Martin Luther terus rutin baca Kitab Suci, menyeledikinya, baru dia sadar tenyata Tuhan itu baik. Tahu dari mana Tuhan baik? Saudara jangan mengarang Tuhan baik di dalam versi Saudara sendiri, karena Saudara ingin apa, itu akan menentukan versi baik Saudara. Saudara ingin kaya, Tuhan memberikan kekayaan baru baik. Tapi kaya apakah hal yang benar-benar membuat sukacita? Tentu tidak.
Lalu apa yang membuat manusia bisa penuh dengan sukacita, ini yang diselidiki terus oleh Martin Luther ketika membaca Kitab Suci. Apa yang manusia perlukan, apa yang paling indah yang diperlukan manusia? Dia sangat dipengaruhi oleh Agustinus, maka sambil baca Alkitab sambil suara Agustinus terngiang-ngiang. Dia juga dipengaruhi oleh William Ockham, maka sambil baca Kitab Suci suara teologi dari William Ockham terus terngiang-ngiang. Baca Kitab Suci, ada suara Martin Luther, baca Kitab Suci, ada suara William Ockham, baca Kitab Suci, dua suara ini seperti menolong dia memahami Kitab Suci. Lama-lama dia sadar, dua tokoh penting Agustinus dan Ockham adalah guru Alkitab dia yang perlu dia pahami untuk mengerti Alkitab. Martin Luther mengatakan “kembali ke Kitab Suci”, tapi dia tidak pernah mengatakan kembali ke Kitab Suci tanpa bimbingan guru mana pun.
G.K. Chesterton pernah mengatakan “mari kita berikan demokrasi untuk orang mati”, ini mengagetkan, maksudnya apa? Chesterton mengatakan “kamu dengar khotbah dari orang hidup, lalu orang mati juga didengar. Kamu dengar khotbah dari Pdt. Stephen Tong, kamu juga dengar khotbah dari John Calvin. Dengar khotbah dari Jimmy Pardede, karena dia masih hidup, juga dengar khotbah dari C.S. Lewis, yang sekarang sudah mati. Dengar khotbah dari siapa yang masih hidup, berikan kesetaraan kepada orang yang sudah mati. Biarkan orang mati bersuara sama seperti yang masih hidup”, ini kata Chesterton, ini namanya demokrasi bagi orang mati.
Saudara baca Alkitab, perlu dibimbing untuk mendapat kepastian kesenangan dari Tuhan, coba kejar ini. Mengapa baca Alkitab? Karena Saudara akan mendapat kepastian kesenangan dari Tuhan. Saya beri tahu satu hal, jika sukacitamu bukan Tuhan, sulit bagimu untuk mempertahankan iman. Jika sukacitamu adalah hal lain, kamu akan menjadi pengikut, menjadi yang sujud kepada hal yang lain itu. Maka cari apa yang menyenangkan dari Tuhan, kalau tidak, tidak ada harapan bagi iman kita. Kalau ditanya “apakah engkau mencintai Tuhan”, dijawab “iya”, saya mau tanya balik “apa hal yang paling menyukakan kamu dari Tuhan? Apa yang membuat kamu paling senang dari Tuhan?” Jangan keluar kalimat-kalimat bohong “saya mencintai Dia karena Dia sudah menyelamatkan saya”, benarkah keselamatan itu kamu hargai? Kalau dihargai, kamu hargai setinggi apa?
Martin Luther coba menyelidiki dan dia dengar suara Agustinus dan William Ockham, baru dia sadar “dua guruku yang sudah mati ini sangat berjasa untuk membuat saya mengerti Kitab Suci”. Dari Agustinus, Martin Luther menjadi sadar bahwa Alkitab menekankan penerimaan dan cinta kasih Tuhan adalah titik awal dari ciptaan dan kelimpahan, ini pengertian yang sangat penting. Cinta kasih Tuhan itu awal dari segala hal yang engkau bisa nikmati. Cinta Tuhan itu di titik awal, tanpa engkau sadar dicintai Tuhan, engkau tidak mungkin sadar akan kebaikan Tuhan.
Maka dicintai Tuhan, itu yang pertama Martin Luther sadar setelah dia kembangkan penyelidikan kepada Kitab Suci dan kembangkan pemikiran teologi dia. Baru dia sadar dicintai Tuhan adalah hal terindah, hal paling penting. Mengapa paling penting? Agustinus memberikan dia kerangka berpikir yang baik sekali, karena Tuhan mengerjakan segala hal dari cinta kasih-Nya. Maka Martin Luther sadar menyadari cinta kasih sebagai motivasi yang utama, itulah yang menyukakan.
Saudara melakukan sesuatu apakah itu karena cinta kasih? Jika bukan karena cinta kasih, tidak ada kelimpahan di dalamnya. Mengapa Tuhan menciptakan dunia? Karena Dia mencintai. Mengapa Dia menciptakan manusia? Karena Dia mencintai. Mengapa Dia menebus manusia? Karena Dia mencintai. Mengapa Dia mengalahkan setan? Karena Dia mencintai. Mengapa Dia menghancurkan kejahatan? Karena Dia mencintai. Mengapa Dia menunggu waktu yang panjang sebelum kiamat, sebelum Dia pulihkan segala sesuatu? Karena Dia mencintai. Ada orang bertanya “mengapa dari 2.000 tahun lalu Yesus datang, sampai sekarang belum ada langit dan bumi yang baru?”, jawabannya adalah karena Tuhan masih bersabar kepada bangsa-bangsa yang keras hati. Mengapa belum kiamat? Tuhan masih menunggu bangsa-bangsa bertobat. Sampai kapan? Tidak ada yang tahu. Mungkin hari ini batas terakhir dan Dia akan datang kembali. Mungkin besok, mungkin masih 1.000 tahun lagi, tidak ada yang tahu. Tuhan sabar, terus tunggu, “Aku beri kamu kesempatan bertobat”, ini pun adalah karena cinta kasih Tuhan.
Maka Martin Luther mulai sadar Tuhan itu kerjakan apa pun karena cinta kasih. Kalau begitu semua yang digerakkan oleh karena motivasi kasih itulah yang terindah. Mengapa setiap tindakan dari seorang ibu begitu mengharukan? Karena dia kerjakan dengan kasih. Saya ingat Martin Luther pernah mengatakan “tidak ada hal yang indah jika itu dikerjakan tanpa kasih. Sebaliknya, tidak ada hal yang buruk jika itu dikerjakan dengan kasih”. Martin Luther mengatakan gambaran ini, seorang ibu yang memperhatikan anaknya, seorang ibu mengganti popok anaknya, itu gambaran yang tidak bagus, bayangkan gambaran bayi sedang diganti popoknya, kotor, tapi ini tindakan yang penuh cinta kasih, itu pun mengharukan. Maka Martin Luther sadar segala yang dikerjakan oleh cinta kasih, itu yang memberikan kelimpahan.