saya utus Timotius karena dia sehati dengan saya”. Lalu yang kedua “dia Mengerti bagaimana memberikan dedikasi untuk gereja Tuhan”. Timotius mencintai gereja. Timotius tidak akan ambil kepentingan untuk diri, Timotius tidak pikirkan bagaimana diri atau bagaimana orang sekeliling yang dia cinta mendapatkan tempat utama. Timotius tidak akan datang ke Filipi lalu mulai berpikir “kira-kira bagaimana caranya saya bisa menjadi orang penting di Filipi?”, dia tidak akan melakukan itu. Paulus mengatakan “saya akan utus dia”. Yang lain bagaimana? Di dalam ayat yang ke-21 Paulus mengatakan “saya tidak akan kirim yang lain. Karena yang lain mencari kepentingan sendiri bukan kepentingan Kristus Yesus”. Kepentingan diri lebih utama dari gereja, hamba Tuhan yang pikirkan diri, yang pikirkan keluarga, yang pikirkan anak dengan mengorbankan gereja, dia bukan hamba Tuhan. Hamba Tuhan yang membuat pecah gereja hanya karena diri mau mendapatkan panggung, itu hamba Tuhan yang jahat. Itu sebabnya kita lihat di dalam gereja banyak orang jahat. Banyak orang jahat yang lebih pentingkan kariernya daripada jemaat, yang lebih pentingkan tempatnya untuk nanti berada di dalam popularitas besar daripada kebutuhan jemaat, ini sesuatu yang terjadi di dalam gereja. Kita mesti doakan siapapun yang Tuhan angkat menjadi orang penting, dia mesti matikan dirinya, makin penting dia makin selfless dia, makin penting dia makin rela berkorban. Kalau ini tidak ada, gereja Tuhan ada di dalam bahaya. Maka Paulus mengatakan “saya mau kirim siapa? Saya tidak bisa kirim orang lain”, “bukankah mereka juga ada bersama kamu. Mereka juga menunggu kamu di penjara, mereka ada bersama kamu kan?”, “iya, tapi yang lain itu mencari kepentingan diri”. Perhatikan kalimat Paulus, Paulus sedang bicara dengan tentang orang-orang di sekitar dia, bukan orang-orang jauh. Paulus mengatakan kepada orang Filipi “saya mau utus orang-orang yang sekarang menemani saya, tapi dari semua yang menemani saya hanya Timotius yang sehati sepikir dengan saya”. Paulus tidak mengatakan “saya kirim siapapun karena semua dekat dengan saya, mereka mengunjungi saya waktu saya di penjara”, Paulus bukan orang seperti itu. Saudara jangan terlalu senang kalau ada orang menjilat Saudara, jangan terlalu senang kalau ada orang pura-pura mencintai Saudara. Jangan terlalu senang kalau ada orang yang cocok dengan Saudara, mencintai Saudara, tapi tidak punya jiwa rela berkorban bagi gereja. Jika orang tidak punya jiwa rela berkorban bagi gereja, sedekat apapun dia dengan Saudara, Saudara tidak harus anggap dia orang penting. Saya banyak kenal orang dan banyak dari orang-orang yang saya kenal sangat memperhatikan kami sebagai keluarga, diperhatikan di sini, diperhatikan di situ, ditanya ini, ditanya itu, tapi kami tidak rasa semua orang yang memperhatikan kami perlu dianggap orang penting, karena hanya mereka yang memperhatikan gereja lebih daripada memperhatikan kami, itu orang yang penting. Saya tidak peduli berapa besar perhatian Saudara kepada saya, tapi kalau perhatian Saudara kepada gereja itu besar, saya akan hormat kepada Saudara. Saya menghormati orang yang mencintai gereja Tuhan, bukan mencintai saya. Dan itu sebabnya saya terus kagum kepada orang-orang tertentu karena dedikasi mereka kepada gereja tidak berubah. Dari awal saya kenal mereka sampai sekarang, konsisten, tetap. Waktu keuangan mereka baik, mereka perhatikan gereja dengan baik. Waktu keuangan sedang buruk, tetap mereka berjuang perhatikan gereja, ini membuat saya menghormati mereka. Paulus dikelilingi banyak orang yang menemani dia, “Paulus kamu perlu Apa? Kasihan kamu dipenjara. Ada perlu baju baru, ada perlu apa? Kami ada sedikit uang untuk engkau, kami akan perhatikan kamu, kami akan lakukan apapun untuk membuat kamu nyaman. Kami akan usahakan kamu bebas dari penjara. Kami akan pakai koneksi dengan pimpinan dari Roma untuk membebaskan kamu”. Tapi Paulus mengatakan “terima kasih, tapi saya tidak akan percayakan kamu untuk urusan gereja, karena kamu tetap cuma pikirkan diri. Memang benar kamu pedulikan saya, tapi engkau tidak pernah tahu apa itu berkorban bagi gereja”. Saudara mau