Maka waktu Paulus mengatakan “waktu saya di tengah-tengah kamu, kamu taat. Sekarang saya sudah tidak di tengah-tengah kamu, tahu tidak saya di mana? Memang saya sekarang tidak bersama kamu, tapi saya dipenjara”, ini membuat orang Filipi tambah terharu lagi. Mengapa Paulus dipenjara? Karena dia juga mencintai tempat-tempat lain, “saya mencintai Yerusalem maka saya memberitakan Injil di sana, saya mencintai kota-kota maka saya memberitakan Injil di sana. Tapi karena saya memberitakan Injil di sana, saya ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara. Jadi saya dipenjara karena cinta kasih. Oleh karena saya mencintai bangsa-bangsa lain, saya memberitakan Injil kepada mereka, saya dianiaya. Oleh karena saya mencintai orang Yahudi, saya memberitakan Injil kepada orang Yahudi, saya ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara, ini bentuk cintaku”. Waktu Paulus mengatakan “kamu lihat saya di tengah-tengah kamu, kamu lihat berapa keras saya bekerja karena cinta kasihku kepadamu”, “iya kami lihat”. “Sekarang saya tidak bersama kamu, tidak ada contoh bagimu, tapi saya beri tahu kepadamu sekarang saya di penjara”. Jadi Paulus tetap menganggap pengorbanan sekarang adalah cara untuk membuat orang taat, bukan pengorbanan dulu. Paulus tidak menulis surat “ingat dulu di Filipi saya berkorban, kalau sekarang saya sudah nyaman, sekarang tidak berkorban dulu. Tapi dulu saya berkorban”. Paulus mengatakan “at this moment, in this present time, pada saat ini saya ada di dalam penjara. Saya tidak tahu bagaimana nasibku, mungkin aku akan dilepaskan jika Tuhan berbelas-kasihan, mungkin saya dimatikan, yang mana nasib saya, saya tidak tahu. Tapi yang mana pun saya rela pikul. Jika saya dilepaskan, saya rela berkorban untuk kamu lagi. Jika saya dipenjara dan akhirnya dihukum mati, saya akan bertemu Tuhan. Yang mana yang harus saya pilih, saya tidak tahu. Tapi dua-duanya ada kesenangannya. Kesenangan waktu hidup, kalau saya dibebaskan adalah kesenangan boleh berkorban bagi kamu lagi. Dan kesenangan kalau dimatikan maka saya akan bertemu dengan Kristus”. Jadi Paulus mengatakan “ayo taat, karena saya masih juga tanggung penderitaan bagi kamu. Saya seperti seorang ibu yang mengalami sakit bersalin demi anaknya”. Ibu sakit bersalin demi anak, bukan demi diri. Tidak ada ibu mengatakan “saya hamil supaya jadi keihatan awet muda, saya hamil supaya lebih langsing”, hamil membuat orang punya hormon yang membuat metabolismenya menjadi lambat sehingga badannya menjadi lebih gemuk. Mengapa ada seorang perempuan yang tadinya cantik, yang begitu muda, yang kulitnya begitu baik, akhirnya rela kehilangan sebagian kecantikannya? Karena hamil dan punya anak. Maka suami yang paling kurang ajar adalah suami yang melirik orang lain karena istrinya tidak secantik dulu waktu masih muda, suami seperti ini mesti dibakar di neraka. “Kalau saya rela berkorban, maka saya mau mengatakan kepadamu mari taat. Karena saya sudah pikul bagainku demi cintaku kepadamu, sekarang saya mengatakan kepadamu, mari taat, mari taat Tuhan, mari jangan hidup dalam dosa, jangan hidup cemar. Karena yang rela berkorban demi kamu ada banyak. Kristus rela mati bagi kamu dan aku rela berkorban bagi kamu”. Saya tidak omong kosong, untuk GRII berkembang, baik itu di Bandung atau di mana pun, saya mau kerjakan apa yang diperlukan. Kalau Tuhan mau saya kerjakan apa untuk perkembangan jemaat di GRII, saya rela melakukan karena Tuhan yang menggerakkan. Dan saya tahu waktu saya rela, saya rela bukan dari diri, saya rela karena saya melihat kepada Kristus. Seolah Kristus mengatakan kepada saya “Aku tanggung penderitaan bagimu”, “maksudnya Engkau pernah mati di kayu salib?”, “iya”. Dan ada satu lagi sampai sekarang pun Tuhan tanggung penderitaan bagi kita. Bukankah Tuhan menderita waktu di kayu salib? Di kayu salib sampai sekarang. Mengapa sampai sekarang Tuhan menderita? Karena setiap kali kita jatuh dalam dosa, hatiNya sakit. Setiap kali kita bertindak sembarangan, setiap kali hati kita diikat jerat dosa, hati Tuhan sakit. Tuhan dengan hati hancur mendoakan kita kepada Bapa di surga, karena Dia Pengantara