Ini sebabnya ada orang punya ketajaman rohani yang beda-beda, ada orang yang rohaninya tajam, ada yang tumpul sekali, ada yang peka, ada yang tidak tahu apa-apa, cuma tahu teori. Mengapa ada yang peka, ada yang tidak? Karena yang satu berinteraksi dengan Tuhan yang akan mempertajam teologi dia. Dia berinteraksi dengan kesulitannya, dia berinteraksi dengan beban hatinya, lalu sambil dia doa, dia mulai tahu bahwa ada hal-hal dalam teologi yang dia sudah tahu yang sangat-sangat menghibur, yang kena sekali dengan apa yang dia doakan. Maka tidak ada orang bisa bertumbuh di dalam berdoa jika dia juga tidak dipenuhi oleh Firman. Karena Saudara tidak bisa berinteraksi dengan teologi kalau Saudara tidak punya teologi yang benar. Saudara tidak bisa berinteraksi dengan pemahaman akan Firman, kalau Saudara tidak punya pemahaman akan Firman. Saudara cuma jadi orang cerewet yang lempar keinginanmu ke Tuhan tanpa menjadikan keinginanmu sebagai satu sumber untuk interaksi dengan firman yang Saudara sudah lebih dulu ketahui. Maka Yesus sering kali berdoa untuk mempertajam hatiNya mengetahui kehendak Tuhan. Demikian juga yang dilakukan Yesaya, dia tiap pagi berdoa, bukan doa supaya Tuhan tahu keinginan dia, doa supaya dia bisa berinteraksi dengan permohonannya. Kalau Saudara berdoa, Saudara akan panjatkan sesuatu dengan pergumulan. Makanya jangan biasakan doa yang cuma sekedar mengucapkan kalimat-kalimat remeh, biasakan doa yang jujur dari hati. Kita selalu mau punya teologi doa yang rapih, bahkan di dalam seminar tentang doa pun jemaat diajarkan doa yang bagus seperti ini, doa yang benar harus begini, tidak boleh begitu, jangan ada perasaan hati, itu ngawur. Saya pernah dengar satu oran berdoa untuk orang sakit yang dia cintai, dia mengatakan “Tuhan jadilah kehendakMu”, saya mengatakan “jangan bicara seperti itu”, “mengapa? Apakah saya tidak boleh mengatakan Tuhan jadilah kehendakMu?”, “karena engkau tidak jujur”. Yesus pun di awal mengatakan “jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu dari padaKu”, itu yang Tuhan Yesus doakan. “Aku tidak mau minum cawan ini, Tuhan, tapi bukan kehendakKu tapi kehendakMu yang jadi”, itu doa yang bagus. Jadi doa adalah saat dimana Saudara memanjatkan apa yang Saudara benar-benar inginkan. Orang jarang berdoa karena tidak pernah punya keinginan, karena semua kebutuhannya sudah dipenuhi. Maka yang paling kasihan adalah anak orang kaya yang dimanja, semuanya disediakan oleh orang tuanya. Papanya berikan uang, rumah, anaknya tidak bergumul, dia tidak tahu mau doa apa kepada Tuhan, miskin doa. Saudara mau hidup Saudara kaya dengan doa? Nikmatilah kesempatan bergumul. Itu sebabnya orang bodoh adalah orang yang menghina pergumulan, termasuk orang tua bodoh, orang tua yang tidak mau anaknya bergumul, “nak, semua sudah tersedia, ambillah dan nikmatilah. Papa sudah kerja bagi kamu, kamu tidak perlu kerja lagi”, ini bodoh. Saya pernah nasehati dengan cukup keras satu orang tua yang bodoh, dia mengatakan “saya ini dari kecil miskin, saya sekarang jadi kaya supaya anak saya tidak perlu mengalami miskin seperti saya”, saya katakan “mungkin anakmu tidak mengalami miskin sekarang, tapi nanti. Atau anakmu akan membuat cucumu miskin karena anakmu tidak mengerti berjuang. Anakmu cuma tahu menerima dari kamu. Kamu kerja keras dari nol, anakmu harus belajar kerja keras dari