Sekarang tidak ada lagi surat penebusan dosa, sekarang dicerminkan di dalam penerimaan palsu dari sesama. Saudara dan saya sekarang tidak perlu penerimaan Paus dan gereja, Saudara dan saya sekarang haus penerimaan sesama. “Jika aku sudah cukup diterima sesama, tidak perlu bertobat. Aku bisa hidup pura-pura dan diterima. Hidupku rusak tapi aku sembunyikan, aku bisa kelihatan baik di depan orang, orang itu terima saya, selesai. Saya menjadi bintang di gereja, saya menjadi bintang di kantor, dimana pun saya pergi, saya disukai. Tidak ada keharusan bertobat”. Jika Saudara mulai memberi tahu dirimu, “engkau tidak perlu bertobat karena ada “surat indulgensia” yang engkau bisa beli dan engkau tidak perlu menjalani hidup yang adalah pertobatan”, seluruh hidup yang seharusnya pertobatan, maka Saudara berada dalam keadaan bahaya, hati-hati, “selidikilah hatimu” kata Alkitab. Di dalam Westminster Convention of Faith, disitu ditekankan bahwa kepastian keselamatan tidak boleh dimiliki sebelum bergumul. Kalau Saudara dengan tenang mengatakan “saya aman”, tanpa bergumul, hati-hati. Tuhan memang memilih orang, keselamatan itu pasti, tapi pergumulan untuk menyadari apakah kita sudah di dalam atau belum, itu mutlak diperlukan. Dan ketika Saudara merasa tidak perlu bertobat, merasa nyaman dengan penerimaan palsu, Saudara berada dalam kerohanian yang bahaya, ini yang 95 tesis coba katakan kepada kita. Hal kedua, jika pertobatan itu dilakukan tanpa kasih kepada Tuhan, tanpa menyadari Dia adalah Pribadi yang penting bagi kita, maka kehidupan kita menjadi serangkaian pertobatan yang munafik, pura-pura. Pertobatan itu sesuatu yang penting, pertobatan bukan sekedar tingkah laku yang sekarang kelihatan bisa diterima. Hal itu meskipun ada tempatnya, Saudara tentu harus menunjukan tingkah laku yang baik, tapi menjadi tidak ada gunanya jika hatimu tidak disentuh oleh cinta Tuhan. Untuk apa kita berubah? Ada orang gampang sekali berubah, ada orang bisa konsisten berakting berubah, tapi tidak penting, tidak ada gunanya kalau itu tidak tulus dari dalam hati. Ini yang Martin Luther coba tekankan, Martin Luther memperkenalkan Kekristenan yang mulai dari hati, bukan mulai dari membeli sebuah surat. Dimulai dari pertobatan dari hati yang diwujudkan dalam hidup. Intinya adalah apakah engkau mencintai Tuhanmu? Apakah engkau sadar bahwa Tuhanmu mencintai engkau? Apakah kamu sudah tahu itu? Dan sudahkah engkau nyaman di dalam penerimaanNya? dan itu yang mendorong engkau berubah. Ini hal kedua yang 95 tesis katakan bagi kita sekarang. Lalu hal ketiga yang 95 tesis juga ingatkan kepada kita adalah ketika Saudara menjalani serangkaian pertobatan, adakah ketekunan? Atau kita bertahan sebentar lalu jatuh, setelah itu selesai. Adakah ketekunan? Waktu saya menjalani hidup yang konsisten mengikuti Tuhan, adakah kengototan dalam diri saya waktu saya mempertahankan hidup yang demikian. Di dalam zaman sekarang sangat sulit mempertahankan kengototan karena banyak tawaran surat indulgensia yang lain. Surat indulgensia zaman sekarang adalah penerimaan yang berlebihan terhadap tindakan yang dianggap bisa ditoleransi. “Sudahlah, kita maklumi saja, orangnya memang seperti itu”, ini dianggap sebagai keluasan hati. Gereja kan punya keluasan hati, gereja menerima orang berdosa, itu benar. Tapi gereja menerima orang berdosa, setelah itu akan ada seruan pertobatan dari dalam gereja. Gereja akan mensyaratkan pertobatan, gereja mensyaratkan perubahan. Martin Luther mengalami itu, merasa ini adalah hal yang penting. Di zaman dia tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang-orang di dalam gereja ketika mereka mengalami gereja bobrok, mereka tidak bisa kemana-mana. Ketika Martin Luther mendeklarasikan pengertian-pengertian ini, dia langsung konflik dengan beberapa orang, bukan hanya Albrecht, tapi juga dengan gereja di Roma. Dan ketika konflik itu semakin besar akhirnya dia diberikan surat ekskomunikasi lewat surat keputusan Paus, papal bull yang memakai nama Mazmur dan dimanipulasi, “bangkitlah Tuan dan hukumlah msuh-musuhMu”, dan musuhnya adalah Martin Luther, exsurge domine. Setelah dia dikeluarkan, dia bingung “apakah saya dibuang oleh Tuhan?”