kita, “Bapa, ampunilah Jimmy Pardede, kasihanilah umatMu, kasihanilah gerejaMu”. Meskipun gereja menyakiti hati Kristus, tapi Kristus berdoa bagi mereka kepada Bapa di surga. Paulus mengatakan “hai saudara-saudaraku yang kekasih, aku mengasihimu, mari taat”. Ini juga yang saya katakan kepada Saudara “saya mengasihi Saudara, mari taat Tuhan”. Saya tidak mengatakan kalimat-kalimat untuk kepentingang diri, jika Saudara taat itu untukmu dan untuk kemuliaan Tuhan dinyatakan, bukan untuk saya. Jika Saudara mau taat kalimat-kalimat dari Tuhan, itu demi kebaikanmu, tidak ada bagian apa pun bagi saya. Maka Saudara taat kepada Tuhan, keluargamu menikmati ketaatan. Engkau taat kepada Tuhan, pasanganmu menikmati ketaatan. Engkau taat kepada Tuhan, lingkunganmu menikmati ketaatan. Dan engkau akan menikmati dinikmati orang. Kenikmatan itu selalu bersifat mutually inclusive, dua saling membagikan kenikmatan. Ini mirip dengan orang yang menikah, setelah menikah ada relasi seksual. Apa itu relasi seksual? Relasi seksual adalah relasi memberi dan menerima kenikmatan. Demikian relasi batin dalam mengasihi, kalau saya mengasihi dan berkorban, saya menikmati kalau orang hidupnya makin baik oleh karena apa yang saya kerjakan bagi mereka. Mari belajar ini. Paulus mengatakan “mari kamu yang senantiasa taat, mari kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.

Sekarang kita beralih ke bagian berikut, Paulus mengatakan “tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar”. Perhatikan, takut dan gentar karena kasih, bukan ancaman. Paulus tidak mengatakan “hai saudara-saudaraku, engkau tahu apa yang bisa saya lakukan kepadamu”, ini mengerikan. “Dari penjara saya bisa doakan supaya petir menghantam kamu”, ini contoh. “Jadi jangan tidak taat, aku tahu sebagian dari kamu tidak taat, nanti saya berdoa supaya ada singa menerkam kamu”, Paulus tidak mengatakan seperti itu. Paulus mengatakan “hai saudara-saudaraku yang kekasih, waktu dulu kamu taat, waktu saya di tengah-tengah kamu, kamu taat. Sekarang bagaimana? Mari kerjakan dengan takut dan gentar”. Takut dan gentar ini seringkali menjadi aspek yang kita lupakan. Saudara tidak mungkin taat kecuali Saudara punya perasaan takut dan gentar. Rasa takut, rasa gentar, rasa ngeri, tapi mengapa rasa ngeri ini bisa muncul? Rasa ngeri muncul karena dicintai, ini sesuatu yang Saudara tidak bisa pahami dari dunia. Dunia cuma tahu dicintai jadi senang, diancam jadi takut. Tapi Kitab Suci memperkenalkan tentang cinta yang membangkitkan takut dan gentar. “Saya takut kepada Tuhan, saya gentar kepada Dia karena Dia mencintai”. Ini aspek cinta yang tidak ada paralelnya di dunia. Pernahkah Saudara merasa dicintai sekaligus menjadi takut dan gentar? Misalnya seorang perempuan didekati oleh seorang pemuda “halo, saya mau ajak kamu nonton”, tiba-tiba Saudara merasakan fear and trembling, seperti mendekat kuasa mulia. Waktu orang itu datang seperti ada cahaya terang, Saudara pun sujud ke bawah. Fear and trembling, takut dan gentar. Takut dan gentar karena kasih, ini perasaan yang muncul di mana? Ini perasaan yang muncul hanya ketika Saudara beribadah kepada Tuhan. Ibadah kepada Tuhan adalah satu-satunya cara membentuk hal ini. Maka saya minta kepada Saudara, mari beribadah dengan benar, jangan sembarangan. Jangan sembarangan, sambil ibadah sambil dengar sambil balas WA, sambil ibadah sambil dengar sambil sembarangan pikir hal yang lain, maka Saudara tidak akan menikmati aspek ini. Kita menikmati banyak hal dari hiburan dunia, tapi hiburan dunia selalu membuat kita senang sekaligus dangkal, perasaan ini bisa Saudara rasakan senang tapi dangkal, dihibur tapi dangkal. Waktu dihibur dan dangkal, Saudara tidak mengalami pembentukan dari hiburan itu. Ini hiburan apa? Mengapa setelah kita menikmatinya, tidak ada improvement apa-apa di dalam hidup? Kita tetap merasa kosong, tetap merasa dangkal. Ini terjadi karena kita tidak mengerti bahwa jiwa kita memerlukan rasa takut dan gentar akibat dicintai. Tuhan mencintai dan kita meresponi dengan perasaan yang takut dan gentar. Mengapa perasaan takut dan gentar ini penting? Karena ini adalah perasaan