Sekarang bagian terakhir dari khotbah ini, apa yang dimaksud dengan ketaatan? Waktu Paulus mengatakan taat, kita tahu taat itu tidak dipaksakan, taat itu dari kasihnya Paulus. Taat itu dari pengorbananNya Tuhan yang mencintai sehingga kita penuh dengan perasaan takut dan gentar. Sekarang taat itu diekspresikan dengan cara apa? Paulus mengatakan taat itu adalah dengan membangun kehidupan gerejawi yang serius. Taat ada konteks, tapi Filipi bercerita sedang membangun pekerjaan gerejawi dengan serius. Mari taat, “taat apa? Taat kerja di kantor?”, iya, itu pasti termasuk. Taat apa lagi? Taat menjalin relasi dengan keluarga? Itu pasti termasuk. Tapi yang Paulus mau tekankan di sini adalah ketaatan menjadi gereja Tuhan. Tahu dari mana Paulus sedang membahas tentang gereja? Karena di ayat 15 dikatakan “supaya kamu tidak beraib dan tidak bernoda sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tegah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini. Sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang dunia”, ini bicara tentang gereja dan kehadirannya seperti bintang di langit yang gelap. Saudara kalau berada di daerah yang jauh dengan perkotaan, malam-malam Saudara melihat langit, Saudara lihat bintang bagusnya bukan main. Waktu Saudara melihat bintang seperti itu, Saudara sadar langit akan gelap kecuali ada bintang-bintang itu. Demikian dunia akan gelap kecuali ada gereja. Dan karena gereja mau menjalankan kehidupan gerejanya dengan serius, maka dia akan menjadi cahaya di tengan dunia. Paulus mengatakan “ayo kerjakan ketaatan”, apa itu ketaatan? Pelihara kehidupan bergereja dengan sekuat mungkin. “Maukah engkau taat kepadaku?”, saya yakin orang Filipi akan mau, mengapa? Karena sekarang Paulus dipenjara. “Mungkin saya akan mati, mungkin saya akan dieksekusi, mungkin saya dibebaskan. Kalau saya dibebaskan, saya berjanji akan lebih berkorban lagi bagi kamu. Jika saya dieksekusi berarti saya sudah mencapai pengorbananku yang final. Darahku tercurah semua sampai aku mati di hadapan Tuhan. Jadi maukah kamu taat?”, orang Filipi dengan menangis mengatakan “iya, kami mau taat kepadamu. Apa yang harus kami lakukan?”, “pelihara kehidupan bergerejamu, pelihara relasi satu dengan yang lain, pelihara ketaatanmu untuk menjalin persekutuan yang baik di dalam gereja. Jadilah orang yang menghidupi kehidupan bergereja yang lengkap, yang peuh cinta, yang penuh kerelaan berkorban”, ini yang Paulus mau. “Saya ada di tengah-tegah kamu dan saya ingin kamu menjadi gereja yang baik. Tapi sekarang saya tidak ada di tengah-tengah kamu, saya ingin engkau menjadi gereja yang baik”. Maka mari kita memperjuangkan kehidupan bergereja kita. Apa memperjuangkan kehidupan bergereja itu? Saudara dengan serius mengatakan “ya Tuhan, inilah gerejaku, di sinilah aku mau berada, di sinilah aku mau berkorban, di sinilah aku mau memberikan diriku untuk melayani, di sinilah aku mau dipakai Tuhan. Saya mau berelasi dengan baik, saya mau mencintai, saya mau beribadah, saya mau sujud kepada Tuhan, saya mau berbagian, saya mau kerjakan apa pun yang perlu supaya gerejaMu bertumbuh. Pakai saya ya Tuhan”, ini yang saya harap kita doakan bersama-sama. Jangan datang ke gereja dengan mental konsumen, sudah datang nanti minta ada lembar untuk berikan bintang, “gereja ini memberikan bintang berapa?”. Di Google itu ada bintang, Saudara search GRII Bandung, nanti bisa berikan bintang. Banyak orang berpikir “kalau saya ke gereja nanti akan diberi kertas, diberi bintang 5, lalu nanti masukkan review: gereja ini kurang hangat, gereja ini khotbahnya kepanjangan atau kependekan”. Kita menjadi konsumen yang kerjanya terus komplain. Apakah gereja sudah sempurna? Pasti tidak. Jadi apakah kita tidak punya komplain? Pasti ada. Saya tidak mengatakan “singkirkan komplain”, karena itu tidak benar. Kalau gedung gereja ini ada kurangnya, kira-kira kurang apa? Maka Saudara pikirkan kalimat Paulus “hendaklah kamu taat”, taat apa? Taat melakukan kehidupan bergereja. Kalau saya sadar ada yang kurang, berarti saya mesti berjuang. Bagaimana cara berjuang? Berjuang tidak sendiri, tapi dengan yang lain. Saya pikir satu hal yang gereja mesti pelajari adalah kerja sama. Kita ini banga-banggakan bahwa kita bukan mendunia, kita lain dengan dunia. Tapi organisasi dunia bisa rapih untuk membuat kerja sama yang baik. Sedangkan gereja penuh dengan keributan, lempar-lemparan, salah-salahan dan gosip, ini tidak benar. Gereja mesti diperjuangkan menjadi tempat di mana orang bertumbuh, menjadi komunitas di mana orang mau memberi diri bagi pertumbuhan bersama. Maka tidak mungkin tidak ada komplain di dalam gereja, karena gereja ini belum sempurna. Silakan tulis di dalam hatimu gereja ini kurang apa, setelah itu buat 2 kolom, kolom kiri komplainnya apa, kolom kanan lalu saya mau melakukan apa. Sudah ada kolom kiri dan kanan, tambah lagi kolom lebih kanan, isinya dengan siapa Saudara mau kerjakan, ini juga penting. Jangan jadi super hero, Saudara mengatakan “saya ini batman, saya lihat ada kejahatan di GRII Bandung, nanti malam saya kunjungi orangnya dan saya pukuli”, Saudara tidak dipanggil untuk menjadi single fighter. Kolom yang kiri, isi dengan komplain, Saudara mesti tahu kurangnya apa, sudah tahu kurangnya apa, kolom tengah “saya mau melakukan apa”, lalu kolom kanan “dengan siapa saya kerjakan itu”. Waktu Saudara mengtakan “saya mau kerjakan dengan orang lain”, Saudara rela kompromikan kengototanmu. “Saya rela melakukan ini, tapi orang lain punya pendapat begitu, jadi bagaimana?”, mari kita padukan bersama. Tidak boleh ada orang ngotot dengan meniadakan pendapat orang lain. Mari belajar kerja sama. Saudara jangan dipusingkan dengan hal remeh. Orang cuma mengurus hal remeh itu orang bodoh, saya mesti ngomong ini terus terang. Yang cuma pikir hal remeh, lalu ribut dengan orang karena hal remeh, itu orang bodoh. Hal remeh biarkan remeh, hal penting mari diskusikan sama-sama. Mari belajar bertumbuh, mari belajar mendedikasikan diri untuk pertumbuhan jemaat di gereja Tuhan. Apa yang bisa saya lakukan, hal apa yang saya bisa berbagian? Mari kerjakan. Karena Allah mencintai gerejaNya dan Allah ingin gerejaNya bertumbuh melalui pelayanan dari setiap anak-anakNya. Anak-anak Tuhanlah yang Tuhan pakai. Siapa yang Tuhan pakai untuk pertumbuhan gereja? Tuhan sendiri lewat anak-anakNya. Siapa yang mempertumbuhkan gereja? Tuhan, lewat aktifitas dari anak-anakNya.