Hal yang sama saya bisa saksikan pada Pdt. Stephen Tong, Saudara boleh tidak suka dia, tapi dia adalah orang paling jujur yang saya kenal. Saudara tidak akan menemukan dia bicara apa lalu bertindak lain. Dia tidak pura-pura bicara, dia mengatakan apa yang mau dikatakan, kalau Saudara tidak suka, ya sudah, tapi dia jujur, tidak ada kepalsuan di dalam pembicaraan yang dilakukan.

Luther juga sama, dia bicara apa pun, “kamu tidak suka, terserah, tapi ini saya, saya tidak pernah pura-pura, saya tidak pernah menyembunyikan apa-apa. Saya kelihatan apa, itulah saya di dalam. Saya bicara apa, itulah saya di dalam”. Luther dengan jujur mengatakan “Tuhan, saya tidak bisa mengasihi-Mu.”

Banyak orang Kristen tidak cinta Tuhan, tapi tidak merasa problem, karena dipikirnya bisa menipu Tuhan. Kalau ditanya “apakah engkau mencintai Tuhan?”, “iya dong, bagaimana bisa orang Kristen tidak cinta Tuhan?” Tapi kehidupannya kosong sukacita. Cinta dan sukacita itu berjalin erat. Kalau ada orang mengatakan “saya mencintai orang ini”, waktu bertemu orang itu, dia bisa ngobrol, bisa bergaul dengan dia, orang ini pasti senang sekali.

Saudara coba pikirkan pertama kali Saudara jatuh cinta, lalu berpikir “alangkah indahnya kalau saya bisa bertemu orang ini, alangkah indahnya kalau saya bisa bicara lama dengan orang ini”, bukankah ada kesenangan dengan pribadi yang kita cintai? Kalau kita mengatakan kita mencintai Tuhan, tapi mengapa tidak ada perasaan ini?

Luther itu jujur, dia tidak pernah palsukan apa yang dia katakan. Maka dia pun jujur ke Tuhan, “Tuhan, saya tidak mencintai Engkau. Saya tidak tahu bagaimana menjalankan perintah ini. Yang lain saya tahu, suruh apa saya tahu, suruh saya persembahkan diri menjadi korban, saya juga mau. Tapi yang ini saya tidak bisa: kasihilah Tuhan Allahmu. Saya tidak mengasihi Engkau.”

Mengapa Luther tidak mengasihi Tuhan? “Karena Tuhan cuma tahu menuntut. Tuntut kerjakan ini, tuntut kerjakan ini, saya tidak bisa mencintai Tuhan yang seperti ini”, dia jujur mengatakan begitu. Maka dia bicara dengan Johann von Staupitz, pembimbing dia, “pak pembimbing, saya tidak bisa mencintai Tuhan, apa yang harus saya lakukan?” Johann von Staupitz membimbing Luther dengan sabar sekali “apa kesulitanmu? Mengapa tidak cinta Tuhan? Saya mencintai Tuhan.” Luther kaget “mengapa engkau bisa mencintai Tuhan dan saya tidak? Apa bedanya? Apa yang sudah engkau terima dari Tuhan? Mengapa engkau bisa mencintai Dia dan saya tidak?” Johann von Staupitz mengatakan, “saya tidak tahu, engkau harus bergumul. Tapi Alkitab mengatakan Tuhan itu baik, sudahkan kamu sadar Tuhan itu baik?”, perkataan ini yang membuat Martin Luther berpikir “Tuhan baik? Baik apanya? Saya tidak merasa Tuhan itu baik, saya tidak tahu Tuhan itu baik, mengapa saya tidak bisa sadar Tuhan itu baik?” Ini membuat dia terus bergumul, dia pikir-pikir sampai dia sadar, ini kesadaran yang pelan dan lama, jadi sebenarnya Martin Luther tidak punya perubahan mendadak.

Saudara bisa menyelidiki dari tulisan-tulisan Martin Luther, tema tentang keselamatan itu tema yang dia pahami dengan cukup panjang. Di dalam tahun 515 dia mulai memberikan kuliah tentang Surat Roma dan itu sudah dijadikan buku, dalam versi Bahasa Inggris.

Lalu di tahun 1523 baru ada pengertian yang lebih matang tentang keselamatan oleh karena iman. Bayangkan 1523, Reformasi terjadi 1517, berarti waktu Reformasi dicetuskan oleh Martin Luther, dia pun belum punya teologi yang matang tentang keselamatan. Reformasi dia tekankan karena orang mengatakan bisa bayar untuk lolos purgatori, ini membuat dia marah sekali.

Maka di tahun 1517, Martin Luther belum punya pengertian yang matang, dia masih terus bergumul. Sampai 1523, bahkan ada ahli yang mengatakan mungkin 1526 baru ada yang makin mengerti pembenaran oleh iman, dia develop itu pelan-pelan. Tapi pada akhirnya dia sadar “Tuhan mencintai saya dan itu bukan cinta yang main-main. Saya mesti menjadi wadah yang mengerti dan menampung cinta Tuhan.” Maka dia mulai mencari tanda Tuhan mencintai dia. Dia mulai cari itu, dia mau diyakinkan kalau Tuhan mencintai dia. Karena dia tahu satu-satunya cara dia bisa mencintai Tuhan adalah kalau dia sadar dia sudah dicintai oleh Tuhan. Maka dia mau cari tahu tanda Tuhan mencintai dia, “mengapa saya bisa tahu Tuhan cinta saya?” Dia membuat perhatian yang luar biasa dengan membaca firman, dia terus selidiki, teliti, dia minta Tuhan berikan pengertian bahwa Tuhan benar-benar mencintai dia, lalu pelan-pelan ini terbentuk di dalam dirinya.

« 2 of 9 »