yang akan dimiliki oleh makhluk ketika dia berhadapan dengan Penciptanya. Ini perasaan yang dimiliki manusia ketika dia berhadapan dengan Sang Pencipta. Sang Pencipta yang dapat membuat kita merasakan ini, tidak ada yang lain. Papa mama kita tidak bisa membuat kita merasakan hal ini, pemerintah tidak bisa membuat kita merasakan hal ini, raja-raja tidak bisa membuat kita merasakan hal ini, tidak ada yang bisa kecuali Tuhan. Ini adalah perasaan gentar, perasaan tidak berdaya, perasaan ingin jatuh karena berhadapan dengan Allah yang Mahamulia. Di dalam khotbahnya Jonathan Edwards, di dalam The Excellency of Christ, dia mengatakan kemuliaan dalam Tuhan yang dinyatakan lewat Kristus itu membuat kita tidak henti-henti mau sujud. Kita tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaan ini, kita mau mengatakan “haleluya puji Tuhan”, kita tetap merasakan kurang. Kita mau mengatakan “terpujilah TUhan”, kita tetap merasa ini kurang. Kita tetap merasa ada sesuatu yang kita tidak bisa ekspresikan, karena apa yang kita nikmati dari Tuhan terlalu besar, terlalu mulia, terlalu agung, terlalu indah, sehingga kita tidak bisa menikmatinya kecuali kita sujud kepadaNya. Ini perasaan sujud yang tidak pakai ancaman, kalau ada orang mengatakan “sujud, atau saya pukul kamu”, kita sujud dengan perasaan marah. Kita sujud dengan mengatakan di dalam hati “andai suatu saat saya punya kekuatan, saya akan balas kamu”, ini sujudnya orang karena kekerasan. Tapi kekerasan hati akan hancur justru karena mengagumi Tuhan yang mulia. Maka saya mau mengingatkan Saudara, tidak ada yang bisa menggantikan Tuhan dalam hidup kita. Bukan pacar, bukan suami, bukan istri, bukan uang, bukan kedudukan, bukan pangkat, bukan kemuliaan dunia, tidak ada yang bisa gantikan Tuhan hadir. Tidak ada yang bisa membuat Saudara merasakan apa yang dirasakan orang-orang saleh, tidak ada yang bisa membuat Saudara merasakan apa yang dirasakan oleh Paulus, tidak ada yang melatih Saudara untuk takut dan gentar di hadapan Dia yang mencintai kita. Maka ini pengertian penting, cinta kasih membuat saya merasa takut dan gentar, cinta dan kasih membuat saya mau sujud kepada Tuhan. Mari belajar mengagumi Dia. Paulus mengatakan “kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir. Karena waktu aku tidak hadir, bukan berarti aku tidak menderita bagi kamu. Sekarang saya dipenjara, tapi takutlah dan gentar karena Tuhan menyatakan cintaNya lewat saya”, ini perasaan yang dimiliki untuk ssebuah ketaatan Kristen. Orang Kristen taat bukan karena disuruh, bukan karena dipaksa, tapi karena mengalami perasaan fear and trembling ini. Rasa takut dan gentar “ini Tuhanku yang sudah mencintaku, Dai begitu besar, mengutus Anak TunggalNya. Anak Tunggal yang menciptakan langit dan bumi, sekarang menjadi seorang manusia yang terbatas, yang ada di atas kayu salib mati bagi saya. Saya melihat Dia, saya gentar, mengapa Dia rela mati bagi saya? Mengapa Dia yang mulia perhatikan saya yang hina? Maka tidak ada kata selain puji Tuhan, saya gentar, sujud di hadapan kaki salib dan mengatakan: Tuhan, sungguh besar cinta kasihMu bagi saya. Tidak ada hal yang berhak saya nikmati, tapi Engkau memberikan diriMu bagi saya”, ini membuat kita mempunya perasaan takut dan gentar. Itulah yang membuat kita taat. Ayat 14 “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu, baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”, rasa takut dan gentar ini pun adalah anugerah Tuhan bagi kita. Kita mempunyai perasaan gentar, bukan karena diancam, tapi karena menghadapi cinta yang mulia lebih besar dari apa pun. Waktu itu kita mengatakan “oh, Tuhan, saya mau menaatiMu”, ini dari Tuhan. Ketaatan itu dari Tuhan, jika ketaatan itu digerakkan oleh perasaan kagum, takut, gentar kepada Allah. Allah yang mulia, Allah yang besar, itulah yang membuat kita taat. Tuhan menggerakkan Paulus untuk rela berkorban bagi orang Filipi. Tuhan menggerakkan Paulus, lalu orang FIlipi tergerak dengan perasaan takut dan gentar, mereka mulai mengerjakan ketaatan. Mereka semakin taat dan makin taat. Dan Paulus mengatakan “ini akan membuat sukacitaku penuh.

« 3 of 5 »