Filipi 1:27-30 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah. Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku”.
Saudara sekalian di ayat-ayat ini kita melihat keindahan dari berita mengenai Injil dan penderitaan. Ini tema yang tentunya banyak sekali kita dengar terutama di dalam khotbah-khotbah dari tradisi gereja di zaman lampau. Ada orang-orang yang sangat menekankan keadaan menderita bagi Tuhan sebagai kebajikan, yaitu sebagai virtue yang sangat indah. Di dalam abad-abad awal misalnya, beberapa tulisan dari bapa-bapa gereja mendorong orang untuk menjadi martir. Jangan salah mengerti, ini bukan berarti bapa-bapa gereja melatih orang untuk membenci hidup. Bukan itu tentunya, tetapi serangan dari orang-orang bukan Kristen membuat orang Kristen sangat sulit untuk menyatakan iman. Kalau orang Kristen mengatakan, “kami orang Kristen,” mereka mungkin akan ditangkap dan dianiaya.
Di dalam sejarah dari gereja di abad-abad awal ada beberapa kali penganiayaan besar yang terjadi. Dan selalu penganiayaan besar ini terjadi karena hal-hal yang tidak masuk akal. Bukan sesuatu yang adil, bukan sesuatu yang menunjukkan kebaikan dari pemerintahan. Orang Kristen ditangkap kemudian dihukum mati hanya karena mereka Kristen. Bahkan dalam beberapa contoh misalnya, penangkapan orang-orang Kristen, kemudian penjatuhan hukuman mati bagi mereka. Hal itu didasarkan pada satu fakta bahwa orang-orang Kristen yanng misalnya, tidak mau menyembah dewa Yupiter atau tidak mau menyembah dewa-dewa utama dari Kekaisaran Roma. Atau pun penganiayaan di zaman Domitian, pada waktu daerah Asia Minor mengadakan pemberontakan. Orang-orang Yahudi di sana memberontak mengatakan, “kami tidak mau menyembah image Kaisar”. Patung Kaisar ditaruh di beberapa tempat yang sakral, lalu diminta untuk disembah. Ini ditolak oleh orang-orang Yahudi. Tetapi, karena orang Yahudi mempunyai pengaruh yang besar, pemerintah Romawi tidak mau terlalu banyak ribut dengan mereka, dan mereka diizinkan untuk tidak menyembah image Kaisar.
Tapi, ada kelompok lain yang lebih kecil yaitu orang-orang Kristen yang juga tidak mau menyembah image Kaisar. Mereka ini dianiaya dengan sangat berat sehingga Tuhan perlu menurunkan Kitab Wahyu. Kitab Wahyu bukan saja berfungsi sebagai penutup dari kanon Alkitab, yaitu akhir dari kisah keselamatan dan kisah penciptaan kembali yang Tuhan berikan. Kitab ini juga mempunyai fungsi pastoral. Kitab Wahyu adalah kitab untuk menghibur jemaat di dalam kesulitan yang sangat besar. Itu sebabnya kalau kita baca Wahyu, sebenarnya kita akan sangat terkait dan terkoneksi dengannya jika kita sedang mengalami hal yang sama yaitu penganiayaan dan penderitaan. Kitab Wahyu memberikan penghiburan, meskipun umat Tuhan seperti begitu kecil dan tidak punya daya untuk melawan pemerintah yang jahat atau orang-orang yang menindas, tetapi Tuhan tetap menyatakan kekuatan dari kerajaanNya di surga. Setiap kali orang percaya lihat ke surga, mereka tahu mereka bukan minoritas, tetapi mereka adalah yang mayoritas. Mereka bukan kelompok kecil yang tidak berdaya, melainkan mereka adalah kelompok yang memilih untuk mengasihi bukan karena tidak ada opsi yang lain. Tuhan mereka yaitu Yesus Kristus, punya kekuatan untuk menghancurkan seluruh musuh. Tetapi Tuhan mereka yaitu Kristus, memberikan waktu bagi bangsa-bangsa untuk bertobat. Itu sebabnya Kitab Wahyu penuh dengan penghiburan. Kitab Wahyu bukan kitab teka-teki atau kitab misteri yang dipermainkan sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak mengerti Alkitab. Kitab Wahyu adalah kitab untuk memberikan penghiburan bagi orang-orang Kristen yang berada di dalam penganiayaan. Penganiayaan demi penganiayaan dialami sehingga orang-orang Romawi dengan pikiran yang jernih tahu bahwa orang Kristen diperlakukan dengan sangat tidak adil.
Beberapa contoh dari surat-menyurat dari seorang kaisar yang bernama Trajan dengan seorang politikus dan juga seorang penyair yang ahli dalam bidang filsafat yaitu bernama Pliny The Younger yang ditugaskan oleh Kaisar Trajan untuk menyelidiki keadaan di sekitar pertikaian atau penganiayaan orang Kristen. “Mengapa mereka dianiaya, saya dengar banyak sekali berita yang menakutkan tentang mereka. Katanya, mereka menyembah ilmu hitam, mereka minum darah, mereka membunuh bayi, coba selidiki apakah itu benar.” Setelah Pliny menyelidiki, dia sendiri ikut beberapa kebaktian dari orang Kristen. Dia mengambil kesimpulan bahwa orang Kristen adalah orang-orang yang baik, orang-orang yang sangat saleh, orang-orang yang taat aturan, bukan orang-orang yang tidak rapi dan tidak baik hidupnya. Mereka bukan orang-orang penentang hukum. Mereka setia kepada aturan. Mereka orang-orang yang taat kepada segala aturan etis yang baik. Tetapi mereka memang percaya ada orang mati yang bangkit yaitu Yesus. Maka, surat ini membuat Trajan akhirnya memutuskan bahwa orang Kristen kalau mau dihukum mati harus diperkarakan dengan perkara yang tepat, tidak boleh lagi ada penangkapan hanya karena mereka Kristen saja. Harus ada pengaduan dan harus ada pengadilan. Harus ada pembelaan bagi mereka. Maka, hak hidup di tengah-tengah Kekaisaran Roma bagi orang Kristen mulai diberikan atau dinyatakan oleh Kaisar Trajan.