Albrecht memulai pekerjaan besar, menjual surat indulgensia, dia minta seorang bernama Johann Tetzel, seorang yang sangat pintar bicara, dia yang akan menjual surat indulgensia itu kemana-mana. Dia punya perkataan terkenal yang mengatakan “kalau koin sudah berbunyi di peti, jiwa orang yang mau diselamatkan, akan terlempar keluar dari purgatori dan masuk surga”. Satu daerah di mana Martin Luther melayani adalah daerah yang bersih dari segala usaha penjualan ini. Wittenberg berada di satu tempat namanya electoral saxony. Itu adalah daerah untuk memilih kaisar Holy Roman Empire. Kalau kaisar sudah akan diganti, mereka akan memilihnya dari para pangeran atau keluarga kerajaan yang tersebar, di Inggris, Ceko, Bohemia, Jerman, di mana pun para pangeran yang memimpin daerah elektoral. Martin Luther ada Wittenberg, daerah kecil, tapi karena daerah dia meskipun bukan daerah utama, tapi adalah daerah elektoral maka apa yang terjadi di tempat Martin Luther itu penting. Ini cara Tuhan bekerja, dia ditaruh di tempat kecil, karena kalau ditempatkan di tempat yang besar mungkin gema dia tidak akan sebesar kalau dia di tempat kecil. Maka Martin Luther ada di electoral saxony dan uniknya electoral saxony tidak kemasukan penjualan surat indulgensia. Alasannya adalah karena Pangeran Fredrick yang memimpin daerah itu adalah seorang yang mengoleksi banyak relik. Dia mengoleksi tulang-belulang rasul, benda-benda yang dimiliki oleh orang-orang suci yang pernah hidup. Dan orang akan kunjungi itu untuk mendapatkan penance, pengampunan dosa. Karena relik ini, Fredrick sangat menentang penjualan indulgensia karena akan berefek buruk untuk bisnisnya. Jadi banyak hal yang terjadi bukan hanya tentang rohani, bahkan sedikit sekali yang motivasinya rohani. Tapi berita indulgensia mengguncang Eropa begitu besar, sehingga orang-orang dari electoral saxony pun rela melakukan perjalanan jauh untuk pergi membeli surat indulgensia di tempat lain. Ini yang membuat Martin Luther kaget karena jemaatnya ternyata ada yang mengunjungi penjualan itu dan membeli surat indulgensia. Sehingga Luther sangat marah, dia tersulut emosinya ketika melihat apa yang ditekankan bahwa kamu harus melakukan penebusan dosa dan orang-orang yang melakukan penjualan surat penebusan dosa, mengutip dari Matius 4: 17, “bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat”, ini yang dipakai. “Tuhan dan Allah kita memerintahkan melalui Juru selamat kita yaitu Yesus Kristus, supaya kamu melakukan penance”. Karena dalam terjemahan Bahasa Latin, ayat ini diterjemahkan Penitenziagite, itu terjemahan untuk kata bertobatlah. Penitenziagite yang artinya adalah lakukanlah penance, lakukanlah upacara penebusan dosa. Salah satu upacara yang bisa kamu lakukan adalah memberi surat indulgensia. Jadi seolah-olah didukung oleh terjemahan yang kurang akurat dari Matius 4: 17. Maka Martin Luther sangat marah melihat ini dan dia mulai menulis beberapa tulisannya, salah satunya adalah 95 tesis melawan penjualan indulgensia. Kalau Saudara baca disitu tulisan panjangnya adalah disputasi melawan praktek penjualan indulgensia, jadi bukan 95 tesis. Di dalam tulisan itu Martin Luther memulai dengan mengatakan ketika Tuhan dan Juru selamat kita, Tuan dan Tuhan kita Yesus Kristus mengatakan bertobatlah, yang Dia maksudkan bukan membeli surat penebusan dosa, bukan melakukan penance, melakukan pembersihan dosa lewat sistem gereja. Yang Yesus Kristus maksudkan adalah hidupmu harus menjadi hidup yang berputar, yang berubah, engkau harus bertobat. Maka dari situ kita sadar yang ditekankan oleh Martin Luther di dalam 95 tesis adalah surat penjualan indulgensia meniadakan keharusan bertobat. Jemaat tidak perlu bertobat, “hidupku seperti ini dan aku bisa membeli surat penebusan dosa, mudah”, atau “hidupku begini dan nanti aku masuk purgatori, lalu cucuku akan belikan surat penebusan dosa, selesai”. Ketiadaan pertobatan itu yang menjadi concern Martin Luther. Kita tahu kemudian Martin Luther mengembangkan pemikiran yang tepat dari Alkitab yaitu pembenaran oleh iman, bagaimana engkau yang adalah orang berdosa bisa dibenarkan, hanya oleh karena iman kepada Kristus, itu tema belakangan, bukan tema 95 tesis. Bayangkan kalau gereja tidak perlu bertobat, mau jadi apa gereja? Itu sebabnya Martin Luther sangat marah dengan praktek ini, karena dia akan melihat pekerjaan dia mati-matian membuat orang bertobat, hidup suci, akan sia-sia. Albrecht dari Mainz merusak pekerjaan Tuhan sejati. Jika tidak ada pertobatan dari gereja, gereja akan rusak. Martin Luther sudah melihat kekacauan ke depan karena ketiadaan pengertian akan doktrin yang diajarkan oleh Kristus yang secara eksegesis ditafsirkan. Engkau tidak melihat Alkitab, mungkin engkau tidak tahu bahasa aslinya. Yang dimaksudkan Yesus adalah hidupmu harus berubah, “sudahkah hidupmu berubah? Engkau sudah Kristen berapa lama, apakah sudah berubah? Jika belum mengapa mengaku Kristen? Ayo bertobat”, itu yang sedang Tuhan Yesus katakan. Injil tidak pernah diberitakan tanpa seruan pertobatan. Injil selalu diberitakan dengan seruan pertobatan. Dimana pertobatan, mari kembali kepada Tuhan, hidupmu seperti apa? Dan ini yang dia kritik dari gereja Tuhan.
