Jadi Saudara berdoa kepada Tuhan minta ketajaman, minta mengerti pola hidup yang baik. Dan pola hidup yang ditawarkan dari pendengaran menjadi seorang murid yang baik adalah pola hidup menjadi hamba. Pola hidup jadi hamba Itu menyebalkan, merendahkan, membuat kita seperti tidak hidup. Tapi nabi mengatakan “aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang yang akan mencambuk aku, aku memberi pipi kepada orang yang mau mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi”, ini membuat kita heran pola apa dalam hidup yang dimengerti oleh Yesaya dengan tajam? Katanya dia dipertajam pendengarannya, setelah dipertajam mengapa jadi seorang budak, mengapa jadi seorang yang sengsara? Karena Yesaya sedang menyatakan satu fakta yang dia tidak bisa hindari yaitu bahwa dia dipanggil menjadi nabi. Dan ketika dia berbicara, dia mungkin akan disakiti. Yesaya ini bukan nabi yang disakiti pada waktu Israel belum kacau, tapi ketika Israel kacau karena ada raja namanya Manasye yang menjadi raja, kemungkinan besar Yesaya mati martir saat itu, tapi ini tidak dicatat di dalam Kitab Yesaya. Jadi ketika Yesaya menulis bagian ini dia belum mengalami penderitaan apapun. Dia nabi level tinggi karena dia nabi istana. Dia adalah seorang yang di yang dipercaya oleh raja, dia dekat dengan raja dia bahkan bisa menegur Hizkia ketika Hizkia membuka semua gudang persenjataan ditunjukkan kepada Babel. Yesaya mengatakan “kamu bodoh, inilah bangsa yang akan menghancurkan keturunanmu”. Hizkia dengan gampang mengatakan “yang penting hidupku aman sampai mati, aku tidak diserang Babel”. Yesaya itu nabi penting dan dia punya kedudukan politis yang tinggi, tetapi pada bagian ini dia mengatakan “saya cuma budak, saya disiksa, saya dianiaya dan saya rela menjalankan itu”. Berarti nabi sedang memberikan kemungkinan bagi orang yang menderita. Dia tidak sedang mengatakan Saudara dan saya harus mencari penderitaan, tapi dia sedang mengingatkan kepada kita bagaimana cara menafsir orang yang sedang menderita. Bagaimana memahami hidup orang yang sengsara. Karena Yesaya sedang mengingatkan ada pola, ada keadaan hidup yang jadi teladan. Siapa yang menjjadi teladan? Yesaya mengatakan orang yang jadi murid. Dan setelah jadi murid, dia jadi budak dan menderita. Siapa yang menderita karena taat sama Tuhan, dia adalah teladan hidup bagi pola hidupmu. Maka Yesaya sedang menunjuk kepada Kristus, karena yang mengalami apa yang Yesaya katakan itu adalah Kristus. Kristus mengatakan dan ini dinyatakan dengan genap di dalam Kitab Suci, dalam Kitab Matius bahwa Tuhan Yesus memberikan diriNya kepada orang-orang yang mau menganiaya Dia. kita tidak mengerti gambaran ini, mengapa ada raja yang rela merendah, mengapa ada orang yang sekarang jadi murid dan sekarang hidupnya sangat sengsara? Mengapa ada hamba yang memberikan dirinya untuk disiksa bahkan mati di atas kayu salib? Ini yang sebenarnya Yesaya sedang siapkan, ada pola hidup yang harusnya jadi teladan kamu yaitu pola mesianik. Apa itu pola mesianik? Pola mesianik itu bukan demi kemuliaan diri, tapi demi menjalankan apa yang Tuhan perintahkan. Kalau yang Tuhan perintahkan membuat saya harus menjalaninya dengan cara punggungku di cambuk dan pipiku di tampar, wajahku diludahi, maka jadilah itu. Inilah kalimat agung yang kita harus