tahu hamba Tuhan yang baik? Coba lihat apa yang dia korbankan bagi gereja. Hamba Tuhan yang berbakat banyak, hamba Tuhan yang pintar khotbah banyak, hamba Tuhan yang khotbahnya sederhana tapi dia habis-habisan untuk gereja, ini hamba Tuhan yang baik. Maka jangan tertipu dengan bakat, saya yakin gereja perlu orang berbakat, tapi gereja tidak tentu diberkati oleh orang berbakat yang egois. Maka orang berbakat tapi egois, tidak akan berguna. Maka Paulus mengirim Timotius. Mengapa Timotius? Paulus mengatakan “karena dia pedulikan kamu. Dia cinta kamu hai orang Filipi, dia tidak akan memanfaatkan kamu”. Dia tidak akan melihat “Filipi tempat yang bagus, jemaatnya besar, aku mau menjadi hamba Tuhan di sini, aku mau di Filipi saja”, tidak akan ada itu dalam Timotius. Karena dia cinta Tuhan dan dia cinta jemaat. Dia lebih suka jadi orang yang tidak ada apa-apanya demi jemaat Tuhan bertumbuh, ini penting. Gereja akan krisis kalau punya pemimpin yang egois, gereja krisis kalau punya pemimpin yang pikirkan diri. Gereja krisis kalau punya pemimpin yang lebih pentingkan karier akademik, karier pelayanan, karier pangkat dia di dalam sinode atau di mana pun daripada gereja. “Lebih baik gereja hancur tapi saya naik daripada gereja utuh tapi saya habis”, ini hamba Tuhan jahat. Adakah seperti itu bisa terjadi di GRII? Bisa, maka Saudara mesti doakan GRII. Kalau ada orang Tuhan bangkitkan jadi pemimpin, doa sama Tuhan minta Tuhan berikan pemimpin ini kerelaan untuk berkorban. Doakan supaya keluarga dia sehati dengan orang yang penting ini, supaya keluarganya mengatakan “kamu sudah jadi orang penting di GRII, mari berkorban sama-sama”, istri berkorban, anak-anak berkorban. Maka orang ini akan jadi pemimpin yang baik. Tanpa pemimpin baik, gereja tidak bisa berkembang. Ini hal yang ketiga, mengapa gereja rusak? Karena ada pemimpin-pemimpin egois, karena orang-orang kunci cuma pikirkan diri, karier dan lain-lain. Jangan merusak gereja demi kepentingan pribadi, termasuk jemaat. Saya bicara soal pimpinan jemaat, sekarang saya juga bicara soal jemaat, jangan mau jadi jemaat yang paling penting, jangan mau jadi orang yang paling penting, pikirkan kepentingan gereja lebih daripada kepentingan diri. Paulus mengatakan “saya dikelilingi banyak orang yang peduli saya, tapi semua cari kepentingan sendiri, bukan kepentingan Kristus. Tapi ada orang yang benar-benar tulus menolong saya yaitu Timotius. Dia tidak punya koneksi dengan pemimpin, dia tidak punya koneksi dengan pejabat, tapi dia tidak tinggalkan saya, dia rela menderita bersama dengan saya. Maka dia akan rela menderita bersama dengan kamu. Hei orang-orang Filipi, terimalah dia seperti kamu terima saya. Dengarkan nasehat dia seperti kamu mendengar nasehat saya, dan saya ingin tahu apa yang terjadi padamu. Apakah kamu pecah karena ada orang yang sudah jatuh dalam dosa, apakah kamu pecah karena ada orang yang sudah tidak setia kepada Tuhan, apakah kamu pecah karena kamu sudah tidak lagi sehati, yang satu cari kepentingan diri. Kalau itu terjadi maka Filipi dalam bahaya. Saya ingin tahu maka saya utus Timotius”. Inilah sebabnya Paulus yang mempunyai kecintaan besar kepada gereja, melakukan apapun yang dia bisa demi kepentingan gerejanya. 

Mari Saudara doakan gereja Tuhan. Tuhan begitu mencintai gerejanya dan Tuhan tidak ingin gerejanya dirusak oleh banyak hal yang yang dilakukan karena orang bersifat egois. Jangan cari kepentingan diri, pikirkan kepentingan jemaat, pikirkan berkat bagi jemaat. Biar kita jemaat belajar hal yang sama, jangan cari kepentingan diri, jangan cuma pikir diri. Karena Saudara diciptakan untuk jadi berkat, jika engkau menolak jadi berkat, engkau menolak jadi manusia. Tidak ada manusia diciptakan untuk diri, manusia diciptakan untuk jadi berkat bagi orang lain. Biarlah kehidupan gereja kita mencerminkan hal tersebut, biarlah kehidupan gereja kita dipenuhi bukan dengan teori-teori agung yang kita pernah tahu, tapi dengan kerelaan untuk bertindak di dalam jemaat, di dalam persekutuan, di dalam sesama orang Kristen. Kiranya Tuhan memberkati Saudara sekalian.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 3 of 3