nol”, ini orang tua bijak. Saudara tidak setuju dengan saya, Saudara orang tua bodoh. Kadang-kadang orang dengar khotbah lalu mengatakan “ini anak sok tahu, ini orang sok tahu, cuma khotbah apa yang dia ketahui”. Saya beritakan Firman, jika engkau yang tidak menerima firman, engkau yang bodoh, bukan saya. Banyak orang tua tidak mengerti, sediakan semuanya untuk anak, anaknya mati. Anaknya tidak tahu apa itu berjuang dan anaknya tidak tahu apa itu bergumul dalam doa. Pernahkah engkau berdoa “Tuhan, aku kurang makan, tidak tahu besok mau makan apa”, kalau tidak ada pengalaman interaksi seperti ini, bagaimana bisa mengerti teologi penghiburan? Kalau orang tidak pernah tahu bagaimana bertahan dan berdoa, “Tuhan besok mungkin saya akan mati, besok akan ada perang. Bagaimana jiwaku bisa dilindungi? Bagaimana persediaanku bisa tetap aman?”. Ada orang yang rumahnya di bom ketika perang dunia ke-2 dan dia sadar seluruh keluarganya mati di dalam. Kemudian dia berdoa di pinggir jalan, dia cuma berdoa mengatakan “Tuhan berjam-jam saya berseru-seru supaya ini tidak terjadi dan sekarang terjadi. Sekarang tolong bentuk saya, saya mesti melakukan apa?”. Ini interaksi doa dan jawaban Tuhan yang sangat indah sekali. Itu sebabnya dikatakan “pagi-pagi dia mempertajam pendengaranku”, karena ada pergumulan, dia membawa dalam doa hidupnya dan dia jujur bicara kepada Tuhan. “Tuhan, aku tidak suka kondisi ini, aku tidak suka keadaan ini, aku tidak mau ini terjadi, tapi bukan kehendakku, kehendakMu yang jadi”. Mulai ada interaksi dengan pengertian teologis. Itu sebabnya kepekaan teologi datang dari kemampuan mendengar firman, yang pertama. Yang kedua berinteraksi dengan penderitaan. Dan yang ketiga berinteraksinya di dalam doa. Inilah pengertian doa yang sangat penting. Banyak orang tidak mengerti teologi doa, cuma tahu “doa itu berarti mirip doa Bapa Kami dari Tuhan Yesus”, tapi pola apa yang Yesus mau ajarkan, lalu pengertian dasar apa di dalam doa? itu semua miss. Sebabnya pikir baik-baik bagaimana saya dipertajam oleh Tuhan di dalam doa setiap pagi. Mengapa doa tiap pagi? Karena doa pagi mempertajam saya, karena di dalam doa tiap pagi saya kembali memilah teologiku. Saya tahu banyak hal tapi banyak hal yang saya tahu itu tidak ada tempatnya. Ini seperti Saudara dapat begitu banyak huruf atau bentuk, karena saya punya anak kecil jadi pakai contoh mainan anak kecil. Saudara tahu mainan yang ada pahatan lingkaran, segitiga, kotak, kemudian ada bendanya segitiga, kotak lingkaran, lalu anak disuruh masukkan yang lingkaran ke lingkaran, segitiga ke segitiga, yang kotak ke kotak. Kalau anak saya tipe ngotot, kotak harus masuk ke lingkaran, kalau tidak bisa langsung dia mulai ngamuk “apa ini, mengapa tidak masuk”, saya pikir “anakku mengapa seperti ini?”, lalu istri saya mengingatkan “ingat ya, mungkin kamu dulu seperti itu”. Lalu saya ajarkan yang lingkaran masuk ke lingkaran, yang kotak masuk ke kotak. sekarang Saudara bayangkan teologi itu seperti benda-benda tadi ada lingkaran, ada kotak, ada segitiga dan lain-lain, Saudara kumpulkan semua.  Sudah kumpulkan, Saudara mengatakan “hebat, saya tahu semua. Saya tahu semua teologi, saya tahu semua pengertian”. Tapi ketika Tuhan memberikan tempatnya, “sekarang kamu masukkan ke tempat yang tepat”, kita bingung, “ini teknologi dimasukkan ke mana ya? Saya mengerti doktrin predestinasi, tapi kira-kira dalam hidup predestinasi itu masuknya ke mana?”