mengerti. Jadi yang penting di sini bukan kita harus cari penderitaan dengan sengaja, tapi yang ditekankan di sini adalah ada pola hidup yang indah yaitu ketika kita peka terhadap kehendak Tuhan maka kita rela jalankan kehendak Tuhan itu apapun harganya, at what ever cost dalam biaya apapun di dalam harga apapun, saya rela bayar harga karena saya sudah peka dan tahu apa yang Tuhan kehendaki. Dan ini pola hidup yang paling membahagiakan. Maka kita bisa lihat pola mesianik yang sedang diajarkan Yesaya adalah pola peka. Mari peka terhadap kehendak Tuhan. Saudara tahu banyak teologi, mari tahu bagaimana menempatkannya dalam konteks hidup Saudara sekarang. Saudara Mengerti bagaimana pengertian-pengertian dasar Kekristenan atau bahkan pengertian advance kalau mau dikatakan tentang teologi doktrin dan pengajaran Kristen, mari sekarang belajar terapkan di dalam konteks hidupmu yang real. Dan kau akan tahu bahwa kerelaan menjalankan kehendak Tuhan dan kerelaan membayar harganya ini adalah pola hidup yang paling kompatibel untuk manusia. Ini sesuatu yang Yesus alami, Dia menjalankan kehidupan jadi murid peka terhadap kehendak Bapa dan ternyata kehendak Bapa adalah untuk dia dihukum dengan kesakitan, untuk dia dipukul dengan kesakitan, sampai dia mati di atas kayu salib “mengapa Yesus rela lakukan ini?”, karena inilah pola hidup yang paling kompatibel untuk manusia, inilah harusnya manusia hidup. Maka ketika Kristus mati, Dia bukan mati dengan sia-sia, Dia mati karena Dia sedang menyatakan inilah pola yang paling bahagia bagi manusia. Lalu dia mati di kayu salib dan kita mengatakan “mana bahagianya? Dia mati di kayu salib”, benar, tapi kemudian kubur jadi kosong dan Kristus bangkit. Ketika Yesus mati di kayu salib ini adalah hal yang terbaik karena setelah itu Dia membawa kemanusiaan di dalam level yang seharusnya menjadi anak-anak Allah yang dicintai oleh Tuhan, dan ini yang kita harap.

Maka sekali lagi, apa pola yang harusnya kita terapkan dalam hidup kita? Pola mesianik, pola peka terhadap kehendak Tuhan dan pola rela bayar harga. Sudahkah kita peka? Kalau belum, mari kita belajar peka. Kalau sudah peka, relakah bayar harga? Kalau belum, mari rela bayar harga. Sudah tahu kehendak Tuhan? Sudah, sudah mau bayar harga? Kalau tahu kehendak Tuhan, tidak mau bayar harga, omong kosong. Kalau tidak tahu kehendak Tuhan tapi bayar harga, tidak ada gunanya. Maka tahu kehendak Tuhan, jadi peka, tapi kehendak Tuhan akan menuntut engkau rela bayar harga, siapkah kamu? Yesus siap. Dia tahu kehendak Tuhan apa dan Dia jalani sampai mati di kayu salib. Sekarang Saudara dan saya bagaimana? Siapkah kita menjalankan kehendak Tuhan? Kalau kita peka, maukah kita jalankan dan mengatakan “Tuhan, ini kehendakMu, harus jadi apapun resikonya. Harus jadi apapun bayarannya. Dan apa yang Tuhan mau dari saya, saya siap berikan”. Jika Saudara mau punya mental seperti itu, gereja pasti berkembang. Jika orang Kristen semua punya jiwa seperti itu, gereja pasti akan menaklukan bangsa-bangsa. Dekarang mengapa gereja belum bisa menaklukan bangsa-bangsa? Karena semua cuma klaim tahu kehendak Tuhan, tapi tidak ada yang mau bayar harga untuk itu. Biarlah kita mengerti dan belajar dari apa yang dikatakan oleh Yesaya. 

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4