. Dia tidak berpikir untuk memecahkan gereja, dia pikir gereja perlu menyatakan pertobatan, tapi sekarang gereja mengusir dia. Dia bergumul sekali. Ini berbeda dengan zaman kita sekarang, dimana kita mudah sekali pindah dari satu gereja ke gereja lain. Pada zaman itu orang tidak bisa sembarangan pindah gereja dan ketekunan untuk ditegur dan dibentuk dari dalam gereja itu sangat penting. Ketika gereja mengabaikan keharusan menegur, Saudara akan menyadari bahwa kekacauan yang terjadi, yang perlu direformasi itu real, itu adalah hal nyata sekarang. Sekarang pun orang perlu diubah, sekarang pun orang perlu mengalami pertobatan. Orang perlu diingatkan oleh gereja Tuhan untuk tinggalkan kehidupan yang lama, dan desakan itu harus terus-menerus secara konstan diberikan. Jika gereja mengabaikan keharusan pertobatan, betapa bahayanya kehidupan jemaat. Ketika jemaat merasa tidak perlu bertobat, pada waktu itu jemaat akan mengalami kehidupan yang mirip dengan zaman Martin Luther, “tinggal beli surat indulgensia, selesai”, ketekunan untuk bertobat jadi tidak ada. Penerimaan karena sudah memiliki surat, itu yang jadi diutamakan. “Saya tidak perlu berubah, nanti saya akan ditoleransi dan diterima”. Disiplin gereja menjadi sesuatu yang asing bagi zaman kita sekarang, karena sekarang teguran yang membuat kita sakit hati bisa membuat kita pindah, apalagi disiplin gereja, gereja tidak punya ancaman apa pun terhadap kita. Jadi orang akan sulit untuk konsisten dalam pembentukan dari gereja karena level kehidupan bergereja yang sudah sangat rendah pada saat ini. Bayangkan orang bisa dengan mudah mengatakan “putus setia, saya tidak akan lagi ikut gereja, saya akan pindah”. Saya menghargai kalau Saudara mencari Tuhan dan mengatakan “gereja tidak memperkenalkan Tuhan, saya sangat ingin sekali diperkenalkan dengan Alkitab dengan cara benar, saya ingin kenal Tuhan. Tapi gereja tidak melakukan itu, saya bergumul mati-matian, apakah saya harus tetap tinggal atau pindah?”. Tapi kalau Saudara bergumulnya sangat simple untuk hal-hal sepele, “pendetaku menegur saya, karena itu saya pindah. Saya tidak diberi pelayanan, dilarang melayani, kalau begitu saya pindah”, dengan mental seperti itu Saudara harus mempertanyakan kembali iman Kristen Saudara. Ini hal serius, jika mudah tersinggung, membuat gereja tidak berhak untuk senantiasa dengan konsisten mendesak engkau bertobat, maka Saudara punya problem besar. Jika Saudara mudah tersinggung, problemmu sangat besar. Jika Tuhan pun, lewat apa yang Dia lakukan lewat gereja adalah pribadi yang mudah membuat Saudara tersinggung lalu Saudara marah, kemudian Saudara pikir bisa melawan, dan tetap ngotot dalam kehidupan lama, Saudara tidak punya harapan untuk menjadi milik Tuhan. Maka mari kita kembali kepada apa yang Tuhan Yesus nyatakan “bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat, Kerajaan Surga sudah dekat”. Mari dibentuk secara konsisten oleh Tuhan, mari dibentuk untuk sangkal diri, memikul salib, mengikuti Tuhan, merubah hidup menjalankan kehidupan yang sepenuhnya dibalikan untuk kembali kepada Tuhan, sepenuhnya didedikasikan kepada Tuhan. Kiranya apa yang Luther tekankan dan ajarkan dalam Reformasi boleh memberkati Saudara dan saya.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4