. Ini kelemahan orang Reformed karena tidak tahu predestinasi masuk ke mana di dalam hidup akhirnya dipakai untuk debat sama Arminian. “Apa guna teologi predestinasi?”, “untuk berdebat dengan Yakobus Arminius. “Apa gunanya doktrin Tritunggal? Untuk berdebat dengan Arius”. “Apa gunanya doktrin keselamatan kekal? Untuk berdebat dengan Pelagius”. “Apa gunanya pengertian baptisan yang benar? Untuk berdebat dengan Agustinus”. Pokoknya doktrin untuk apa? “Untuk didebatkan dengan doktrin lain”. Kalau begini caranya gereja Reformed jadi gereja yang bertarung tapi gereja yang tidak menghidupkan orang. Saya tidak suka berdebat doktrin, kecuali memang perlu karena doktrin dikaitkan dengan hidup, doktrinnya salah hidup jadi salah, tapi kalau cuma berdebat doktrin untuk apa? Saya pernah membahas ini waktu pandemi, teologi dan hidup atau doktrin dan hidup, lalu juga ada hermeneutika dan kehidupan. Karena saya ingin Saudara mengerti seluruh doktrin dan seluruh pengertian Kitab Suci harus masuk dengan tepat di dalam sisi hidup yang tepat. Tanpa itu kita merasa doktrin seperti cuma permainan abstrak yang untuk berdebat dengan orang lain. Siapa yang nabi ini katakan tentang dirinya? Apa yang dia katakan tentang dirinya? “Aku murid”. Bagaimana jadi murid? Dipertajam oleh Tuhan. Bagaimana dipertajam? Dengan diberikan pengertian yang tepat dari semua pergumulan ada jawaban Tuhan, dari semua pergumulan ada teologi yang sedang digumulkan untuk kompatibel, untuk cocok. Lalu setelah kita bergumul, bergumul, bergumul, setelah kita minta “Tuhan pertajam saya biar saya mengerti kehendakMu”, apakah kehendak Tuhan bagi nabi?  Bagian selanjutnya itu membuat kita kaget, ayat 5 mengatakan “Tuhan Allah telah membuka telingaku”, membuka telinga ini adalah satu komitmen seorang budak. Budak cuma boleh melayani 6 tahun, tahun ke-7 budak boleh dilepaskan, “silahkan dilepaskan”. Lalu Budak itu dilepaskan, kemudian budak itu akan taruh telinganya untuk ditindik, ini menjadi tanda bahwa dia selamanya akan jadi budak. Mengapa kamu mau selamanya jadi budak? “Karena aku mencintai tuanku”, itu syarat satu-satunya di dalam Kitab Taurat. Musa mengatakan kalau ada budak mau jadi budak selamanya (ini ada di Keluaran) maka budak itu harus melubangi telinganya. Dan syarat satu-satunya yang diterima oleh imam adalah kalau budak itu mengatakan “aku mengasihi tuanku maka aku mau jadi budak selamanya”, ini bijaksana yang dalam sekali. Tidak ada budak yang akan jadi budak selamanya lalu ditanya “mengapa mau jadi budak selamanya?”, “karena tuanku janjikan uang” atau “tuanku mengancam keluargaku, nanti keluargaku tidak dipelihara kalau aku tidak jadi budak”, alasan itu tidak diterima. Tidak ada orang boleh jadi budak tanpa kerelaan hati karena mencintai. “Jadi satu-satunya syarat mengapa mau melayani orang ini selama-lamanya, padahal kamu cuma diwajibkan melayani dia 6 tahun, tahun ke-7 kamu jadi orang bebas”. Lalu orang itu mengatakan “saya tidak mau bebas, karena saya mencintai tuanku dan saya mau melayani dia seumur hidup karena cintaku kepada dia”, inilah yang membuat akhirnya dia menjadi budak selama-lamanya. Heran, setelah nabi mengatakan “saya minta hati saya diberi hati seorang murid, saya dipertajam tiap pagi”, dia sadar dia adalah hamba.

« 3 of 4 »