Dia mengingatkan bahwa gereja atau orang-orang Kristen harus menyadari perubahan untuk Tuhan adalah perubahan karena mengenal cinta Tuhan, karena kasih. Perubahan karena kasih bukan perubahan karena terpaksa. Tapi penjualan indulgensia tidak akan memperkenalkan kepada kita Allah yang kita kasihi. Penjualan indulgensia akan memperkenalkan kepada kita Allah yang kita takuti karena Dia memegang kendali akan nasib kita di kekekalan. Martin Luther marah kepada Albrecht, karena menjual indulgensia dengan demikian memperkenalkan Tuhan yang memegang nasib kita di tangan Dia dan Dia tidak peduli kita. Kalau kamu tidak menurut akan Aku buang, kalau kamu membuat kesalahan yang membuat Aku terganggu, Aku akan buang kamu. Kalau kamu taat Aku, Aku akan berkati kamu, izinkan kamu ke surga”. Dengan Tuhan yang seperti itu, tidak mungkin muncul kasih. Dengan tiadanya kasih tidak mungkin melakukan pertobatan. Karena bagi martin Luther pertobatan itu ada dalam tawaran Injil, tawaran bahwa Tuhan mencintai engkau. Kalau Tuhan mencintai engkau, mengapa engkau tidak berubah, mengapa masih sama, ayo bertobat, cintailah Tuhanmu. Ini yang Martin Luther pikir menjadi seruan penting di dalam gereja. Tanpa memperkenalkan Tuhan yang cinta kamu, menerima kamu, yang menjadikan engkau milikNya, kamu tidak mungkin mencintai Dia. Dan jika engkau tidak mencintai Dia, engkau tidak mungkin bertobat. Ajaran indulgensia menyuburkan kemunafikan. Orang akan pura-pura takut Tuhan, tapi begitu Tuhan tidak ada, mereka akan melakukan apa yang mereka mau. Mengapa kamu pura-pura baik? “karena nyawaku di tangan Dia, kalau Dia tidak suka saya, saya akan dilempar ke neraka. Kalau Dia suka saya, saya akan dilempar ke surga, puji Tuhan. Jadi Tuhan tidak penting bagi saya, yang penting itu keputusan Tuhan. Dia memutuskan apa bagi saya, itu yang saya takuti. Saya tidak takut dengan yang lain, saya cuma takut kalau Tuhan tidak memasukan saya ke surga dan saya mati ke neraka, itu yang saya takuti”. Jadi ini yang Martin Luther keberatan, hal kedua yang 95 tesis coba tekankan. Di dalam 95 tesis Martin Luther mengatakan “kamu ajarkan itu, kamu jual surat penebusan dosa, kamu akan menciptakan jemaat yang munafik. Yang cuma pura-pura takut, yang tidak peduli Tuhan, yang cuma memikirkan kalau Tuhan bisa berikan sesuatu, saya akan baik kepadaNya”, ini sistem kafir. “Ini ada surat penebusan dosa, silahkan beli, kalau kamu membelinya kamu akan mendapatkan perkenanan Tuhan”. “Apakah perkenanan itu didapat dari usaha saya untuk menyenangkan hatiNya?”, “tidak, yang penting kamu bayar, selesai”. Martin Luther keberatan karena ini adalah skema yang sangat menakutkan. Jarang ada orang yang menyadari ternyata praktek gereja itu punya implikasi yang luar biasa merusak relasi kita dengan Tuhan. Banyak orang tidak sadar kalau kebangunan kesembuhan ilahi itu merusak relasi manusia dengan Tuhan. Kita perlu orang-orang yang peka seperti Martin Luther, yang tahu kalau kamu lakukan praktek ini akan memburukan relasimu dengan Tuhan. Kamu tidak akan kenal Tuhan dan dengan demikian kamu tidak akan cinta Tuhan, kamu tidak akan pernah peduli siapa Dia. Ketika orang mengatakan doktrin tidak penting, dia tidak sadar betapa merusaknya kalimat ini, menjerumuskan orang di dalam sebuah keadaan dimana orang tidak peduli Tuhan seperti apa. Maka doktrin yang diabaikan adalah cikal bakal kerusakan gereja. Itu sebabnya Martin Luther keberatan, tapi tidak ada yang sadar.